Perpustakaan Desa Harus Jadi Ruang Hidup Masyarakat, Bukan Sekadar Rak Buku

Ia menekankan bahwa pustakawan desa kini punya tantangan besar yakni menjadi penggerak perubahan sosial di tengah masyarakat yang kian sibuk

Penulis: Ramadhan | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RAMADHAN
FOTO BERSAMA - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mempawah melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Tenaga Perpustakaan dan Pustakawan Desa/Kelurahan se-Kabupaten Mempawah Tahun 2025, Kamis 23 Oktober 2025, di Wisma Chandramidi Mempawah. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Suasana di Wisma Chandramidi Mempawah pagi ini terasa berbeda, Kamis 23 Oktober 2025.

Puluhan pustakawan dari berbagai desa dan kelurahan di Kabupaten Mempawah duduk berhadapan, bukan sekadar mengikuti kegiatan formal, tapi berbagi semangat untuk menghidupkan kembali budaya membaca di masyarakat.

Mereka datang mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Tenaga Perpustakaan dan Pustakawan Desa/Kelurahan Tahun 2025 yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Kabupaten Mempawah.

Sebanyak 67 peserta dari 60 desa dan 7 kelurahan terlibat dalam pelatihan ini.

Asisten Administrasi dan Umum Setda Mempawah, Nurmala, yang membuka kegiatan tersebut, tidak berbicara tentang seremonial, tetapi tentang peran nyata perpustakaan dalam kehidupan masyarakat.

“Perpustakaan desa harus menjadi ruang hidup bagi masyarakat. Tempat orang datang bukan hanya untuk membaca, tapi juga belajar hal baru, berdiskusi, dan bahkan mencari solusi atas persoalan sehari-hari,” ujar Nurmala dengan nada penuh keyakinan.

Pemkab Mempawah Gelar Bimtek Tingkatkan Kapasitas Tenaga Perpustakaan Desa dan Kelurahan

Ia menekankan bahwa pustakawan desa kini punya tantangan besar yakni menjadi penggerak perubahan sosial di tengah masyarakat yang kian sibuk dengan dunia digital.

“Kita tidak bisa hanya menunggu masyarakat datang ke perpustakaan. Justru pustakawanlah yang harus membawa semangat literasi keluar, ke tengah warga,” tambahnya.

Melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), lanjut Nurmala, perpustakaan diharapkan bisa menjadi tempat yang inklusif, terbuka, dan bermanfaat langsung bagi masyarakat.

“Pustakawan adalah agen perubahan. Apa yang didapat hari ini harus diterapkan di lapangan. Kalau bisa, perpustakaan menjadi tempat warga belajar berwirausaha, mengenal teknologi, atau sekadar mencari inspirasi untuk hidup lebih baik,” tegasnya.

Namun lebih dari sekadar pertemuan formal, bimtek ini menjadi ajang bertukar ide dan semangat baru.

Peserta tidak hanya belajar mengelola koleksi buku, tetapi juga bagaimana menjadikan perpustakaan sebagai jantung pengetahuan di desanya masing-masing.

“Kalau perpustakaan bisa hidup, maka masyarakatnya juga akan tumbuh,” tutup Nurmala. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved