Yesus versi Dayak : Seniman Dayak Menggambar Yesus pada 1981 Namun Kurang Dimengerti

Ketika dewasa, Yesus menjadi pengkhotbah di Tanah Judea. Dia kritis terhadap korupsi dan kemunafikan. Dia sering bikin geram pemuka Yahudi.

Penulis: Stefanus Akim | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
Laurensius Kubal mengunjungi kapel Wisma Emaus dimana dia melukis Dayak versi Yesus pada 1981. Kubal menggambarkan Maria dan Yoseph dengan pakaian Dayak. 

Laurensius Kubal mengunjungi kapel Wisma Emaus dimana dia melukis Dayak versi Yesus pada 1981. Kubal menggambarkan Maria dan Yoseph dengan pakaian Dayak.

Tampaknya, gambar-gambar di Wisma Emaus tersebut menyebar di kalangan elite Katolik. Keuskupan Pontianak lantas memberi pekerjaan kepada Kubal buat bikin relief jalan salib. Ia istilah teologis buat Via Dolorosa, yang menggambarkan perjalanan Yesus dari penjara sampai ke Bukit Golgota, Yerusalem, dengan 14 pemberhentian.

Minggu lalu, Fransiskus Marius Markim, seorang petani Bengkayang, mengajak saya buat menemani Kubal mengunjungi Wisma Emaus maupun Biara Providentia di Singkawang, dimana relief Via Dolorosa tersebut dipasang.

Kubal tinggal di desa Ketiat, Bengkayang, bersama isteri dan dua dari tiga anaknya. Anak sulung, Frans Indonesianus, pernah jadi aktor film di Jakarta, kini tattoo artist, dan tinggal di Sambas.

Ini pertama kali Kubal melihat kembali karya-karyanya sesudah empat dekade. Kubal senang bahwa karya-karyanya masih diingat orang.

Stella Marris, seorang suster Katolik, menerima kami bertiga, masuk di halaman belakang Biara Providentia di Singkawang. Kami berjalan melihat-lihat karya-karya Kubal.

Stella Marris bilang mereka ingin relief tersebut diperbaiki. Mereka tak tahu siapa pembuatnya.

“Dulu Suster (kepala) tahu Bapak darimana bisa buat ini?” tanya Stella kepada Kubal.

“Dari Pastor Paulus Kota,” kata Kubal.

“Itu abange, sepupu, Pastor Paulus kota,” kata Markim.

Mereka lantas saling tukar nama berbagai kerabat Dayak yang mereka saling kenal. Mereka semuanya orang Dayak Ahe.

Dalam karya Via Dolorosa, Kubal juga menggambarkan para prajurit Romawi dan Yesus, dengan ornamen Dayak. Yesus pakai cawat kulit kayu dan gelang tangan dari batu giok. Para prajurit ada bulu burung enggang.

Pontius Pilatus mungkin tak pernah membayangkan bahwa ajaran pengkhotbah yang dihukumnya tersebut, dalam tiga abad, perlahan-lahan menyebar ke seluruh kerajaan Romawi. Yesus terkenal dengan khotbah, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Pada tahun 313, Kaisar Konstantinus hentikan diskriminasi terhadap orang-orang Kristen. Konstantinus juga menjamin kebebasan beragama dan kepercayaan di seluruh kerajaan. Orang boleh beribadah dan menyembah jubata apapun yang mereka imani.

Di Biara Provedentia, Singkawang, Laurensius Kubal mengamati 14 relief yang dibuatnya pada 1981 buat menggambarkan Via Dolorosa di Yerusalem. Dia menggambarkan Yesus disalib tapi pakai busana Dayak.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved