Kecelakaan Maut di Pontianak

Tangis Teman dan Keluarga Iringi Kepergian Basuni, Pelajar SMA 14 Pontianak Korban Kecelakaan Maut

Kejadian itu memberikan kabar duka mendalam bagi teman dan keluarganya, lantaran merenggut nyawa korban seketika di tempat kejadian.

Penulis: Peggy Dania | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Peggy/Chris
KECELAKAAN SISWA SMA 14 - Ayah Almarhum Basuni dan teman-temannya mengenang kepergian almarhum, dikenal sebagai sosok yang ceria. Muhammad Basuni siswa SMAN 14 Pontianak meninggal dunia akibat kecelakaan di Paris 2 Jumat 17 Oktober 2025. 

Suasana haru tampak menyelimuti rumah duka, menurut Dimas, guru dan teman sekolah hadir mengantar korban ke peristirahatan terakhirnya.

Kenang Sang Ayah

Ayah almarhum, Suyanto begitu terpukul atas kejadian yang merenggut nyawa anaknya tersebut. Dimatanya Basuni merupakan anak selalu menjadi penyemangat.

Setiap hari menemaninya dengan tawa dan cita-cita besar. “Dia anaknya rajin, pintar, dan selalu punya target"

"Katanya mau juara tiga dulu, terus naik jadi juara satu. Semua dia capai,” ucap Suyanto dengan suara bergetar saat ditemui Tribun Pontianak.

Suyanto mengenang Basuni sebagai anak yang tak hanya berprestasi di sekolah, tapi juga berbakti di rumah dan taat beribadah.

“Dia rajin salat, nggak pernah nyusahin. Setiap jam 11 lewat, dia pasti udah siap buat ke masjid"

"Waktu kejadian itu pun, dia baru saja mau salat,” tuturnya lirih.

Sang ayah masih mengingat jelas momen pagi sebelum kecelakaan maut itu. Motor yang biasa digunakan Basuni tiba-tiba mogok tanpa sebab.

“Kemarin pagi motor itu mogok. Nggak mau hidup sama sekali. Saya suruh pakai motor abangnya saja"

"Tapi setelah dia pergi, saya coba hidupkan lagi, malah nyala. Aneh. Sore juga hidup lagi,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

Seolah menjadi pertanda, sepeda motor itu kini menjadi saksi bisu atas kepergian sang anak.

Basuni dikenal sebagai pelajar yang aktif di sekolah, terutama di olahraga futsal. Ia mudah bergaul, disukai guru dan teman-temannya.

 “Dia anak yang supel, ramah, dan punya banyak teman. Main game juga tahu waktu, kalau sudah azan pasti berhenti,” tambah Suyanto.

Bagi Suyanto, cita-cita Basuni menjadi polisi atau tentara kini tinggal kenangan. Namun, ia ingin semangat dan kebaikan sang anak tetap hidup di hati banyak orang.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved