Human Interest Story

KISAH Kakek Johar Tinggal di Gubuk Reot Kebun Karet, Hidup Sebatang Kara Tanpa Ada Penerangan

Di bawah atap seng yang miring itu lah, Johar menginstirahatkan tubuhnya dalam gelap gulita tanpa penerangan di tengah kebun karet.

TRIBUNPONTIANAK/Agus Pujianto
GUBUK: Seperti inilah gubuk tempat tinggal sementara Johar di Desa Martiguna, Dusun Sungai Labi, Rt 10 Rw 04, Kecamatan Sintang, Kamis (2/7/2020) Kondisinya memperihatinkan, nyaris 80 persen bangunannya sudah roboh, rata dengan tanah. 

Dia menyebut usianya 47 tahun.

Tapi, Achmadin tidak percaya.

“Rasanya beliau lebih tua dari saya usianya,” katanya.

Johar tidak punya pekerjaan tetap. Saban pagi, hingga sore dia berjalan ke pasar menenteng tas dan beberapa botol bekas air mineral.

Botol itulah yang kemudian diisi air sungai kapuas oleh Johar untuk dikonsumsi di pondoknya.

Di pasar, terkadang dia menjadi buruh angkut barang membantu pedagang di pasar.

Jarak tempuh dari pasar Sungai Durian ke gubuk Johar sangat lah jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Menggunakan sepeda motor saja, bisa lebih dari setengah jam.

Letak gubuk yang ditinggali Johar juga jauh dari pemukiman warga. Lebih tepatnya di kebun karet. 

Tetangga dekat gubuk Johar, hanya Umi.

Dia mengaku memilih tinggal di gubuk karena ingin menoreh getah karet.

“Saya pengen noreh getah,” katanya.

Selama tinggal di gubuk, Johar mengaku tidak takut.

Ia lebih khawatir bangunan roboh dibanding binatang buas yang bisa saja mengusiknya kapan saja.

Achmadin, ketua Rt setempat merasa kasihan melihat Johar tinggal di gubuk yang sangat tidak layak huni tersebut.

Dia kemudian berembuk dengan warga dan perangkat desa Martiguna, untuk merenovasi gubuk tersebut supaya layak ditempati.

“Kami bersama warga sudah berembuk, untuk memperbaiki pondok ini. Jangan sampai Pak Johar tinggal di tempat seperti ini."

"Ini resiko besar. Ada ular, lipan kala jengking, belum lagi kalau cuaca hujan. Kan dingin. Kita bantu nanti,” kata Achmadin.

Rencananya, hari Minggu nanti warga akan bergotong royong, buat pondok yang lebih bagus.

Papan yang masih bisa dipakai, kita gunakan untuk dinding.

Acmadin berpesan, agar Johan tidak takut tinggal di pondok tersebut, meski tidak tercatat sebagai warga Desa Martiguna.

“Nanti akan saya cek terus, kalau kurang apa, kita coba penuhi,” katanya.

Tak hanya itu, Achmadin juga sudah berembuk dengan ahli waris kebun karet tersebut soal keinginan Johar untuk menyadap karet.

“Alhamdulillah diizinkan sama yang punya. Dan diperbolehkan memperbaiki gubuknya,” katanya. 

Bantu Tempat Tinggal Layak

Camat Sintang, Siti Musrikah langsung mengujungi gubuk reot nyaris rubuh yang ditinggali sementara oleh Johar di Desa Martiguna, Dusun Sungai Labi, usai mendapat informasi ada warga tinggal di gubuk tak layak huni, Kamis (2/7/2020).

Setibanya di lokasi, Siti Musrikah langsung berbincang dengan Johar, warga yang mengaku berasal dari Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, yang tinggal sementara di gubuk reot di kebun karet sejak tiga bulan terakhir.

Usai meninjau kondisi gubuk yang dihuni Johar, Siti Musrikah memastikan akan membantu Johar memiliki tempat tinggal yang layak huni.

“Minggu akan mulai dikerjakan. Ada yang nyumbang seng, papan dan lain sebagainya. Kalau ada yang kurang, kami bantu,” kata Siti Musrikah.

Menurut Siti, tempat tinggal Johar tidak bisa menunggu tahun depan baru diperbaiki.

Sebab, kondisinya sudah sangat memperihatinkan. Sebagian besar pondasinya sudah roboh.

Beberapa tiang pancangnya juga sudah rapuh.

INTIP TEMPAT TIDUR: Camat Sintang, Siti Musrikah mengintip tempat tidur Johar dari dinding papan yang berlobang kala meninjau gubuk tempat tinggal sementara Johar, Warga Kayan Hulu, Kabupaten Sintang di Desa Martiguna, Kamis (2/7/2020).
INTIP TEMPAT TIDUR: Camat Sintang, Siti Musrikah mengintip tempat tidur Johar dari dinding papan yang berlobang kala meninjau gubuk tempat tinggal sementara Johar, Warga Kayan Hulu, Kabupaten Sintang di Desa Martiguna, Kamis (2/7/2020). (TRIBUNPONTIANAK/Agus Pujianto)

Sementara, jika harus diusulkan terlebih dahulu melalui program bedah rumah yang ada di PUPR, itu butuh waktu panjang.

“Sebenarnya di  Perkim ada bantuan dari kementrian PUPR, untuk program bedah rumah. Setiap desa dan kelurahan diberikan hak untuk mengusulkan 25 unit rumah pertahun."

"Cuma kondisi yang saya lihat ini tidak mungkin menunggu. Sementara untuk urus bantuan melalui birokrasi ini butuh satu tahun usulannya. Kalau begitu, nunggu rumahnya sudah roboh semua,” ungkap Siti.

Siti berkeinginan membuka rekening untuk menggalang donasi dari para dermawan.

Dana yang terkumpul nantinya akan digunakan untuk membantu masyarakat lain seperti Johar, misalnya, yang belum memiliki tempat layak huni.

“Kemarin kita diskusi dengan forkopimcam, bagaimana kalau membuat seperti rekening donasi, untuk bedah rumah yang kita kelola transparan."

"Misalnya, perlunya berapa, dapat donatur dari mana dan resmi untuk membantu warga yang kondisinya sangat darurat, tidak bisa menunggu setahun kemudian. Tapi harus hari ini diperlukan, hari ini pula dikerjakan,” jelasnya.

Dengan adanya dana darurat yang terkumpul dalam rekening donasi itu, Siti meyakini ketika ada warga yang membutuhkan uluran bantuan, tidak perlu menunggu lama.

“Kita harus memanusiakan manusia, tanpa harus melihat suku, agama, warna rambut, ini murni kemanusiaan."

"Jadi kepedulian sosial harus kita galang. Saya yakin kita mampu,” ujarnya. (*)

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved