CKG Sentuh Ribuan Warga, Puskesmas Mempawah Hilir Terus Gencarkan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

“Berjalannya sih alhamdulillah. Kalau dibilang semua masyarakat itu sadar datang juga masih belum sadar, tapi alhamdulillah sudah lebih baik

Penulis: Ramadhan | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RAMADHAN
CEK KESEHATAN GRATIS - Kepala Puskesmas Mempawah Hilir, drg. Ade Deliani, saat ditemui di ruang kerjaanya membahas perihal Cek Kesehatan Gratis (CKG), Kamis 16 Oktober 2025. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digelar Puskesmas Mempawah Hilir sejak awal Januari 2025 terus berjalan dengan baik dan mendapat respon positif dari masyarakat, Kamis 16 Oktober 2025.

Hingga pertengahan Oktober 2025, tercatat sudah 1.583 warga yang terdata mengikuti program tersebut.

Kepala Puskesmas Mempawah Hilir, drg. Ade Deliani, menyebutkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan memang belum sepenuhnya tinggi, namun menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding sebelumnya.

“Berjalannya sih alhamdulillah. Kalau dibilang semua masyarakat itu sadar datang juga masih belum sadar, tapi alhamdulillah sudah lebih baik daripada yang sebelumnya,” ujarnya.

Menurut drg. Ade, kegiatan CKG ini dilakukan dengan dua metode, yakni pelayanan langsung di Puskesmas dan pemeriksaan lapangan yang menyasar berbagai kelompok masyarakat, mulai dari lansia hingga pelajar.

Imbas Proyek Industri di Sungai Kunyit dan Jongkat, Harga Tanah Mempawah Melonjak Gila-Gilaan

“Ada yang kita ke lapangan, ada juga yang mereka datang ke sini (Puskesmas). Kalau yang ke lapangan itu bukan hanya untuk Posyandu lansia, balita, remaja, dan anak-anak, tapi juga kita datang ke sekolah-sekolah, dari SD, SMP sampai SMA,” jelasnya.

Program CKG mulai aktif bergerak pada Mei 2025. Kehadiran petugas kesehatan ke sekolah-sekolah membuat siswa lebih terbuka terhadap pemeriksaan dan edukasi kesehatan.

“Alhamdulillah masyarakat senang dengan program ini,” tutur drg. Ade.

Ia menjelaskan, pemeriksaan yang dilakukan berbeda di tiap jenjang usia. Untuk pelajar SMA, selain pemeriksaan fisik umum, juga dilakukan skrining penyakit menular dan nonmenular.

“Kalau yang SMA itu ada pemeriksaan TBC, diabetes, rokok, sampai pemeriksaan kesehatan jiwa. Kalau SMP juga sama, ada pemeriksaan jiwa, rokok, diabetes, dan TBC. Bedanya hanya di anak SD,” terangnya.

Untuk anak SD, fokus pemeriksaan lebih banyak pada status imunisasi yang dimiliki siswa.

“Biasanya kita minta sekolah menanyakan soal imunisasi. Anak SD yang baru masuk harus bawa buku kuning sebagai bukti imunisasi lengkap, dan dari situ kita manfaatkan untuk data. Pemeriksaan TBC atau yang lain kita lakukan lewat tanya-jawab dengan anak,” jelasnya.

Menariknya, dari hasil pemeriksaan, ditemukan sejumlah siswa SMP dan SMA yang masuk kategori gangguan jiwa ringan akibat pola tidur yang tidak sehat.

“Yang masuk kategori jiwa itu mereka yang tidurnya tidak normal. Kalau normal itu jam 10 malam, tapi ada yang tidur jam 12 bahkan jam 1 karena bekerja atau nongkrong. Nah itu kita masukkan ke kategori kurang tidur, ada kriterianya sendiri,” ungkap drg. Ade.

Sementara pada kelompok lansia, keluhan yang paling sering ditemukan adalah sulit tidur malam hari. Kondisi tersebut bila terjadi terus-menerus akan dirujuk untuk pemeriksaan lanjutan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved