Pola Hidup Sehat

DAFTAR RIWAYAT Penyakit yang Tidak Boleh Vaksin, Berikut Cara Kerja 7 Jenis Vaksin Covid-19 !

Pada awal Januari 2021, terdapat 15 kelompok orang yang tidak bisa divaksinasi. Namun saat ini ibu hamil sudah bisa mendapatkan vaksinasi asalkan....

Editor: Mirna Tribun
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ YOUTUBE
RIWAYAT Penyakit yang Tidak Boleh Vaksin. 

Setelah disuntikkan, virus ini akan masuk ke dalam sel tubuh, kemudian memicu sistem imun tubuh untuk menghasilkan antibodi dan mengaktifkan sel imun yang dapat melawan virus Corona.

Dalam uji klinisnya, sebagian besar efek samping vaksin hanya bersifat ringan hingga sedang dan bisa sembuh dalam beberapa hari.

Gejala yang banyak dialami, yaitu >10%, antara lain nyeri otot, kemerahan, gatal, bengkak atau benjol di tempat suntikan, demam, lelah, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu, dan batuk.

Sementara itu, gejala yang lebih jarang terjadi, yaitu hanya ≤1%, adalah pusing, nafsu makan turun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah bening, keringat berlebihan, kulit gatal, dan muncul ruam.

3. Vaksin Sinopharm

Nama Vaksin: BBIBP-CorV

Negara asal: China

Bahan dasar: virus Corona yang dimatikan (inactivated virus)

Uji klinis: fase III (selesai)

Lokasi: China, Uni Emirat Arab, Maroko, Mesir, Bahrain, Jordan, Pakistan, Peru, Argentina

Usia peserta: 18–85 tahun

Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari

Efikasi vaksin: 79,34% (di Uni Emirat Arab)

Cara kerja vaksin Sinopharm sama dengan vaksin Sinovac, yaitu memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Corona menggunakan virus yang telah dimatikan.

Vaksin ini juga telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan darurat dari otoritas kesehatan di China dan Arab.

Sejauh ini, pemberian vaksin Sinopharm aman dan tidak menimbulkan efek samping yang serius.

4. Vaksin Moderna

Nama Vaksin: mRNA-1273

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)

Uji klinis: fase III (selesai)

Lokasi: Amerika Serikat

Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun

Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 28 hari

Efikasi vaksin: 94,1%

Yang membedakan vaksin ini dengan ketiga vaksin di atas adalah bahan dasar yang digunakan.

Vaksin Moderna menggunakan salah satu bahan genetik virus (mRNA).

Vaksin mRNA bekerja dengan cara mengarahkan sel tubuh untuk memproduksi protein yang berbentuk sama seperti protein pada virus Corona.

Selanjutnya, sel-sel tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan protein tersebut. Antibodi inilah yang kemudian akan melindungi tubuh dari virus Corona.

Pada uji klinis, efek samping yang terjadi pada 50% peserta berupa kelelahan, sakit kepala, nyeri otot dan sendi.

Namun, efek samping ini hilang paling lama setelah 2 hari.

Selain itu, nyeri di tempat suntikan, bengkak, kemerahan juga terjadi, tapi derajatnya ringan hingga sedang.

5. Vaksin Pfizer-BioNTech

Nama vaksin: BNT162b2

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)

Uji klinis: fase III (selesai)

Lokasi: Amerika Serikat, Jerman, Turki, Afrika Selatan, Brazil, Argentina

Usia peserta: >16 tahun hingga >55 tahun

Dosis: 2 dosis (0,3 ml per dosis) dengan jarak 3 minggu

Efikasi vaksin: 95%

Meski menggunakan bahan dasar yang sama, hasil uji klinis fase 3 vaksin Pfizer sedikit lebih tinggi daripada vaksin Moderna.

Namun, terlepas dari perbedaan efikasi vaksin Moderna dan vaksin Pfizer, kedua vaksin COVID-19 ini secara umum memiliki tingkat keamanan dan efek samping yang hampir sama.

6. Vaksin Novavax

Nama vaksin: NVX-CoV2372

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: protein subunit

Uji klinis: fase III

Lokasi: Inggris, India, Afrika Selatan, Meksiko

Usia peserta: 18–59 tahun

Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari

Efikasi vaksin: 85–89%

Protein subunit yang digunakan pada vaksin Novavax adalah protein yang dibuat khusus untuk meniru protein alami pada virus Corona.

Setelah masuk ke dalam tubuh, protein tersebut akan memicu reaksi antibodi untuk melawan virus Corona dan mencegah infeksi.

Hasil uji klinis awal yang diterbitkan oleh Novavax menunjukkan reaksi antibodi yang kuat pada manusia tanpa efek samping yang serius.

Uji klinis fase 3 untuk memastikan keamanan dan keefektifan vaksin Novavax diperkirakan akan selesai dalam waktu dekat.

7. Vaksin Merah Putih – BioFarma

Bekerja sama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman, PT BioFarma masih terus melakukan pengembangan dan penelitian terhadap vaksin COVID-19.

Uji klinis terhadap vaksin ini rencananya baru akan dimulai sekitar bulan Juni 2021.

Itulah berbagai perbedaan vaksin-vaksin COVID-19 yang perlu Anda pahami.

Vaksin tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghentikan pandemi COVID-19.

Namun, diperlukan kerja sama seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa menyukseskan upaya ini.

Tidak hanya itu, upaya ini juga harus disertai penerapan protokol kesehatan secara disiplin.

Baik sudah divaksin maupun belum, setiap orang harus tetap menjalani protokol tersebut untuk mencegah penularan virus Corona.

Jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar macam-macam vaksin COVID-19 dan perbedaannya, bertanyalah kepada dokter.

Ingat, jangan termakan hoaks tentang vaksin, apalagi sampai ikut menyebarkannya, karena hal ini bisa merugikan diri Anda sendiri dan orang lain. (*)

Sebagian Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "14 Kelompok Orang yang Tidak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19"

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved