Kisah Heru Merambat Kabel PLN di Ketinggian 35 Meter Demi Jaga Listrik Warga Pontianak

Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan atau PDKB dilaksanakan tim PLN. Mereka kadang harus memanjat tower dan kabel dengan ketinggian di atas 30 meter

|
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/NASARUDDIN
Sejumlah awak media mengabadikan momen tim PDKB Khatulistiwa, Muhammad Heru Saputra (26) memanjat tower SUTT di Jalan Kebangkitan Nasional, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat, Kamis 14 November 2024. Tim PDKB Kalimantan Barat terpaksa memanjat tower dengan ketinggian 30 hingga 100 meter untuk membersihkan jaringan listrik yang terkena gangguan seperti tali kawat layangan. 

Assman PDKB Khatulistiwa, Miftakul Anam mengatakan, selain menjaga jaringan listrik di tower SUTT, ada juga tim PDKB yang ditugaskan di Gardu Induk.

Sejauh ini, tren gangguan memang paling banyak disebabkan layang-layang. 

Meski demikian, dirinya bersyukur gangguan itu tak sampai membuat listrik padam.

"Sehari bisa empat sampai lima kali. Syukur alhamdulillah, statusnya reclose, nggak sampai padam. Listrik itu mengalir kembali," katanya.

"Tapi terkadang kalau benangnya belum putus atau kawatnya cukup besar itu berpotensi mengganggu suplai kelistrikan ke masyarakat," katanya.

Miftakul mengatakan, jika kawat layangan merusak jaringan listrik di SUTT hingga harus ada yang diperbaiki, maka perlu waktu hingga delapan jam sampai listrik bisa menyala kembali.

"Selain itu, biayanya juga mahal bisa sampai ratusan juta," katanya.

General Manager PLN Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Kalimantan, Abdul Salam Nganro mengatakan dalam tiga tahun terakhir, gangguan akibat layang-layang memang mendominasi.

Pada 2022, terdapat 73 gangguan akibat layang-layang atau 89 persen.

Jumlah itu meningkat  menjadi 186 gangguan di tahun 2023 namun persentasenye menurun menjadi 85 persen.

Pada 2024, terjadi 35 gangguan akibat layang-layang atau 78 persen.

"Saya memotret tiga penyebab terbesar listrik sering gangguan. Dari data ini terlihat bahwa penyebab terbesarnya di layangan. Berikutnya petir, lalu pohon," kata Abdul Salam saat pemaparan di event Ekosistem Peduli Listrik Award 2024 yang digelar di Qubu Resort Jalan Arteri Supadio, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kamis 14 November 2024.

Menurutnya, dari data itu terlihat bahwa perilakunya dipengaruhi musim setiap tahun.

Pada 2023, jumlah orang bermain layangan semakin banyak.

"Kita ketahui 2023 kita alami el nino musim kering yang panjang. Ketika musim kering panjang, yang main layangan semakin banyak," katanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved