Penambang Sampan Sambas

KISAH PILU Amri, Puluhan Tahun Setia Kayuh Sampan di Sungai Sambas Hingga Anaknya Kuliah di Untan

Amri bercerita, ia masih ingat kalau dirinya pernah melayani rute penyeberangan yang cukup jauh.

Penulis: Imam Maksum | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Imam Maksum
PENAMBANG SAMPAN - Amri, seorang penambang sampan jasa penyeberangan di sungai Sambas. Amri warga Desa Tumuk Manggis, Kecamatan Sambas telah puluhan tahun menjadi penambang sampan dan bertahan hingga sekarang, Minggu 26 Oktober 2025. 

Amri memilih bertahan menjadi penambang lantaran pengalaman yang ia miliki serta alasan tak memiliki pekerjaan lain.

Walaupun hasilnya kini tak seberapa menurutnya rezeki patut untuk tetap disyukuri.

"Saya bertahan karena pertama masih ada orang perlu, kemudian tidak ada pilihan pekerjaan lain, walaupun hasilnya ini apa adanya yang kita dapat. Rezeki bukan kita yang mengaturnya tetapi Tuhan Maha Esa, yang sudah mengaturnya," tuturnya.

Bertahan Menjadi Penambang Sampan di Sungai Sambas, Amri Mampu Kuliahkan 2 Anak

Meski sudah hapal merasakan asam garam bagaimana mendayung sampan di aliran sungai namun Amri tetap memiliki kekhawatiran saat di tengah sungai mengantar penumpang.

Dia bilang, kondisi menanjak air surut dan menanjak angin ialah hal terberat saat mendayung sampan.

"Kendala menjadi penambang sampan itu ketika arus air dan angin kurang bersahabat, bersahabat. Kalau air surut itu sulit," kata Amri, warga yang lahir di Kampung Dagang.

"Saat ini tinggal di Tumuk. Saya bisa berkayuh ke Kampung Dagang kalau airnya surut, itu kondisinya menanjak air, menanjak angin itu bisa sampai 40 menit. Nanjak angin itu agak berat berkayuh," katanya.

Amri sudah puluhan tahun tnggal di Desa Tumuk Manggis, tepatnya di tepian sungai, dekat masjid. Dia memiliki dua orang anak dan satu orang istri.

"Anak saya dua orang, dua-duanya sudah duduk di bangku kuliah. Satu di Untan Pontianak, semester tujuh, anak kedua kuliah di Poltesa," kata Amri bercerita.

Amri tak dapat memastikan berapa penghasilan menjadi penambang sampan dalam era saat ini dimana jumlah penumpang kian menyusut.

"Penghasilan kami tidak dapat dipastikan, karena saya itu pagi turun lalu jam 10 pagi sudah naik ke darat. Sekarang agak sepi sehingga untuk dapat penghasilan mencapai 20-30 ribu Rupiah per hari   sudah agak sulit," ujarnya.

Dia mengenang masa-masa sebelum sepi penumpang, rata-rata penghasilan menjadi penambang sampan berkisar 80 ribu Rupiah per hari.

"Kalau dahulu itu kan masih ramai orang yang lewat penyeberangan sampan jadi bisa sampai 80 ribu per hari. Sekarang ini orang kebanyakan menggunakan motor darat, masing-masing itu sudah hampir punya motor di rumah," katanya. 

Menurut Amri, jumlah kendaraan bermotor di darat sudah terlampau banyak. Bahkan setiap orang dalam satu rumah sudah dipastikan memiliki sepeda motor.

"Karena pengaruh banyaknya sepeda motor zaman sekarang ini, jadi menyusut lah yang gunakan sampan ini. Dulu kalau anak-anak sekolah masih naik sampan penyeberangan untuk berangkat dan pulang ke sekolah," katanya.

Tak Adanya Aliran Listrik di Dusun Seladu Sambas, Suriansyah: Menghambat Pendidikan dan Pelayanan

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved