Pemprov Gencarkan Operasi Pasar untuk Kendalikan Inflasi di Kabupaten Sintang, Imbas Harga BBM Naik
Besaran DTU yang dihitung sebesar penyaluran DAU bulan Oktober-Desember 2022 dan penyaluran DBH triwulan IV Tahun Anggaran 2022.
Marjan mengakui, kenaikan harga berimbas pada sepinya pembeli. Jika dagangan tak laku dan busuk, terpaksa dibuang. "Barang naik pembeli sepi. Berkurang omsetnya. Ndak ada solusi. Kalau ndak laku dibuang lah, kalau dipertahankan pun ndak bisa. Ndak bisa dijual lagi, sudah resikonya.
Kenaikan harga bahan pokok juga terjadi di Pasar Flamboyan Kota Pontianak. Meski tidak semua kebutuhan pokok harganya naik, namun hal ini telah menjadi keluhan banyak masyarakat.
Para pedagang di Pasar Flamboyan mengeluhkan kondisi ini, menurut mereka kondisi ini telah berdampak pada jual-an dan penghasilannya.
Siti, salah satu pedagang di Pasar Flamboyan, menjelaskan bahwa kondisi ini telah terjadi cukup lama sejak diserang pandemi, kondisi semakin diperparah setelah naiknya harga BBM.
"Kalau nanyak harga ini naek semua, kalau cabai emang naek sudah lama, sayur-sayuran juga naek. Naek semua sembako ini, dari indomie, dari minyak semua kan naek harganya," ucapnya.
Hal ini menurutnya telah berdampak pada jumlah pembeli, ia menjelaskan semakin naik harga maka pembeli juga semakin sepi. "Mana dek, semakin naik semakin sepi lah," ucapnya.
Bahkan perubahan yang terjadi sangat drastis, dangan yang biasanya bisa di jual dalam waktu sehari saja kini harus menunggu hingga 2-3 hari untuk menghabiskan dagangannya. "Kadang 2 atau 3 hari baru habis jualannya, waktu normal sehari bisa habis," ucapnya.
Bahkan kadang ia harus menjual di bawah harga modal. Tidak jarang pula ia harus membuang untuk jenis sayur-sayuran yang mudah busuk yang ada pada jualannya, dikarenakan tidak habis.
"Kalau ndak laku ya di jual lah walaupun di bawah modal, kalau udah busuk ya dibuang gimana juga kalau udah busuk," ucapnya.
Darwin, pedagang lainnya dalam seminggu terakhir merasakan kenaikan cukup tajam pada komoditas cabai. Sedangkan yang lain relatif stabil. "Pokoknya yang naik cabai kering cabai rawit yang lain stabil," ucapnya.
Slamet, penjual tempe dan tahu mengaku bahkan pembelinya menurun hingga 30 persen sejak BBM naik. "Menurun, jauhlah mungkin sekitar 30 persen lah," kata Slamet.
H Hayadi, penjual daging sapi mengaku daging sapi telah naik sejak wabah PMK masuk. Beberapa waktu lalu harga daging sapi lokal masih Rp 160.000 namun sejak BBM naik harga daging sapi lokal juga ikut naik hingga Rp 180.000.
Bahkan untuk saat ini daging Sapi lokal sulit ditemukan di Pontianak, akhirnya para pedagang daging sapi ini sementara waktu beralih ke daging sapi impor atau sapi kotak.
"Harganya bukan naik lagi dah kelewatan Rp 180.000 sekarang ini sapi lokal, di daerah ada yang sampai Rp 200.000," ucap Hayadi.
"Jadi sementara kita jual sapi impor, harganya mulai dari Rp 90.000-120.000, walaupun pembeli banyak ndak mau daging ini, tapi kita harus tetap jualan," ucapnya.