Wagub Ria Norsan Sebut Problematika Gizi dan Pangan di Indonesia Hal Kompleks, Ini Sebabnya
Wakil Gubernur Kalimantan Barat, H Ria Norsan menegaskan problematika gizi dan pangan di Indonesia adalah hal kompleks
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Madrosid
Wagub Ria Norsan Sebut Problematika Gizi dan Pangan di Indonesia Hal Kompleks, Ini Sebabnya
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Wakil Gubernur Kalimantan Barat, H Ria Norsan menegaskan problematika gizi dan pangan di Indonesia adalah hal kompleks.
Pemenuhan gizi sangat penting dan mendasar bagi kehidupan manusia.
“Kekurangan gizi selain dapat menimbulkan masalah kesehatan juga menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa,” ungkapnya, Senin (11/2/2019).
Baca: Teras Bangunan BNI Roboh, BNI Pastikan Tak Korban Jiwa
Baca: JNE Tepis Isu Hentikan Pengiriman Paket Melalui Kargo Udara
Baca: IMI Kalbar Siapkan Pebalap Untuk Ikuti PON 2020
Skala lebih luas, terang dia, kekurangan gizi jadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Indikator kemajuan pembangunan suatu daerah diukur berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Depelopment Index (HDI). HDI terdiri dari tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan kemampuan ekonomi..
“Pembangunan bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi harus dibangun dengan selaras agar dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara optimal,” imbuhnya.
Peningkatan derajat kesehatan dapat diupayakan melalui peningkatan SDM melalui perbaikan gizi secara tepat dan terus menerus.
“Indonesia berupaya melakukan percepatan perbaikan gizi secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi,” terangnya.
Hal ini dilakukan lantaran menyadari bahwa status gizi masyarakat merupakan satu diantara penentu keberhasilan memperoleh SDM berkualitas pada masa mendatang.
Di sisi lain, masalah gizi yang terjadi seperti stunting atau tubuh pendek dan kekurangan gizi mikro lainnya masih tinggi. Sementara itu, masalah gizi lebih atau obesitas mulai banyak ditemukan di Indonesia. Kasus ini disebut masalah gizi ganda.
Baca: Persib Bandung Vs Persiwa Wamena, Winaryo: Hanya Bobotoh yang Membuat Kami Harus Waspada
Baca: Sejumlah Pejabat Hadir Pada Peletakan Batu Pertama Gereja Katolik Santo Paulus
Baca: Polres Ketapang Amankan 2 Orang yang Diduga Jadi Penyedia Tempat Judi Sabung Ayam
“Maalah lain yang juga memperberat adalah rendahnya cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, hanya 37 persen bayi usia 6 bulan memperoleh ASI eksklusif,” paparnya.
Beban ganda masalah gizi terjadi di seperempat dari semua negara berpenghasilan rendah dan menengah. Negara-negara itu menanggung beban terbesar lantaran kurangnya kapasitas guna atasi masalah beban ganda itu berkonotasi pada situasi kompleks.
“Dimana kerawanan pangan, kekurangan asupan gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, defisiensi mikronutrien gizi kurang dan penyakit infeksi, serta kelebihan berat badan, obesitas dan penyakit tidak menular banyak terjadi berdampingan di negara, masyarakat dan rumah tangga dan bahkan pada individu yang sama,” tandasnya.