Kaum Gay Dominasi Idap HIV di Kota Pontianak, KPA Temui Wakil Wali Kota

Jumlah gay dalam kasus HIV di Kota Pontianak mencapai 33 orang. Disusul, dari kalangan Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 19 orang.

Penulis: Syahroni | Editor: Didit Widodo
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ALFON PARDOSI
Warga Binaan Rutan Kelas 2B Landak saat mendapatkan pengecekan HIV/AIDS dari Tim Dinkes Landak, beberapa waktu lalu. 

"Inikan seperti fenomena gunung es, satu tahun 30 ibu rumah tangga kita temukan dan tahun depan 30 orang dan terus timbul angka lainnya," ujar Lusi.

Baca: Lagi-lagi 2 Pasangan Tidak Sah Terjaring Satpol PP! Ternyata Pasangan Selingkuh

Baca: ASN Penyebar Berita Hoaks Bisa Dipecat

Oleh larena itu, KPA dan LSM lainnya saat ini sedang nendorong sebelum menikah semuanya harus tes HIV/AIDS di Puskesmas dan itu semua gratis.

"Kalau ada satu di antara pasangan yang positif, jangan khawatir dan tetap bisa menikah dan menghasilkan anak yang negatif karena ada cara yang bisa mencegah agar tidak menular," tambahnya.

Banyak di Kota Pontianak disebutnya suami istri yang satu diantaranya terjangkit tapi tidak menularkan.

"Umur tetap pada usia produktif, umur 25-49 tahun. HIV AIDS ini tidak begitu terkena langsung terdeteksi dan disinyalir apabila ketahuannya umur 20 maka bisa saja mulai terkena saat remajanya," pungkas Lusi.

Program KPA

Sementara itu, Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan yang kini juga menjabat sebagai Ketua Harian Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Kota Pontianak telah mendapat laporan dari sekretaris dan anggota KPA, bahwa HIV/AIDS di Kota Pontianak dapat menjangkit siapa saja. Data menunjukan bahwa ibu rumah tangga dan lelaki seks dengn lelaki menjadi penyumbang terbesar terhadap angka temuan sepanjang 2018.

"Saya mendapat laporan selama ini program-program atau temuan-temuan bahkan ada yang di sampaikan juga data pertahun memang ada penurunan, 2017 ada sekitar 140 dan 2018 ,105 temuan," tutur Bahasan.

Dalam pencegahan HIV/AIDS, Bahasan mengaku ada dilema di dalam batinnya. Ia menceritakan dan mencontohkan ada hal yang bertentangan, seperti menyiapkan alat kontrasepsi (kondom) di titik-titik tertentu atau tempat-tempat pekerja seks komersial, kemudian tempat-tempat kebugaran atau di hotel-hotel yang ada di Pontianak.

"Dilemanya, kadang pemberian kondom ini upaya pencegahan. Tapi seolah-olah kita melegalkan prostitusi atau penggunaan narkoba yang disediakan jarum suntik," katanya.

Menurutnya sekarang ini penularan HIV/AIDS AIDS dari segala arah, termasuklah dalam keluarga yang sebelumnya mereka aman aman saja.

Bahasan mencontohkan, penyediaan jarum suntik di kawasan Beting Pontianak Timur sebetulnya ada dilema tersendiri. Sisi lainnya mencegah HIV/AIDS dan sisi lain seolah pemerintah mendukung penggunaan narkoba.

Selain para PSK dan pengguna narkoba, Bahasan ceritakan banyak anak-anak yang terlantar atau anak jalanan yang menyebut diri mereka anak Punk juga rentan tertular HIV/AIDS.

"Anak Punk ini, katanya mereka pecandu narkoba. Terus karena untuk membeli narkoba sulit secara keuangan tidak ada. Akhirnya mereka datang ke Beting untuk menukar badannya (hubungan seksual) dengan sabu tersebut. Jadi dari situ juga ada penularan ke yang lain," tambahnya.

Bahasan meminta pada KPA Kota Pontianak untuk melakukan program tepat sasaran, dengan memberikan sosialisasi. "Walaupun dengan keterbatasan yang ada, harus ada cara memformulasikan ini. Walaupun harus berkerja sekuat tenaga untuk mensosialisasikannya sampai ke keluarga-keluarga,"pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved