Hardiyanti: Dari Riset Mandiri hingga Angkat Tenun Iban ke Panggung Dunia
Dari riset itu, Hardiyanti kemudian mulai mengenal para pengrajin. Banyak di antara mereka yang meminta bantuannya untuk memasarkan hasil tenun.
Penulis: Peggy Dania | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
Ringkasan Berita:
- Potensi dan tantangan tenun Iban di Kapuas Hulu setiap kampung memiliki ciri khas masing-masing.
- Selain motif, para penenun juga masih setia menggunakan pewarna alami dari tumbuhan liar maupun budidaya.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Kecintaan Hardiyanti terhadap tenun Iban berawal dari rasa kagumnya pada seorang anak penenun muda di sebuah kampung di Kapuas Hulu.
Pengalaman sederhana itu justru menjadi awal dari perjalanan panjangnya dalam melestarikan wastra khas Kalimantan Barat.
“Dulu aku senang banget, sampai sekarang juga senang banget jalan-jalan ke desa pakai motor, berpindah dari satu rumah betang ke betang lainnya. Awalnya cuma ingin lihat-lihat aja, tapi waktu itu aku melihat ada satu penenun yang sangat muda, usianya mungkin di bawah 10 tahun, terus aku kagum karena bagiku tenun itu sebuah keahlian yang rumit, dalam aplikasinya menerapkan teori-teori matematika seperti aritmatika untuk nyusun pola, menghitung benang, bikin motif,” ujarnya, Jumat 31 Oktober 2025.
Rasa kagum itu membawanya keliling kampung demi kampung, membangun basis data penenun secara mandiri.
“Databasenya terkait mereka pakai tumbuhan apa aja untuk pewarna, di kampung ini ada penenunnya apa tidak, keahlian mereka, teknik tenun yang mereka kuasai apa, terus motifnya apa aja. Dulu ketika melalukan risetnya, secara mandiri. Tapi sekarang aku bersyukur, karena dengan riset mandiri ini aku punya independensi,” jelasnya.
Dari riset itu, Hardiyanti kemudian mulai mengenal para pengrajin. Banyak di antara mereka yang meminta bantuannya untuk memasarkan hasil tenun.
“Hasil risetku dulu ada yang dipublikasi lewat artikel, ada juga yang jadi konten di media sosial. Ternyata banyak orang di Pulau Jawa yang baru tahu kalau Kalimantan punya wastra yang sangat indah secara motif, tekniknya, semuanya sangat indah,” katanya.
• Bupati Kapuas Hulu Akan Panggil Dinkes PP KB, Terkait Uang Negara yang Raib di Aplikasi CMS
Ia juga memetakan potensi dan tantangan tenun Iban di Kapuas Hulu. Menurutnya, setiap kampung memiliki ciri khas masing-masing.
“Motif-motifnya ada yang meniru milik ibu mereka, ada yang terinspirasi dari tumbuhan, hewan, bahkan fenomena alam seperti bintang atau air di lubuk. Ada juga yang datang dari mimpi leluhur,” ujarnya.
Selain motif, para penenun juga masih setia menggunakan pewarna alami dari tumbuhan liar maupun budidaya.
“Pewarna alam dari akar, kulit kayu, daun, kulit buah. Jadi tumbuh-tumbuhan yang menjadi pewarna alam itu, ada yang tumbuhan liar, tumbuhan budidaya, dan juga ada yang warna-warna sifatnya seasonal, karena ada pewarna yang dibikinnya dari kulit buah manggis, dari kulit buah sibau (rambutan lokal) sehingga warnanya ikut musiman,” tuturnya.
Ia menambahkan, ada lima teknik tenun yang masih bertahan hingga kini yaitu ikat, sidan, sungkit, pilih selam, dan pilih anyam. Namun, kondisi geografis Kapuas Hulu yang terpencil menjadi tantangan tersendiri.
“Ke Pontianak jalur darat 14 jam, naik pesawat seminggu cuma dua kali dan sering cancel. Mau ke Sarawak jalur darat 7 jam lewat darat. Jadi Kapuas Hulu itu jauh dari mana-mana. Nah sehingga sulit sekali untuk kita itu punya akses, punya koneksi baik itu untuk pemasaran dan lain sebagainya ” katanya.
Dari Keterbatasan, Ia Terus Melangkah
Di tahun kedua riset, kini Hardiyanti menjadi bagian dari proyek Aram Berkelala Tenun Iban yang didanai oleh Yayasan Kawan Lama berkolaborasi dengan Cita Tenun Indonesia dan desainer Wilsen Willim.
“Aku sangat bersyukur bisa terlibat di proyek ini sebagai LO. Aku mengorganisir ibu-ibu penenun untuk dapat pelatihan kualitas dan produksi. Sejak 2023 aku bantu penjualan tenun, Sekarang udah tahun ketiga, dan pendapatan para penenun meningkat 300 persen sejak 2023,” jelasnya.
Dalam sistem yang ia bangun, semua berjalan dengan prinsip fair trade dan konsinyasi.
“Ibu-ibu menitipkan tenunnya, kita bantu bikin katalog, promosi, dan jual dengan sistem yang adil. Dari situ kepercayaan mereka ke kita makin besar,” tuturnya.
Kerja keras itu membuahkan hasil besar. Tenun Iban kini dikenal hingga tingkat internasional.
“Melalui program Aram Bekelala, kami memperkuat upaya edukasi dan promosi melalui tayangan di NatGeo, ikut Fashion Nation di Senayan, lalu Jakarta Fashion Week, dan juga membawa tenun ke World Osaka Expo di Jepang. Untuk kita membawa produknya, kemudian mempersentasikan dengan para mitra yang ada di Jepang untuk memperkenalkan bahwa Kalimantan juga punya wastra yang luar biasa menggunakan bahan-bahan dari alam,” katanya.
Namun Hardiyanti menilai, masih banyak pekerjaan rumah untuk memajukan tenun Kapuas Hulu.
“Riset dan publikasi masih minim. Kalau di Sarawak atau Brunei banyak jurnal, di kita masih sedikit. Padahal penting banget untuk melibatkan akademisi dan peneliti,” ujarnya.
Selain riset, menurutnya apresiasi dan promosi juga perlu diperkuat.
“Tenun Iban sudah dapat rekognisi internasional dari World Craft Council tahun 2017, Tenun yang ada di Kapuas Hulu. Sementara kalau kita berkaca dengan Tenun Iban yang ada di Sarawak, mereka dari tahun 90-an sudah dapat pengakuan dari UNESCO 3 kali. Jadi secara langkah kita cukup tertinggal,” ungkapnya.
Ia berharap keberhasilan yang diraih di kampung Lauk Rugun bisa direplikaso ke kampung lainnya.
“Saya berharap suatu saat Tenun ini bisa menjadi harapan dan masa depan bagi para pengrajin. Karena dengan menenun sebenarnya ini menjawab banyak sekali permasalahan yang sangat kompleks di Kapuas Hulu. Dengan memenun sebenernya itu upaya untuk empowering women, penguatan budaya lokal, kemudian bisa melestarikan hutan tropis Kalimantan,” pungkasnya.
-
Nama: Hardiyanti
-
Tempat Lahir: Bogor
-
Tanggal Lahir: 11 April 1994
-
Nama Ibu: Mulyati
-
Nama Bapak: Andi Abdul Haris
-
Warna Kesukaan: Semua Warna
-
Hobi: Main ke Desa
-
Riwayat Pendidikan: Sarjana Sains
-
Kesibukan saat ini:
-
Freelance yang bergerak di bidang masyarakat adat
Freelance sebagai LO untuk pendampingan tenun. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Tenun Iban
Kapuas Hulu
Berita Terbaru Tribun Pontianak
Kalbar
Kalimantan Barat
Sabtu 1 November 2025
| Bupati Sujiwo Bergerak Cepat Tangani Jembatan Bintang Tujuh Sungai Kakap yang Roboh |
|
|---|
| Pedagang Baju Bekas Pontianak Harap Ada Solusi atas Kebijakan Menkeu Cabut Izin Impor Pakaian Bekas |
|
|---|
| Wabup Landak Erani Ingatkan Percepat Pekerjaan Fisik di OPD |
|
|---|
| Dandim 1210/Landak Pastikan Program Cetak Sawah Berjalan Sesuai Rencana |
|
|---|
| Dinkes Landak Dorong Dapur MBG Segera Miliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/TENUN-IBAN-243rdfvx.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.