Percepatan Penurunan Angka Prevalensi Stunting Menjadi Prioritas Utama BKKBN Kalbar

Pintauli mengatakan, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas utama karena stunting berdampak terhadap masa depan generasi penerus bangsa.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Jovanka Mayank Candri
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalbar, Pintauli Romangasi Siregar dalam Tripon Cast, Senin 8 Mei 2023. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pintauli Romangasi Siregar dilantik menjadi Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalbar pada Maret 2023 lalu. Dan dikukuhkan oleh Gubernur Kalbar pada 3 Mei lalu.

Pintauli Romangasi Siregar menggantikan Pelaksana Tugas (Pit) Kepala BKKBN Kalbar sebelumnya, yakni Aulia Arfiansyah Arief. Sebelumnya, Pintauli menjabat sebagai Koordinator Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN Provinsi Jawa Barat.

Pintauli menyampaikan, kegiatan menekan stunting ini harus di boomingkan, karena penanganan stunting ini menjadi prioritas nasional yang memang sangat luar biasa pergerakannya terutama saat diluncurkannya Peraturan Presiden No.72 Tahun 2021.

Disampaikan bahwa BKKBN menjadi penanggung jawab percepatan penurunan stunting, maka dari itu dalam pergerakannya, BKKBN Kalbar sudah melakukan beberapa strategi yakni seperti melakukan kunjungan ke daerah-daerah.

Dirinya menjelaskan, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang kemungkinan besarnya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis yang berlangsung terus menerus dan juga terjadinya infeksi berulang sehingga menyebabkan sakit.

Baca juga: BKKBN Kalbar Optimis Capai Penurunan Angka Stunting

"Penyebab kekurangan gizi pada anak menyebabkan pertumbuhan dan perkembangannya jadi terganggu, yang tampak misalnya dari tinggi badan dan berat badannya tidak sesuai dengan usianya," ujarnya saat Tripon Cast pada Senin, 8 Mei 2023.

Ia menyampaikan, kondisi stunting pada anak mulai bisa ditetapkan setelah usia 2 tahun, namun jika anak belum berusia 2 tahun, hal tersebut daoat diperbaiki. Kondisi stunting pada anak dapat diawali dengan mendeteksi tumbuh kembang anak.

"Dari situlah di deteksi, mengapa tidak terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang baik, apakah karena kurang gizi, pernah sakit, kondisi ekonomi keluarga yang memungkinkan tidak dapat mencukupi asupan gizi atau mungkin pengaruh lingkungan yang kurang bersih," ucapnya.

Pintauli mengatakan, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas utama karena stunting berdampak terhadap masa depan generasi penerus bangsa.

"Dari sisi sumber daya manusia, jika dari balita nya sudah tidak baik, kita takut di kemudian hari mereka menjadi SDM yang kurang bisa mengeksplore dirinya, kurang bisa meningkatkan kualitas kehidupan kedepannya," imbuhnya.

"Karena ada yang menghambat, ada ketertinggalan yang terjadi, sehingga penanganan stunting ini harus menjadi penanganan yang utama karena menyangkut sumber daya manusia yang nanti akan menjadi cikal bakal pengganti-pengganti kita," ujarnya. (*)

Tekan Stunting, Kepala Perwakilan BKKBN Kalbar Targetkan Kesediaan Data dan Alat Ukur Kesehatan

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved