Berita Viral

Konflik Meningkat! China Kini Resmi Hentikan Impor Makanan Laut Jepang

Konflik kian meningkat, China kini resmi menghentikan impor makanan laut dari Jepang.

Editor: Rizky Zulham
Dok. Kompas.com
CHINA VS JEPANG - Ilustrasi. Konflik kian meningkat, China kini resmi menghentikan impor makanan laut dari Jepang. 
Ringkasan Berita:
  • Ketegangan ini terjadi setelah Beijing menghentikan seluruh impor makanan laut dari Jepang.
  • Tak hanya itu, China juga menegaskan membuka peluang tindakan lanjutan jika Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi tidak mencabut ucapannya terkait Taiwan.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Konflik kian meningkat, China kini resmi menghentikan impor makanan laut dari Jepang.

Ketegangan China dan Jepang kembali meningkat.

Ketegangan ini terjadi setelah Beijing menghentikan seluruh impor makanan laut dari Jepang.

Tak hanya itu, China juga menegaskan membuka peluang tindakan lanjutan jika Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi tidak mencabut ucapannya terkait Taiwan.

Pada 7 November 2025, Takaichi menyatakan di parlemen bahwa penggunaan kekuatan militer China terhadap Taiwan bisa menimbulkan situasi yang mengancam kelangsungan hidup bagi Jepang.

Baca juga: Makin Tegang! China Batalkan Seluruh Penerbangan ke Jepang, Buntut Konflik Taiwan

Sanae Takaichi bahkan menegaskan tidak akan menarik pernyataannya itu yang memicu ketegangan dengan China.

Pernyataan Takaichi tersebut dinilai bisa memicu penggunaan hak bela diri kolektif Jepang untuk mendukung Amerika Serikat jika China melakukan blokade atau tekanan terhadap Taiwan, meski konstitusi Jepang melarang perang.

"Pernyataan itu mengikis tatanan internasional pasca-Perang Dunia II, dan bertentangan dengan prinsip 'Satu China' serta semangat empat dokumen politik antara China dan Jepang.

Pernyataan itu telah menimbulkan kerusakan mendasar pada fondasi politik hubungan China–Jepang," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dikutip dari Antara.

Dia menyebut pernyataan itu memicu kemarahan rakyat China.

Mao sebut tidak ada pasar makanan laut untuk Jepang

Mao Ning menilai pernyataan tersebut telah merusak fondasi politik hubungan kedua negara dan memberi alasan kuat bagi Beijing untuk merespons.

“Pihak China akan dipaksa untuk mengambil tindakan balasan yang keras dan tegas, dan pihak Jepang akan menanggung segala konsekuensinya,” ujar Mao, dikutip South China Morning Post, Rabu 19 November 2025.

Meski belum ada konfirmasi resmi soal penghentian impor, Mao menyebut Jepang sejauh ini gagal menyerahkan dokumen teknis yang dijanjikan.

Dokumen teknis yang dimaksud itu merupakan prasyarat utama untuk membuka kembali akses produk laut Jepang ke pasar China.

Ia juga kembali menghubungkan isu itu dengan pernyataan Takaichi, sembari menegaskan bahwa sekalipun ekspor makanan laut Jepang tetap berlanjut, tapi tetap tidak ada pasar untuk produk tersebut.

“Tidak akan ada pasar untuk produk tersebut (makanan laut dari Jepang),” tegas Mao.

China pernah menghentikan impor makanan laut Jepang

Dilansir dari Japan Times, Rabu 19 November 2025, larangan baru yang kembali menghantui hubungan ekonomi kedua negara ini sejatinya bukan langkah pertama Beijing.

Pembatasan serupa pernah diberlakukan pada Agustus 2023, setelah Jepang mulai membuang air limbah olahan dari PLTN Fukushima Daiichi ke Samudra Pasifik. Tokyo dan Beijing akhirnya mencapai kesepakatan pada September tahun lalu.

Impor makanan laut pun kembali dibuka, dan Jepang baru mengirimkan pengiriman perdana kurang dari dua pekan lalu.

Namun, perkembangan terbaru membuat hubungan dagang kedua negara kembali berada di ujung tanduk.

Menurut laporan NHK, otoritas China beralasan bahwa penghentian impor diperlukan untuk memastikan pemantauan ketat terhadap pembuangan air limbah dari fasilitas nuklir tersebut.

Mereka menegaskan langkah itu akan berlangsung untuk masa mendatang yang dapat diperkirakan. Situasi ini menandakan bahwa kendala perdagangan ini bisa berlanjut tanpa batas waktu.

Peringatan keras dan tuntutan Beijing

Mao mendesak Tokyo mencabut komentar Takaichi dan berhenti memicu ketegangan.

“Jika Jepang menolak mencabut pernyataan tersebut, China akan mengambil tindakan balasan yang serius, dan semua konsekuensinya akan ditanggung oleh pihak Jepang,” ujarnya.

Namun pemerintah Jepang membantah menerima pemberitahuan resmi dari Beijing mengenai penangguhan impor tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Minoru Kihara menegaskan bahwa kesepahaman kedua negara yang dicapai September lalu harus dilaksanakan sepenuhnya.

Meski Jepang menyatakan tetap terbuka berdialog, Kihara tidak menguraikan langkah lanjutan yang mungkin diambil.

Ketegangan bermula dari pernyataan Takaichi pada 7 November di parlemen, bahwa Jepang dapat mempertimbangkan respons militer jika China melakukan blokade laut di sekitar Taiwan.

Takaichi kemudian melunakkan ucapannya, mengaku tidak bermaksud keluar dari kebijakan pemerintah, namun penarikan pernyataan dianggap berisiko menciptakan preseden politik bagi Tokyo.

Pertemuan diplomatik yang buntu

Direktur Jenderal Urusan Asia Kementerian Luar Negeri China Liu Jinsong menyatakan tidak puas usai bertemu Masaaki Kanai, pejabat setingkat direktur jenderal dari Jepang.

Menurut laporan pemerintah Jepang, pembicaraan itu hanya mengulang posisi masing-masing.

China terus menuntut pencabutan pernyataan Takaichi dan mempertahankan langkah-langkah yang sudah diberlakukan.

Selain larangan impor makanan laut, China juga memperingatkan warganya yang hendak bepergian ke Jepang dan mahasiswa yang tengah belajar di negara tersebut.

Ketegangan bahkan merembet ke sektor budaya, saat Badan Perfilman China menghentikan persetujuan film Jepang baru dan menangguhkan enam judul yang sudah mendapat tanggal rilis.

Baca juga: MEMANAS Sengketa China-Taiwan di Kepulauan Diaoyu, Kini Picu Keterlibatan Jepang dan Amerika Serikat

Perusahaan hiburan Jepang Yoshimoto Kogyo pun membatalkan penampilan di Festival Komedi Internasional Shanghai karena keadaan yang tidak dapat dihindari.

Semoga informasi ini bermanfaat.

# Berita Viral

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved