Kisah Surat Tidak Layak Vaksin

Masalahnya, pertimbangan klinis ini terkadang diabaikan oleh mereka yang meminta surat tidak layak vaksin.

Editor: Nina Soraya
Tribunpontianak.co.id/Istimewa
dr. Danayu Sanni, SpJP(K), FIHA 

Saya membiarkan mereka memilih untuk mempercayai bahwa vaksin Covid 19 akan membuat sakit, atau meninggal, lebih dari sebuah operasi jantung beresiko. Saya tidak ingin memperpanjang debat, karena saya ingin menghemat mood saya agar bisa menyapa pasien – pasien setia saya selanjutnya.

Bantu Pemulihan Ekonomi, BPJamsostek Gelar Vaksinasi Tahap II Sasar Pekerja dan Masyarakat Umum

Namun jika saya berbalik bertanya, bagaimana jika, saya membuatkan surat tidak layak vaksin, kemudian qadarullah (telah ditetapkan sesuai kehendak Allah), pasien tersebut terkena Covid 19 yang sangat parah dan membuat beliau tidak dapat dioperasi, membuat beliau harus mengalami perawatan yang lama dan sangat panjang, salah siapa itu kemudian? Sebab jika itu saya sampaikan, akan semakin terdiskoneksi kami, berujung pada saling memaki. Maka saya mundur. Mencoba menelaah dalam hati pemikiran mereka.

Jika divaksin, lalu terjadi KIPI, maka itu salah saya. Jika tidak divaksin lalu terkena Covid, maka itu salah saya juga. Jadi dimana letak Sang Pencipta dalam kalimat ini?

Sesungguhnya saya berlepas diri dari menyatakan bahwa saya adalah bagian dari sebab akibat kesembuhan ataupun kesakitan, serta kematian. Betapa mudah pasien melemparkan sesuatu yang menjadi takdir Allah kepada kami yang manusia biasa.

Perlu dicatat bahwa divaksin atau tidak, keuntungannya tidak pernah menjadi milik saya. Keuntungan tersebut sepenuhnya menjadi milik pasien dan keluarganya. Setiap manfaat vaksin seorang pasien, akan kembali kepada pasien tersebut dan keluarganya, dan komunitasnya.

Bukan pada saya. Namun yang terjadi adalah saya dianggap sebagai penjahatnya. Orang yang berniat menggagalkan rencana operasi. Padahal kita, saya dan anaknya, berada dalam satu kubu. Sama sama ingin agar ibunya sehat.

Apa itu KIPI ? KIPI adalah ? Apa Gejala KIPI ? Apa yang Harus Dilakukan ketika Mengalami KIPI ?

Kita, saya dan anda, berada dalam posisi yang sama, menginginkan kesembuhan dan kesehatan. Kita kawan, bukan lawan. Seorang kawan tidak layak mendapatkan ancaman seperti itu.

Saya memiliki banyak cerita lagi tentang vaksin. Kali ini tentang dokter yang menolak memberikan vaksin pada pasien saya, meskipun sudah saya berikan surat layak vaksin. Alasannya, karena ditulis setuju vaksin, bukan boleh vaksin.

Betapa redaksi tulisan menjadi hal esensial yang membuat pasien saya harus kembali pada saya dalam sebuah perjalanan panjang, yang mudah – mudahan tidak terkena covid dalam perjalanannya tersebut. Sebab jika ya, yang paling sedih adalah saya.

Pernah seorang pasien, sudah 2 kali saya berikan surat layak vaksin, dua kali menghadap pemberi vaksin, dan dua kali ditolak. Padahal dengan surat itu saya telah mengambil tanggung jawab dari mereka, jikalau terjadi sesuatu, silahkan salahkan saya. Katakan saja, dokter jantungnya menyuruh vaksin, tidak apa. Sungguh tidak apa. Saya ikhlas. Tapi tidak, pasien saya tetap tidak diberikan vaksin.

Hingga suatu hari ia terkena serangan jantung, yang kesekian, akibat Covid 19. Dan saya, yang mengikuti riwayat penyakitnya sejak awal, merasakan duka yang sangat mendalam. Betapa tidak terhubungnya antara panduan pemberian vaksin dan kenyataan di lapangan.

WHO Sebut Varian Virus Baru R.1, Ini Fakta Tentang Varian R.1

Maka tepat sekali WHO mengangkat tema use heart to connect dalam hari jantung sedunia tahun ini. Gunakan hati, untuk memahami, bahwa setiap yang kami lakukan tidak pernah bermaksud menyakiti.

Jangan meminta kami memfasilitasi ketakutan anda akan vaksin Covid yang didasarkan atas suara sumbang dengan meminta surat tidak layak vaksin. Jangan bebankan kejadian KIPI pada kami. Jangan menganggap kami mendoakan buruk ketika kami menjelaskan betapa besarnya efek Covid 19 dibandingkan efek vaksin.

Sungguh kami ingin anda menjalani penerbangan yang indah, yang sudah terlindungi dari si kuman jahat. Meski masih mungkin terkena, namun insyaallah lebih ringan gejalanya. Tanyakan saja pada pasien – pasien saya yang telah satu frekuensi dengan saya. Mereka yang telah memberanikan diri untuk vaksin, kemudian tetap terkena Covid. Tanyakan dan bandingkan kenyataannya.

Coronalah penjahatnya, bukan kami. Jika kita dengan ringan kaki dan senang hati mengantar si kecil tercinta untuk vaksin sejak bayi hingga balita, percaya bahwa hal tersebut dapat meningkatkan kekebalan tubuh kesayangan kita, mengapa hal yang sama tidak berlaku untuk vaksin Covid 19? Selamat hari jantung sedunia, masyarakat Kalbar. Semoga jantung kita selalu sehat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved