Dosen-dosen dari Fakultas Teknologi UII Kuliah Umum di Universitas Muhammadiyah Pontianak

Ia menyebutkan, Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI, red) memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam bidang pertahanan nasional.

|
Penulis: Stefanus Akim | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
Dosen dari Program Studi Informatika, Program Magister Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Pontianak, Senin 5 Maret 2024. 

Kemudian operasi informasi dan deep fakes, perintah dan kontrol, kendaraan semiotonom dan otonom serta sistem senjata otonom mematikan (LAWS.

Ia menyebutkan dalam dunia militer ada beberapa peluang AI militer. Misalnya dari sisi otonomi, mampu menambah atau menggantikan manusia dalam tugas-tugas yang “membosankan, berbahaya, atau kotor.

“Contoh: pengumpulan dan analisis intelijen jangka panjang, membersihkan lingkungan yang terkontaminasi senjata kimia, atau menyapu rute alat peledak rakitan,” ujarnya.

“Selain itu kecepatan dan daya tahan: memperkenalkan cara unik untuk beroperasi dalam pertempuran pada skala waktu yang ekstrem. Contoh: pengumpulan intelijen di wilayah yang luas dalam jangka waktu yang lama, serta kemampuan untuk mendeteksi anomali dan mengkategorikan perilaku secara mandiri,” kata Syarif Hidayat.

Ia menambahkan, Untuk penskalaan akan memberikan efek penggandaan kekuatan dengan meningkatkan kemampuan manusia dan menambahkan peningkatan kemampuan pada sistem militer yang lebih murah.

Contoh: Segerombolan drone berbiaya rendah.

Baca juga: Modus Minta Antar ke ATM, Residivis di Pontianak Curi Motor Temannya Untuk Beli Narkoba

Dikatakan, keunggulan informasi akan menawarkan cara untuk mengatasi peningkatan eksponensial dalam jumlah data yang tersedia untuk dianalisis. Contoh: menganalisis data yang dibuat oleh segerombolan drone.

Sedangkan dari sisi tantangan AI militer antara lain prediktabilitas, yakni Algoritme AI sering kali memberikan hasil yang tidak dapat diprediksi dan tidak konvensional.

“Contoh: DeepMind AlphaGo AlphaGo mengalahkan juara dunia pemain Go, Lee Sedol, empat game berbanding satu dengan mengatakan bahwa AlphaGo membuat gerakan yang mengejutkan dan inovatif. Masalahnya adalah jika hal tersebut salah, hal tersebut merupakan kesalahan yang tidak akan pernah dilakukan oleh manusia yang melakukan kesalahan dan berpotensi menimbulkan dampak yang merusak dan berskala besar,” ujarnya.

“Penjelasan begini, jenis algoritma AI yang memiliki kinerja tertinggi saat ini tidak mampu menjelaskan prosesnya. Oleh karena itu, tantang kemampuan militer untuk “memverifikasi dan memvalidasi” kinerja sistem AI sebelum digunakan oleh manusia,” kata dia.

Menurutnya, dari sisi eksploitasi adalah proliferasi sistem AI akan meningkatkan jumlah “barang yang dapat diretas”.

“Misalnya kalau kita amati ilustrasi film: Eagle Eye (2008) & Avenger: Age of Ultron (2015),” katanya mencontohkan.

Dalam kegiatan tersebut tampak hadir, Ir Irving Vitra Paputungan ST MSc PhD (Ketua Program Studi Informatika, Program Magister FTI UII), Barry Ceasar Octariadi SKom MCs (Wakil Dekan Fakultas Teknik Ilmu Komputer Universitas Muhammadiyah Pontianak, Kalimantan Barat), Eko Julianto ST MT (Ketua Program Studi Teknik Mesin). Asrul Abdullah SKom MCs (Ketua Program Studi Teknik Informatika dan Istikoma BSc MIT (Ketua Program Studi Sistem Informasi). (*)

Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW DI SINI

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved