Merajut Asa, Guru Honorer di Sambas Dengan Gaji Tak Menentu
Menurut Wiwin, gaji yang ia terima sebagai guru honorer relatif kecil namun bermakna yang begitu dalam bagi dirinya sebagai seorang guru.
Penulis: Imam Maksum | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Perjuangan Wiwin, seorang guru honorer di SMKN Negeri 1 Jawai Selatan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, tak pernah padam demi dedikasi mencerdaskan muridnya, Selasa 28 Oktober 2025.
Wiwin (25) seorang perempuan warga Desa Sebaran, Kecamatan Jawai Selatan, telah menjadi guru honorer sejak dua tahun belakangan. Ia memilih profesi guru usai lulus kuliah.
"Nama saya Wiwin guru honorer di SMK Negeri 1 Jawai Selatan. Sudah dua tahun saya berdiri di depan kelas, dengan spidol di tangan dan harapan di dada," kata Wiwin, bercerita kepada Tribunpontianak.co.id, Selasa 28 Oktober 2025.
Wiwin bilang, gaji dari penghasilan mengajar sebagai guru honorer tak menentu jumlahnya. Ia menerima setiap bulan sekitar 700 ribu hingga 2 juta Rupiah per bulan.
Penghasilannya itu tergantung dari jumlah jam mengajar setiap hari. Tunjangan tambahan ia terima sebagai wali kelas sekitar Rp200 ribu per bulan.
"Menyangkut perihal gaji saya tak menentu kadang 700.000 sampai 2.000.000 tergantung seberapa banyak jam saya mengajar dan tunjangan senilai 200.000, dipotong pajak, dari tugas sebagai wali kelas," ungkap Wiwin.
Menurut Wiwin, gaji yang ia terima sebagai guru honorer relatif kecil namun bermakna yang begitu dalam bagi dirinya sebagai seorang guru.
"Tidak besar, tapi cukup untuk sekadar mengingatkan bahwa saya masih dibutuhkan," tuturnya.
Baca juga: Sekda Sambas Ikut Retret Nasional di IPDN Jatinangor, Fery Pastikan Birokrasi Terus Berjalan
Wiwin bercerita dua kali mencoba daftar sebagai Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) dan Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja (PPPK) namun upayanya tak pernah berhasil.
"Saya pernah dua kali mencoba peruntungan di tes CPNS dan PPPK. Dua kali juga saya gagal, bahkan sebelum sempat berjuang di ruang ujian," katanya.
Wiwin selalu gagal di tahap persyaratan administrasi selama mencoba keberuntungan seleksi CPNS maupun PPPK.
"Bukan karena saya tak mau belajar, tapi karena belum memenuhi syarat," jelasnya.
Wiwin mengaku tetap bertahan sebagai guru honorer lantaran melihat wajah-wajah anak muridnya yang begitu semangat belajar menuntut ilmu.
"Lalu, kenapa saya masih di sini, karena setiap kali saya melihat anak didik tersenyum, memahami sesuatu yang dulu mereka anggap sulit, saya merasa hidup saya tidak sia-sia," katanya.
Wiwin menyebut semangat belajar yang ada di benak para murid itu menganggapnya sebagai orang tua asuh. Ia yakin hal itu melebihi dari sekedar status bahkan jumlah gaji.
"Karena di mata mereka, saya bukan sekadar honorer saya adalah orangtua mereka. Dan itu lebih berharga dari sekadar status atau angka di slip gaji," ungkap Wiwin.
| Tak Pernah Masuk Kerja, Oknum ASN di Kapuas Hulu Diduga Lakukan Penipuan |
|
|---|
| Disporapar Kalbar Gandeng BNN Ajak Pemuda Jauhi Narkoba dan Waspadai Talasemia Lewat Film Edukasi |
|
|---|
| Sekda Sambas Ikut Retret Nasional di IPDN Jatinangor, Fery Pastikan Birokrasi Terus Berjalan |
|
|---|
| Damkar Sanggau Kembali Evakuasi Seekor Ular yang Masuk ke Kios Warga |
|
|---|
| Windy Prihastari Dorong Pemuda Siapkan Diri Menuju Generasi Emas 2045 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.