KISAH Perjalanan Anggita Elprija Wulandari jadi Seorang Dokter Gigi Muda di Pontianak

Drg Anggita menceritakan awal mulanya kenapa ia bisa menjadi seorsng dokter gigi dimana dikatakannya bahwa sebarnya sejak dari dulu ia berkeinginan me

Penulis: Anggita Putri | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Anggita Elprija Wulandari berhasil menyelesaikan kuliahnya di tahun 2020 menjadi Dokter Gigi lulusan Kampus Airlangga yang kini sudah bertugas di Puskesmas Kubu Raya dan membuka Klinik Pribadi di Pontianak. 

Jadi dalam setahun itulah menjadi pelajarannya untuk terus memperbaiki diri. Akhirnya  setelah satu tahun ibundanya menyuruh untuk mencoba jadi dokter gigi

“Saya sebenarnya dari 2014 udah nggak feel lagi jadi dokter dan pengen ambil hukum saja. Karena memang basic keluarga ku orang hukum,”ujarnya.

Namun akhirnya ia mengikuti apa yang disarankan ibundanya dan mencoba ambil dua jalur Jurusan Dokter gigi, dan Hukum.

“Saat itu saya iseng ambil dokter gigi ternyata diterima. Karena perjuangan dapat dokter gigi tidak gampang akhirnya saya terpacu,”ujarnya.

Ia menyelesaiakan ujian pra klinik juga tepat waktu, Koas juga yang harus mengejar target untuk cepat lulus telah dilakukannya. 

Karena perjuangan dokter gigi tidak gampang yang membutuhkan waktu panjang dari S1 sampai Koas yang harus cari pasien yang tentunya perlu banyak mengeluarkan biaya.

Saat itu ia berfikir doa orang tua dan nasihat mereka yang membuatnya bisa lulus tepat waktu dan memberikan hasil terbaik untuk bisa balas budi. 

“Tanpa mereka juga saya bukan apa apa. Papa orang yang paling saya cintai dan mama orang yang paling saya kasih menjadi motivasi terbesar untuk lebih maju,”ujarnya.

Drg Anggita mengatakan setelah menjadi dokter gigi banyak kasus yang ia temui terhadap para pasien yang datang. Ia melihat masyarakat masih rendah pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. Biasanya pasien datang konsultasi pada saat kondisi gigi sudah sakit dan hancur. 

“Perawatan gigi kan mahal, kalau misalnya gigi sudah jelek dan hancur otomatis perawatannya akan semakin mahal. Karena kita harus membenarkan giginya secara kompleks,”ujarnya. 

Padahal dikatakannya perawatan gigi bisa dilakukan secara maintenense minimal 6 bulan sekali sampai 1 tahun sekali. 

“Misalnya membersihkan karang gigi untuk mencegah gigi berlubang. Jadi masih banyak masyarakat yang belum peduli kesehatan gigi dan mulut,”ujarnya. 

Ia mlihat banyak fenomena masyarakat yang memasang gigi veener tapi bukan kepada dokter yang profesional yang bisa membahayakan terutama bisa terjadi infeksi.

“Karena mereka yang bukan dokter gigi tidak melakukan secara profesional. Lalu ruangannya kita tidak tahu steril atau tidak dan bahan yang digunakannya kita tidak tahu,”ujarnya.

Harisson Minta Diskes Kabupaten Kota dan Rumkit Belanjakan Dana Recofusing untuk Penanganan COVID

Kalau alat tidak disterilkan dengan benar otomatis bisa menyebabkan infeksi gigi, tapi bisa saja infeksi lainnya yang menyebabkan terjadi sesuatu yang fatal.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved