Dexa, Perempuan Kalbar yang Persembahkan Teater hingga Jepang dan Lombok
Dexa sempat tidak diperbolehkan kuliah di jurusan seni. Ia lebih dulu masuk Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura pada 2009.
Penulis: Peggy Dania | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kecintaannya pada dunia teater membawa Siti Dexara Hachika atau dipanggil Dexa yang menapaki panggung dari Pontianak hingga ke luar negeri.
Aktor sekaligus sutradara teater asal Kalbar ini pertama kali mengenal seni peran saat masih duduk di bangku SD.
“Kalau diingat-ingat tuh, aku main teater pertama kali kelas 6 SD di Luhari Kartini. Itu awal banget, jadi SD latihan bareng buat dipentasin di lapangan pas hari Kartini,” kenangnya, Sabtu 18 Oktober 2025.
Namun saat itu Dexa belum menyadari kalau yang ia lakukan adalah seni teater. Ketertarikannya makin kuat ketika SMA.
“Pas SMA aku ambil ekskul teater, diajak temanku. Kami ikut festival teater pelajar, baik di Kalimantan ataupun di Pulau Jawa. Kami SMA 8, namanya Teater Pitung, pernah ke Semarang dan Jakarta untuk ikut festival pelajar,” ujarnya.
Dexa sempat tidak diperbolehkan kuliah di jurusan seni. Ia lebih dulu masuk Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura pada 2009.
“Awalnya tidak diperbolehkan kuliah kesenian. Jadi aku tuh sempat kuliah di hukum di Untan tahun 2009. Kemudian 2010-nya baru dapat izin dan kuliah di Jogjakarta, jurusan teater,” katanya.
• Gerakan Cari Aman SMK Al-Madani Pontianak Bersama Asmo Kalbar
Perjalanannya di dunia seni tak berhenti di situ. Dexa bahkan melanjutkan pendidikan magister di jurusan teater dan terlibat dalam berbagai pementasan nasional hingga internasional.
Ia pernah berkolaborasi dengan maestro Jepang, Tadasi Suzuki.
“Dikenalkan sama Yayasan Gumi Purnati, terus kerja sama dengan Suzuki Company of Toga. Dari 2016 sampai 2019 aku bolak-balik ke Indonesia dan Jepang. Latihan di Jakarta, Lampung, Jogja, Bali. Nama karya itu pentas Dionysus, dulu karya itu Dionysus,” tuturnya.
Namun ia mengaku masih ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam belajar teater.
“Tantangan selama belajar teater tuh bagaimana kita harus mengerti orang lain. Kalau teater tuh kan juga belajar soal psikologi, apalagi kalau soal aktor yang saya harus mendalami peran. Jadi jadi ada tiga dimensi toko yang harus saya dalami kayak fisiologi, psikologi sama sosiologinya seperti apa,” jelasnya.
Bagi Dexa, panggung adalah ruang paling jujur untuk menyuarakan keresahan.
“Panggung itu tempat paling tepat untuk saya berteriak atau menyampaikan aspirasi dan kegelisahan lewat karya. Tapi perlu juga belajar teori-teorinya agar tidak melangkah sembarangan, ada pijakannya,” katanya.
Di balik kesibukannya, Dexa tetap menjalankan perannya sebagai ibu.
perempuan
teater
sutradara
Jepang
Lombok
Pontianak
Berita Terbaru Tribun Pontianak
Kalbar
Kalimantan Barat
Minggu 19 Oktober 2025
| Kemenkum Kalbar Rampungkan Harmonisasi Raperda Pemajuan Kebudayaan Daerah Kubu Raya |
|
|---|
| CIUMAN Terakhir Sang Ayah untuk Buah Hati, Encep Wafat Jadi Korban Tabrakan Maut Bus Damri Pontianak |
|
|---|
| Kemenkum Kalbar Matangkan Persiapan Pelatihan Paralegal Serentak dan Peresmian Posbakum di Kalbar |
|
|---|
| Kemenkum Kalbar Harmonisasi Raperbup Sintang 'Retribusi Pemanfaatan Aset Laboratorium Dinas PU' |
|
|---|
| Hangatnya Patroli Malam Polsek Air Besar, Polisi Ajak Warga Ngobrol Santai Jaga Kamtibmas |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.