Tragedi Pawai Obor di Pontianak, Pengamat Pendidikan Kalbar Soroti Keamanan dan Pendidikan Karakter

Peningkatan pengawasan dan keamanan sangat diperlukan, baik dari Satpol PP maupun panitia penyelenggara

Penulis: Anggita Putri | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
BERI PENJELASAN - Pengamat Pendidikan Kalbar Suherdiyanto soroti insiden pada Kegiatan Pawai Obor beberapa waktu lalu, Kamis 27 Februari 2025. Seorang siswa meninggal dunia diduga akibat penganiayaan oleh peserta lain dalam kegiatan pawai obor tersebut. 
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Tragedi memilukan terjadi di Kota Pontianak saat seorang siswa meninggal dunia diduga akibat penganiayaan oleh peserta lain dalam kegiatan Pawai Obor
Kejadian ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban serta masyarakat luas.

Pengamat pendidikan Kalimantan Barat, Suherdiyanto, menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas insiden tersebut.

Ia menekankan bahwa Pawai Obor, yang seharusnya menjadi ajang kebersamaan dan mempererat silaturahmi, justru berakhir dengan kekerasan yang merenggut nyawa seorang anak.

“Kejadian ini menjadi perhatian serius, terutama dalam pengawasan setiap kegiatan yang melibatkan banyak orang, khususnya anak-anak dan remaja. Pihak penyelenggara, baik dari sisi keamanan maupun masyarakat, perlu lebih waspada agar tradisi ini tetap berjalan dengan aman dan damai,” ujarnya.

 • Polresta Pontianak Tangkap 2 Tersangka Penganiayaan di Kegiatan Pawai Obor


Menurutnya, kejadian ini mencerminkan perlunya pendidikan karakter yang lebih kuat di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
 Nilai-nilai empati, saling menghormati, serta penyelesaian konflik tanpa kekerasan harus lebih ditekankan dalam pembelajaran dan kehidupan sosial anak-anak.

Lebih lanjut, Suherdiyanto berharap peristiwa ini tidak terulang kembali dan meminta semua pihak menyerahkan proses hukum kepada keluarga korban serta aparat berwenang.

Sebagai langkah pencegahan, ia mengusulkan beberapa tindakan untuk memastikan keamanan dalam pawai obor mendatang atau kegiatan sejenis.

“Peningkatan pengawasan dan keamanan sangat diperlukan, baik dari Satpol PP maupun panitia penyelenggara. Setiap titik yang akan dilewati peserta harus dipastikan steril. Selain itu, regulasi dan koordinasi yang ketat dengan pihak berwenang, termasuk pengurus masjid jika kegiatan ini diselenggarakan dalam lingkup keagamaan, menjadi hal yang krusial,” jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya pembatasan usia peserta untuk memudahkan pengawasan oleh orang dewasa. Upaya preventif melalui edukasi dan pembinaan karakter juga harus diperkuat, baik di sekolah maupun dalam keluarga.

Sosialisasi mengenai perundungan dan larangan main hakim sendiri harus lebih intensif di lingkungan sekolah.

“Peran tokoh masyarakat dan agama juga sangat penting dalam membangun kesadaran hukum di lingkungan sekitar. Kita perlu mengawal transparansi dalam penyelesaian kasus ini agar masyarakat mendapat kejelasan dan keadilan,” tambahnya.

Tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan peserta dalam setiap kegiatan massal harus menjadi prioritas utama.

Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan insiden serupa tidak terjadi lagi di masa mendatang. 

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved