Kisah Ade, Pedagang di Taman Akcaya Pontianak Sejak Sebelum Pandemi

Namun belakangan, pendapatannya menurun karena suasana belum kembali normal pasca tahun ajaran baru. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Chris Hamonangan Pery Pardede
PEDAGANG SIOMAY - Potret Ade (55) bersama gerobak dagangannya di kawasan Taman Akcaya, Jalan Sutan Syahrir, tepatnya di simpang Jalan Sumbawa, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak. Ade setia berjualan di tempat yang sama di Pontianak, menjalani hari-hari dengan ketekunan meski penghasilannya tak menentu. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Gerobak sederhana yang terparkir di kawasan Taman Akcaya, Jalan Sutan Syahrir, tepatnya di simpang Jalan Sumbawa, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, menjadi saksi ketekunan Ade (55), pedagang siomay dan batagor asal Bandung. 

Sejak sebelum pandemi Covid-19, Ade setia berjualan di tempat yang sama di Pontianak, menjalani hari-hari dengan ketekunan meski penghasilannya tak menentu.

“Dulu ikut teman jualan, ada bosnya juga. Tapi sekarang sudah jalan sendiri, cuma gerobaknya masih nyewa, Rp25 ribu per hari,” ujar Ade saat ditemui di lokasi jualannya, pada Kamis, 17 Juli 2025.

Setiap harinya, Ade mulai sudah berjualan dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.30 WIB menjelang magrib. 

Namun belakangan, pendapatannya menurun karena suasana belum kembali normal pasca tahun ajaran baru. 

"Biasanya jam 10 pagi anak-anak sekolah udah ada yang pulang dan beli, sekarang belum begitu ramai," ucap Ade dengan senyum tipis. 

Ade menjual siomay atau batagor dengan masing-masing seharga Rp10.000 per porsi dan enggan menaikkan harga meskipun bahan baku kerap mengalami kenaikan. 

"Kalau dinaikkan dikit aja, pembeli bisa kabur. Jadi kalau harga bahan naik, porsinya saya kecilin sedikit," tuturnya. 

Baca juga: Wamen PANRB Apresiasi Pelayanan Publik Ramah Kelompok Rentan di Pontianak

Ade kini membuat sendiri bahan-bahan seperti kulit pangsit yang sebelumnya ia beli seharga Rp20.000. Menurutnya, itu salah satu cara agar tetap bisa bertahan dengan biaya operasional yang lebih hemat.

Tinggal di Pontianak ngontrak bersama seorang teman, Ade hanya pulang ke Bandung sekali setahun untuk menemui keluarganya, biasanya selama bulan puasa hingga Lebaran usai. 

"Setelah Lebaran saya balik lagi ke Pontianak, biasanya pas waktunya anak-anak mulai masuk sekolah," ungkap Ade sembari tertawa. 

Ade memiliki enam orang anak yang diantaranya lima perempuan dan satu laki-laki, hanya mengenyam pendidikan hingga jenjang SMP. Anak bungsunya yang masih berusia 12 tahun pun kini tak lagi bersekolah.

Sebelum menjadi pedagang, Ade sempat menjadi sopir dan juga pernah menjajakan dagangannya ke beberapa daerah seperti Padang, Sulawesi, hingga Bali. Namun Pontianak menjadi tempat ia bertahan paling lama. 

Ia juga pernah mengalami kecelakaan kerja saat menyiapkan siomay. 

“Pernah kena siram air panas, tangan luka. Tapi ya namanya kerja, harus dijalani,” tambahnya.

Saat dagangan laris, ia bisa membawa pulang Rp600 ribu hingga Rp700 ribu dalam sehari. Namun di hari-hari sepi, penghasilannya Rp200 ribu hanya cukup digunakan untuk berbelanja kembali. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved