Epidemiolog Nilai Penting Mencermati Penurunan BOR Agar Penanganan COVID-19 Kalbar Lebih Tepat
Ahli Epidemiologi sekaligus ketua tim kajian ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak dan Ketua Muhmamadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kalima
Penulis: Faisal Ilham Muzaqi | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ahli Epidemiologi sekaligus ketua tim kajian ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak dan Ketua Muhmamadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kalimantan Barat, Dr. Malik Saepudin SKM,M.Kes menyampaikan, bahwa keterisian Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit yang turun ini, sebagai suatu hal yang sangat positif, karena penanganan kuratif yang baik.
Dalam konteks penanganan Covid-19 kecenderungan meningkat, seiring dengan peningkatan kualitas dalam program home visit untuk bisa menjangkau masyarakat dari rumah ke rumah.
Pulihya sistem kesehatan dan menurunnya beban yankes ini sangat positif pasca pemberlakukan PPKM mikro darurat dan level 4.
• Lepas Dari Zona Merah, Dewan Harap Pemkot Pontianak Segera Pacu Roda Ekonomi Masyarakat
Semoga ritme/kinerja penangan pandemi covid-19 yg baik selama pemberlakukan PPKM ini, dapat menjadi pembelajaran untuk terus konsisten dioptimalkan sampai benar-benar nyata bahwa pandemi covid-19 mulai melandai di Provinsi Kalimantan Barat.
Khususnya surat edaran Gubernur Kalbar, pemberlakukan test PCR untuk syarat penerbangan dan penumpang kapal laut hendaknya terus diberlakukan.
Bersyukur ketentuan ini telah diadopsi secara nasional untuk penerbangan antara Kota/Provinsi, bahkan antar negara, ini yang menjamin varian baru Delta tidak masuk ke wilayah Kalbar, dan seluruh wilayah Indonesia yang akan memperberat penanganan.
(Update Informasi Seputar Kota Pontianak)
Selain hal tersebut, penurunan BOR ini juga semestinya menjadi kajian khusus, apakah benar adanya, karena sejak beberapa bulan terakhir sejak kemunculan informasi HOAX oleh oknum dokter, bahwa penyebab kematian adalah akibat pemberian obat di RS, inilah bisa jadi pemerintah pusat tidak terburu-buru memberikan status Kalbar sebagai wilayah yang sudah aman.
Keengganan masyarakat jika sakit enggan dirawat di rumah sakit, karena stigma, sehingga sengaja oleh keluarganya disembunyikan penyakitnya, bahkan sampai meninggalpun tak terdeteksi/dilaporkan sebagai kematian akibat Covid-19, masyarakat lebih memilih melakukan isolasi mandiri dan melakukan mengobati secara mandiri dan tidak terpantau.
Hal ini tentu harus menjadi perhatian serius oleh semua pihak, terutama petugas kesehatan tingkat puskesmas sebagai garda teedepan untuk lebih giat melakukan 3T.
Perlunya menggandeng semua elemen, terutama tokoh masyarakat atau tokoh agama bersama-sama melakukan sosialisasi agar masyarakat sadar pentingnya isolasi mandiri terpantau oleh petugas kesehatan, sehingga selain tidak menjadi sumber penularan juga cepat mendpat pertolongan jika kondisinya semakin memburuk.
Kebiasaan masyarakat ini terlihat dari hasil data Badan Pusat Statistik (BPS) selama tiga tahun terakhir yang menunjukan ada peningkatan kecenderungan masyarakat mengobati sendiri.Tercatat, 2018 ada 70,74%, 2019 ada 71,46% dan 2020 ada 72,19%. Masyarakat mengobati sendiri itu di atas 70%, bahkan tahun 2020 meningkat 72,19% dan tahun 2021pun diprediksikan meningkat.
Selain itu juga harus dikaitkan dengan positivity rate, karena hal tersebut merupakan bagian dari indikator awal yang sangat penting termasuk mengukur kualitas 3T (testing, tracing dan treatment) dan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, membatasi mobilitas dan interaksi, serta menjauhi kerumunan) terlihat.
• Strategi Indonesia Lawan Virus Covid-19 Varian Delta, Epidemiolog Ungkap Caranya
Selain itu, dapat melihat laju penyebaran termasuk risiko terinfeksi Covid-19. Banyak sekali yang bisa dimaknai dari test positivity rate ini. Menjadi tanda tanya besar juga di sisi lain penurunan BOR, tetapi fakta menunjukan selama PPKM ini kita belum bisa mencapai test positivity rate yang dibawah 10% seperti yang ditargetkan dan itu amat sangat disayangkan. Karena yang ditargetkan kapasitas testing pun tidak terpenuhi selama hampir lebih sebulan belakangan ini.
Hal ini akan berpengaruh dengan penangan kasus. Lolosnya kasus yang tidak terdeteksi dan tidak bisa diisolasi dan dikarantina ini menyebabkan tingkat pertumbuhan eksponensial dari Covid-19 ini semakin sulit untuk diputuskan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/malik-saepudin-tim-covid-19.jpg)