Kadis Perkebunan dan Pertanian Kalbar Sebut Kebutuhan Sapi Naik, Munsif: Kita Masih Harus Impor

"Sapi itu kita masih harus import dan tahun lalu itu sekitar 285.000 ton kemudian tahun ini kita turun sedikit sekitar 6 persen dan di Kalimantan Bara

Tribunpontianak/Ferlianus Tedi Yahya
Kepala Dinas Perkebunan dan Pertanian Provinsi Kalimantan Barat Muhammad Munsif, saat menghadiri acara Tribun Pontianak Podcast pada Sabtu 10 Desember 2022. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Perkebunan dan Pertanian Provinsi Kalimantan Barat, Muhammad Munsif mengatakan saat ini kebutuhan sapi masih sangat banyak. Untuk itu diperlukan impor sapi

"Sapi itu kita masih harus Impor dan tahun lalu itu sekitar 285.000 ton kemudian tahun ini kita turun sedikit sekitar 6 persen dan di Kalimantan Barat itu sendiri kebutuhan konsumsi kita berada sekitar 5000 an ton," katanya saat menghadiri acara Tribun Pontianak Podcast pada Sabtu 10 Desember 2022.

Walaupun sapi lokal yang dimiliki saat ini cukup banyak namun tidak semuanya bisa di potong, karena perlunya melalui proses regenerasi dan hal lainnya. 

"Kita punya sapi disini itu sekitar 150.000-an ekor, tapi tentu kita harus paham bahwa sapi-sapi itu tidak dipotong semua karena ada strukturnya, karena masih ada yang pedet, remaja, dan indukan," katanya . 

Munsif juga mengatakan untuk kualitas sapi itu sendiri dihasilkan dari kualitas pangan yang diberikan kepada sapi-sapi yang diternakkan. 

"Untuk usaha sapi atau ternak sapi, itu sukses story-nya bisa mencapai 60 hingga 70 persen dari kualitas pakan yang berkualitas dan kuantitas," katanya .

Implementasi Sistem Integrasi Kelapa Sawit dan Sapi di Kalbar Disebut Dapat Jadi Potensi

Dengan adanya wilayah perkebunan kelapa sawit yang luas di Kalimantan Barat ini, ia juga mengatakan perlu disyukuri karena menjadi sumber pangan dan lahan. 

"Bersyukurlah kita yang ada di Kalimantan Barat ini, kebun kelapa sawit inilah yang menjadi sumber pakan nya sapi," katanya. 

Ia juga menjelaskan tahun 2017 Indonesia bekerjasama dengan Australia guna membuat pilot project berupa kajian di beberapa wilayah di Indonesia

"Kerja sama ini dalam konteks pengembangan sapi terutama dalam sistem pengembangan integrasi, ada yang kita sebut sebagai SISKA murni dan menggunakan pola semi SISKA," jelasnya. 

"Program itu dimana kemudian disempurnakan dan untuk sapi-sapi betina yang sedang mengandung setiap tiga bulan sekali itu mereka dipisah, guna untuk meningkatkan kesehatannya sehingga meningkatkan proses melahirkannya dan mengurangi tingkat kematian," tambahnya. 

Selain itu ia juga menjelaskan, untuk peternakan yang dikembang biakan oleh koprasi dan masyarakat itu menggunakan sistem tebang angkut. 

"Dan ini berbeda dengan kedua sistem tadi, untuk ternak sapi yang di ternak langsung oleh masyarakat kita itu lebih banyak menggunakan sistem ini, dan sapi-sapi itu dirawat seperti di hotel tidak dilepaskan begitu saja," jelasnya. 

Jelang Natal dan Tahun Baru, Bahan Pokok di Kalbar Aman dan Tercukupi

Selain menggunakan sistem lahan, yang di mana sapi tersebut dilepaskan begitu saja ada juga yang menggunakan lahan hijau kemudian dipotong dan diberikan ke kandang. 

"Dan terakhir itu ada open grazing ya, itu artinya sapi ini tidak ada hubungannya dengan sawit, dimana memanfaatkan lahan yang luas untuk menggunakan pakan hijau dan memberikannya ke kandang dan kajian ini ternyata berhasil," katanya. 

Namun demikian, adanya kerjasama tersebut membuktikan bahwa beberapa sistem yang digunakan berhasil. 

"Kalau itu dikombinasikan dengan kebun sawit tentu kebunnya menjadi lebih produktif, karena TBS nya tentu meningkatkan produksinya dan ongkos pemeliharaan itu berkurang," jelasnya.

Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved