Kisah Surat Tidak Layak Vaksin

Masalahnya, pertimbangan klinis ini terkadang diabaikan oleh mereka yang meminta surat tidak layak vaksin.

Editor: Nina Soraya
Tribunpontianak.co.id/Istimewa
dr. Danayu Sanni, SpJP(K), FIHA 

Saya, seperti biasanya, enggan berdebat kusir dan memilih untuk menyerahkannya pada perawat. Saya meninggalkan pasien tersebut untuk visit ruangan kritis yang memang kebetulan membutuhkan saya. Jauh lebih membutuhkan saya daripada pasien tersebut. Pasien yang memaksa tanda tangan saya untuk surat tidak layak vaksin.

Bagaimana saya dapat bertandatangan atas sesuatu yang tidak saya setujui? Kondisi pasien-pasien tersebut memenuhi syarat untuk vaksin. Panduan kolegium yang diberikan jelas-jelas mengatakan bahwa pasien jantung boleh dan sebaiknya diberikan vaksin.

Menkes Budi Gunadi Imbau Masyarakat Tak Abai Proses Walau Sudah Divaksin

Tentunya ada hal – hal yang harus dipenuhi, tidak semua pasien juga dapat divaksin. Saya memiliki dasar kondisi klinis tertentu yang telah diberikan oleh kolegium kami berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Jadi memang tidak asal saja kami menentukan kelayakan pemberian vaksin Covid 19.

Masalahnya, pertimbangan klinis ini terkadang diabaikan oleh mereka yang meminta surat tidak layak vaksin. Saya selalu percaya bahwa pasien – pasien ini orang baik.

Terkadang mereka mendengar hal yang tidak benar dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Terkadang mereka meyakini hal – hal yang sulit untuk diubah. Maka kewajiban saya menjelaskan berdasarkan hal yang saya tahu.

Saya mengajak mereka, untuk bersama mencari dari para ahli, bukan sekedar terburu-buru membaca sebaran berita sembarang yang kemudian kelak akan menyesatkan dan membuat kita mendekat pada kesakitan serta kematian.

Saya mengajak mereka berhenti tertawakan orang lain yang mungkin berbeda pendapat. Berhenti merasa lebih tinggi. Duduk dan dengarkan, duduk dan mulai menyimak. Ada banyak ilmu di dunia maya sana. Kita memiliki akses tak terbatas pada penelitian tingkat dunia.

Kementerian Kesehatan Kirim 400.000 vaksin Ke Kalimantan Barat 

Mengapa mata kita memilih untuk melihat butiran debu tak bermakna sementara kita mampu melihat semesta? Betapa ingin saya meminjamkan mata saya kepada mereka. Bahwa dalam dua tahun ini kami menyaksikan kematian dan kesakitan pada pasien Covid dengan komorbid jantung. Betapa pasien Covid tidak harus demam atau batuk pilek untuk mendadak meninggal.

Sebuah Covid 19 bisa bermanifestasi dalam bentuk penggumpalan darah akibat kekentalan darah yang menyumbat koroner atau aliran darah di mana saja. Di vena, di arteri, di paru, di otak, di mana saja.

Saya ingin menyambungkan yang saya tahu dengan pasien – pasien saya, tapi itu tidak mudah. Jangankan pada pasien yang tidak memiliki dasar pengetahuan atau pelatihan medis, terhadap sejawat juga saya kesulitan untuk menyambungkan cerita tentang Covid 19.

Saya berusaha menjelaskan pada setiap orang yang mendengarkan, berusaha menghubungkan antara semua data dan prasangka. Menghubungkan antara asumsi dan kemungkinan.

Berusaha setidaknya menyamakan persepsi, tak perlulah setuju dengan yang saya yakini. Naif sekali saya berharap semua orang berpikir seperti saya. Setidaknya sependapat saja, bahwa Covid 19 itu ada.

Polres Melawi dan Dinas Kesehatan Vaksinasi Disabilitas di SLB Bhakti Luhur

Memang ada di dunia ini, dan itu menular, sangat menular. Bukan hayalan, bukan halusinasi, bukan apapun itu yang dituduhkan para pembuat hoax. Namun karena saya masih muda dan mungkin tampak tidak tahu apa – apa, kadang usaha tersebut berbuah tertawaan dan cibiran.

Tidak apa, tentu saja tidak apa. Saya terbiasa dikecilkan orang lain. Ya, mungkin karena saya memang kecil. Hehe, tidak apa. Semoga anak – anak saya kelak mengingat nasehat saya, ketika saya mengatakan pada mereka, hanya dengan membesarkan orang lain, kita akan menjadi besar. Jangan pernah, jangan pernah mengecilkan orang lain, sebab itu hanya memperlihatkan betapa kecil diri kita.

Jadi kembali pada ibu dan anak tadi, setiap orang berhak memutuskan mana hal yang akan mereka percayai dan mana yang tidak. Maka saya melepaskan keinginan saya membuat mereka mau divaksin.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved