Penambang Sampan Sambas
KISAH PILU Amri, Puluhan Tahun Setia Kayuh Sampan di Sungai Sambas Hingga Anaknya Kuliah di Untan
Amri bercerita, ia masih ingat kalau dirinya pernah melayani rute penyeberangan yang cukup jauh.
Penulis: Imam Maksum | Editor: Faiz Iqbal Maulid
Amri memilih bertahan menjadi penambang lantaran pengalaman yang ia miliki serta alasan tak memiliki pekerjaan lain.
Walaupun hasilnya kini tak seberapa menurutnya rezeki patut untuk tetap disyukuri.
"Saya bertahan karena pertama masih ada orang perlu, kemudian tidak ada pilihan pekerjaan lain, walaupun hasilnya ini apa adanya yang kita dapat. Rezeki bukan kita yang mengaturnya tetapi Tuhan Maha Esa, yang sudah mengaturnya," tuturnya.
• Bertahan Menjadi Penambang Sampan di Sungai Sambas, Amri Mampu Kuliahkan 2 Anak
Meski sudah hapal merasakan asam garam bagaimana mendayung sampan di aliran sungai namun Amri tetap memiliki kekhawatiran saat di tengah sungai mengantar penumpang.
Dia bilang, kondisi menanjak air surut dan menanjak angin ialah hal terberat saat mendayung sampan.
"Kendala menjadi penambang sampan itu ketika arus air dan angin kurang bersahabat, bersahabat. Kalau air surut itu sulit," kata Amri, warga yang lahir di Kampung Dagang.
"Saat ini tinggal di Tumuk. Saya bisa berkayuh ke Kampung Dagang kalau airnya surut, itu kondisinya menanjak air, menanjak angin itu bisa sampai 40 menit. Nanjak angin itu agak berat berkayuh," katanya.
Amri sudah puluhan tahun tnggal di Desa Tumuk Manggis, tepatnya di tepian sungai, dekat masjid. Dia memiliki dua orang anak dan satu orang istri.
"Anak saya dua orang, dua-duanya sudah duduk di bangku kuliah. Satu di Untan Pontianak, semester tujuh, anak kedua kuliah di Poltesa," kata Amri bercerita.
Amri tak dapat memastikan berapa penghasilan menjadi penambang sampan dalam era saat ini dimana jumlah penumpang kian menyusut.
"Penghasilan kami tidak dapat dipastikan, karena saya itu pagi turun lalu jam 10 pagi sudah naik ke darat. Sekarang agak sepi sehingga untuk dapat penghasilan mencapai 20-30 ribu Rupiah per hari sudah agak sulit," ujarnya.
Dia mengenang masa-masa sebelum sepi penumpang, rata-rata penghasilan menjadi penambang sampan berkisar 80 ribu Rupiah per hari.
"Kalau dahulu itu kan masih ramai orang yang lewat penyeberangan sampan jadi bisa sampai 80 ribu per hari. Sekarang ini orang kebanyakan menggunakan motor darat, masing-masing itu sudah hampir punya motor di rumah," katanya.
Menurut Amri, jumlah kendaraan bermotor di darat sudah terlampau banyak. Bahkan setiap orang dalam satu rumah sudah dipastikan memiliki sepeda motor.
"Karena pengaruh banyaknya sepeda motor zaman sekarang ini, jadi menyusut lah yang gunakan sampan ini. Dulu kalau anak-anak sekolah masih naik sampan penyeberangan untuk berangkat dan pulang ke sekolah," katanya.
• Tak Adanya Aliran Listrik di Dusun Seladu Sambas, Suriansyah: Menghambat Pendidikan dan Pelayanan
Penambang Sampan Sambas
Sungai Sambas Kecil
cerita haru Penambang Sampan Sambas
Profesi Penyeberangan Air
Penambang Sampan Sambas mulai tergusur
Sambas
| Soal Jawaban 47 Pilihan Ganda Seni Musik Kelas 4 Kurikulum Merdeka 2025 Semester 1 |
|
|---|
| Satpolairud Sambas Evakuasi ABK Warga Selakau Meninggal di Perairan Kepri |
|
|---|
| Duka dan Pengampunan! Ramadhan Sopir Bus Damri Maut Dimaafkan Keluarga Korban Almarhum Khoirul |
|
|---|
| Tata Cara Bikin KTP Digital dengan Aplikasi Identitas Kependudukan |
|
|---|
| TABRAKAN Maut Bus Damri Pontianak, Manajer Usaha Riska Mona: Kami Tetap Bertanggung Jawab |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.