Banjir dan Tanah Longsor

Waspada Longsor, Sanggau dan Singkawang Rawan

Selain itu, terdapat 995 desa/kelurahan berpotensi tanah longsor dalam kategori rawan sedang.

|
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
Dinas Perhubungan Kabupaten Sekadau saat memasang rambu-rambu lalu lintas di beberapa titik lokasi yang terkena tanah longsor di Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat, Jumat 12 Mei 2023. 

"Ada tiga unit rumah dan satu bengkel mobil terdampak pergeseran tanah tersebut," katanya, Selasa 6 Juni 2023 malam.

Budi mengatakan, dari tiga unit rumah dan satu bengkel mobil yang terdampak, satu unit rumah lainnya mengalami kemiringan cukup parah.

"Dari tiga rumah itu, satu di antaranya paling parah sehingga penghuni rumah terpaksa mengungsi ke rumah tetangganya yang lebih aman dari longsor," jelasnya.

Budi menambahkan, tim TRC BPBD Sanggau bersama Polsek Kapuas, Koramil Kapuas, PLN dan warga sudah melakukan evakuasi barang dan tim PLN melakukan pembenahan jaringan listrik.

BPBD Kalbar Catat 173 Desa di Kalbar Kategori Rawan Tinggi Longsor

Singkawang Rawan

Sebelumnya, kekhawatiran terjadinya longsor juga dirasakan warga Kota Singkawang.

Berdasarkan pantauan TribunPontianak, Selasa 30 Mei 2023 lalu, terlihat ada 16 titik spanduk dipasang di Jl Gunung Sari, Kota Singkawang.

Spanduk dipasang di sisi jalan, dari awal masuk jalan Gunung Sari sampai lokasi pembangunan di kaki bukit milik seorang pengusaha bernama Alex EM.

Salah satu sepanduk tertulis, Stop Pembangunan di sekitar kaki bukit untuk kepentingan pengusaha yang mengorbankan sisi sosial masyarakat dan lingkungan, #SaveGunungSari #SingkawangSedangTidakBaik-baikSaja.

Berdasarkan keterangan warga, Hatta, mengatakan pemasangan spanduk merupakan aksi peduli Gunung Sari yang dilakukan oleh warga RT 54, Jalan Gunung Sari, Kelurahan Pasiran, Singkawang Barat, Kota Singkawang, yang terdampak banjir pada Jumat 12 Mei 2023 malam lalu.

"Aksi ini digelar dari hari Minggu 28 Mei 2023, sebagai wujud solidaritas bersama warga yang terdampak banjir dan menyikapi perkembangan atas proses dan progres yang dinilai lambat dan terkesan mengesampingkan," ucapnya saat ditemui TribunPontianak di jalan Gunung Sari Singkawang, Kalimantan Barat.

Hatta menjelaskan musibah banjir air bah berwarna coklat pekat disertai batu dan lumpur setinggi lutut orang dewasa sering melanda saat hujan lebat selama 2 tahun terakhir.

Menurutnya, banjir tersebut terjadi sejak adanya pembangunan di kawasan perbukitan yang menuai polemik serta diindikasikan sebagai sumber masalah.

"Karena hutan Gunung Sari yang berfungsi sebagai hutan resapan dan berstatus Rimba Kota (hutan lindung) Kota Singkawang kian gundul, gersang dan tak berfungsi," katanya.

"Seharusnya sebagai zona kawasan hijau untuk pengantisipasian potensi bencana alam banjir dan longsor sesuai statusnya sebagai RTH Kota Singkawang," tambahnya.

Terakhir berharap, aksi giat peduli tersebut mendapatkan atensi dan perhatian yang lebih serius dan ada solusi terkait dampak lingkungan yang dirasakan warga akibat pembukaan lahan dan pembangunan di kawasan Bukit Gunung Sari.

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved