Wagub Ria Norsan Beberkan Langkah Pemprov Kalbar Tangani Stunting
Akan tetapi pemerintah pusat menargetkan angka kasus stunting bisa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Penulis: Ferlianus Tedi Yahya | Editor: Faiz Iqbal Maulid
Lebih lanjut, Dia Norsan juga menjelaskan beberapa indikasi penyebab keberadaan stunting di Kalbar.
"Sebenarnya penyebab stunting ini multi faktor. Jadi banyak penyebabnya. Salah satunya adalah faktor Kesehatan misalnya gizi kurang, kemudian faktor lingkungan juga bisa misalnya sanitasinya kurang baik kemudian juga MCK nya tidak sempurna kemudian di daerah juga terkadang masih ada jamban yang kurang baik," jelasnya.
"Karena memang, mohon maaf beberapa daerah itu masih menggunakan lanting yang di atas sungai itu. Kemudian juga faktor pernikahan usia dini itu juga menjadi faktor stunting," tambahnya.
• Kapolda Kalbar Gelar Kegiatan Jumat Berkah Polri Presisi Peduli Stunting Secara Serentak
Adapun ia juga menjelaskan ciri-ciri daripada stunting itu sendiri.
Sebagai contoh dijelaskannya saat anak baru lahir itu ukuran panjangnya tidak sampai 48 cm kemudian beratnya tidak mencapai 2,5 kg.
"Kalau sudah seperti ini anak tersebut sudah bisa didampingi tim Kesehatan untuk dimonitor dan dikawal terus proses pertumbuhannya," katanya.
Dalam penurunan angka stunting ini dirinya juga mengungkapkan bahwa sesungguhnya tidak bisa bergerak sendiri-sendiri yang artinya harus melibatkan segenap stakeholder dari berbagai instansi pemerintah.
"Misalnya salah satunya tadi tentang sanitasi, maka kita berkoordinasi dengan tim PUPR dan kita minta tim ini supaya bisa menjaga air tetap sehat. Jadi kita menggandeng semua," jelasnya.
Di sisi lain, untuk kasus tertinggi saat ini terdapat di daerah Kabupaten Melawi dengan angka 40 persen dan jelaskan penyebabnya.
"Salah satu penyebabnya disana itu karena adanya pertambangan emas. Jadi pertambangan emas itu berada di kiri-kanan sungai," katanya.
"Jadi, lada saat memisahkan emas dan pasir benih itu mereka menggunakan merkuri, kemudian merkuri ini kan masuk kedalam air sungai itu. Sedangkan masyarakat disana pada umumnya masih menggunakan air sungai itu untuk kebutuhan sehari-hari," jelasnya.
"Misalnya mencuci beras, mereka pakai bakul dan langsung mencucinya. Merkuri ini sangat berbahaya sekali bagi ibu-ibu yang sedang hamil. Karena zat kimia ini akan mempengaruhi kehamilan ibu tersebut," lanjutnya.
Dengan demikian, ia juga telah menganjurkan kepada masyarakat Kabupaten Melawi untuk menggunakan air bersih.
"Kalau tidak ada air pump bisa juga air dari pegunungan kemudian kita minta juga kepada pemerintah untuk menindak penambangan emas liar ini supaya tidak berada di sekitar sungai itu," ungkapnya.
Selain Kabupaten Melawi kemudian disusul Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sekadau dengan adanya penyebab yang kurang lebih sama.
Polresta Pontianak Gelar Gerakan Pangan Murah Jelang HUT ke-80 RI, Sediakan 8 Ton Beras untuk Warga |
![]() |
---|
Bertepatan di Hari Ulang Tahun Suharti Bersyukur Dapat Kado Paket Sembako Gratis dari Kapolda Kalbar |
![]() |
---|
Masyarakat Mengaku Terbantu Adanya Gerakan Pangan Murah Polri di Polda Kalbar |
![]() |
---|
Wakil Wali Kota Pontianak Bahasan Minta Warga Laporkan ODGJ demi Keselamatan Bersama |
![]() |
---|
Wabup Sukardi Minta Awasi Makan Bergizi Gratis di Kapuas Hulu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.