Raih Medali Emas di ISTEC, Tim SMAK Immanuel Pontianak Ungkap Proses Persiapan yang Rumit

Pada ajang tersebut kedua tim berhasil meraih medali emas dan mampu mengalahkan 49 tim yang berasal dari beberapa negara.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Triponcast
Perwakilan kedua tim dan guru pendamping SMAK Immanuel Pontianak saat hadir di Triponcast, Senin 19 Juni 2023 menjelaskan proses persiapan yang telah dilalui saat mengikuti ajang penelitian sehingga mendapatkan penghargaan medali emas belum lama ini. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dua tim dari tujuh murid SMA Kristen Immanuel Pontianak berhasil menorehkan prestasi saat mengikuti ajang International Science Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2023 dengan perolehan medali emas dan ajang tersebut diselenggarakan di Bali pada 11 Mei - 14 Mei 2023 lalu.

Adapun tim yang pertama terdiri dari Gerald Grady, Valerie Alexia Sudjana, Michelle Sheren Virginia, dan Geraldo Nathanael, yang mengangkat penelitian tentang 'Utilization of Langsat Seed (lansium parasiticum) Extracts as Folk Anthelmintic'.

Kemudian tim kedua terdiri dari Kendrick Davlyn, Grace Grady, dan Vincent Effendy, yang mengangkat penelitian tentang 'Using Anadara Granosa Shells as an Alternative Coagulant and Mask as Water Filter' dan kedua tim ini berada di bawah bimbingan guru pembimbing Gunawan.

Pada ajang tersebut kedua tim berhasil meraih medali emas dan mampu mengalahkan 49 tim yang berasal dari beberapa negara di antaranya Malaysia, Filipina dan Afrika Selatan.

Perwakilan tim yang pertama, Michelle Sheren Virginia menjelaskan proses penelitian penggunaan ekstrak biji Langsat sebagai obat cacing melalui proses yang cukup panjang karena harus menunggu musim langsat.

"Karena kita menggunakan biji Langsat jadi kita harus menunggu musim langsat dulu, harus kita keringkan dan dihaluskan kemudian kita ambil ekstraknya, tapi kalau langsung digunakan kepada objeknya itu hanya satu hari saja untuk proses ujinya," jelasnya dalam acara Tribun Pontianak Official Podcast (Triponcast) edisi Senin 19 Juni 2023.

Murid SMA Kristen Immanuel Pontianak Kembali Raih Sejumlah Prestasi di Tingkat Internasional

Michelle menjelaskan, tingkat kerawanan terjadinya cacingan itu masih sering ditemukan bahkan memiliki resiko terkena mencapai angka 90 persen.

"Terutama itu untuk di daerah-daerah terpencil ya bisa kita bilang dan habitasinya kurang bersih, apalagi jika terkena di daerah-daerah terpencil yang memang untuk akses obat-obatan ini agak susah, jadi kalau untuk buah Langsat ini dia bisa tumbuh di daerah-daerah dan bisa diambil serta dicari dengan mudah," katanya.

Oleh sebab itu, ia bersama tim mengangkat tema tesebut untuk mencari sebuah alternatif kepada masyarakat khususnya yang berada di daerah pedalaman yang tidak bisa mengakses obat-obatan dalam hal ini cacing, untuk memanfaatkan ekstrak biji Langsat.

"Penelitian ini mungkin masih tahap awal, namun untuk hasil akhirnya kami punya gambaran, bisa saja selain dijadikan obat-obatan dalam bentuk kapsul dan lainnya mungkin juga bisa dijadikan seperti teh celup sehingga akan lebih enak," jelasnya.

"Tentunya saat ini kami berupaya untuk mempublikasikannya kepada masyarakat dan teman-teman bahwa biji Langsat ini masih berfungsi dan bisa dijadikan alternatif obat cacing," tambahnya.

Selain itu, pada kesempatan yang sama, perwakilan tim yang kedua Grace Grady menjelaskan bagaimana proses yang telah ia jalani dalam memanfaatkan kerang darah untuk menghasilkan air bersih tak selama tim yang pertama.

"Awalnya kita melihat banyak sekali air yang digunakan masyarakat yang tinggal di tepian sungai itu airnya kurang bersih dan kalau dimanfaatkan secara terus menerus itu akan ada dampaknya," kata Grace.

"Jadi lebih baik kalau bisa kita mencari alternatif supaya air itu bisa layak untuk digunakan, dan kebetulan kita tinggal di Kalimantan Barat yang tak begitu sulit menemukan sisa cangkang kerang darah, jadi cangkang itu kami manfaatkan sebagai koagulan air dan juga masker sebagai alat filtrasinya," jelasnya.

Christiandy Sanjaya Minta Mahasiswa dan Pengajar STT Immanuel Jadi Fasilitator Pilar Kebangsaan

Selain itu, ia juga menjelaskan koagulan ini sama fungsinya seperti tawas dan PAC, hanya saja jauh lebih aman penggunaannya.

"Setelah kita tes kerang darah ini ternyata bisa mengendapkan kotoran air tersebut lebih jernih dan PH airnya tidak asam tetap di angka 7 lebih aman di kulit, prosesnya sendiri harus dilakukan pengendapan selama 4 hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal," jelasnya.

Tak hanya itu, ia juga menjelaskan bagaimana caranya untuk menghasilkan koagulan air bersih tersebut.

"Caranya itu ya kulit kerang darah ini dihancurkan saja agar pori-porinya ada interaksi antara air kotor itu dengan komponen yang di dalam kerangnya, karena mengandung CACO3 dan air ini nantinya disaring lagi dengan menggunakan masker itu tadi dan saat ini sudah melalui proses publikasi yang di fasilitasi oleh Kementrian PUPR," jelasnya.

Di sisi lain, Guru Pendamping, Gunawan juga mengungkapkan pada prosesnya, mencari ide merupakan proses terpanjang karena harus mencari ide yang tepat.

"Memang yang lama itu saat mencari idenya, karenakan jika gagal kita harus cari lagi ide lainnya kemudian kita garap dan cari lagi metodologinya dan langkah-langkahnya seperti apa nah itu yang lama," katanya.

Ia juga menjelaskan, untuk persiapan perlombaannya sendiri hanya membutuhkan waktu kurang lebih hampir satu bulan.

"Karena saat di Bali kita sudah siapkan poster dan juga alat-alat pendukung lainnya agar lebih jelas lagi dan dalam proses penilaian siswa siswi ini harus melakukan presentasi saat dihampiri oleh para juri dan menjawab sejumlah pertanyaan yang dilemparkan," katanya.

Gunawan melanjutkan, dalam menjawab pertanyaan murid juga harus punya strategi yang baik.

"Jadi saat salah seorang menjawab pertanyaan yang lain memanfaatkannya untuk berfikir dalam untuk memperjelas jawaban dari temannya," jelasnya.

Namun demikian, ia juga mengaku tak mengalami kesulitan saat mengikuti ajang Internasional tersebut.

"Kesulitan sih enggak ya capek mungkin iya ya, karena untuk persiapan sampai di sana saja kita mempersiapkannya itu sampai jam 11-12 malam baru selesai dan setelah itu kita harus latihan presentasi lagi untuk besoknya, itu aja sih kalau kesulitan lainnya gak ada lah karena anak-anak ini juga sudah pinter-pinter dan semangatnya tinggi," pungkasnya.

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kota Pontianak Hari Ini Di sini 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved