KISAH Perjalanan Anggita Elprija Wulandari jadi Seorang Dokter Gigi Muda di Pontianak

Drg Anggita menceritakan awal mulanya kenapa ia bisa menjadi seorsng dokter gigi dimana dikatakannya bahwa sebarnya sejak dari dulu ia berkeinginan me

Penulis: Anggita Putri | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Anggita Elprija Wulandari berhasil menyelesaikan kuliahnya di tahun 2020 menjadi Dokter Gigi lulusan Kampus Airlangga yang kini sudah bertugas di Puskesmas Kubu Raya dan membuka Klinik Pribadi di Pontianak. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Anggita Elprija Wulandari berhasil menyelesaikan kuliahnya di tahun 2020 menjadi Dokter Gigi lulusan Kampus Airlangga yang kini sudah bertugas di Puskesmas Kubu Raya dan membuka Klinik Pribadi di Pontianak.  

Drg Anggita menceritakan awal mulanya kenapa ia bisa menjadi seorsng dokter gigi dimana dikatakannya bahwa sebarnya sejak dari dulu ia berkeinginan menjadi dokter umum.

Namun saat itu, Drg Anggita sudah mencoba berbagai Fakultas,tapi tidak masuk. Akhirnya ia memutuskan untuk menganggur setahun dan iseng mencoba test dokter gigi di Universitas Airlangga pada 2014.

Ternyata ia dinyatakan lulus pada 2014 di Universitas Airlangga dan menyelesaikan studinya pada 2020 lalu. Ia mengatakan saat itu setelah selesai kuliah, dirinya sempat bekerja sekitar 6 bulan menjadi Dokter Gigi di Surabaya.

Berawal dari Jualan Kue, Kisah Entrepreneur Woman Ornela Berhasil Bangun Offline Store yang Kekinian

Namun ia memilih kembali ke Pontianak pada Januari 2021 dan diajak oleh teman-temannya untuk bergabung dengan AMPI untuk mengikuti berbagi kegiatan.

Drg Anggita menceritakan bahwa sejak kecil sudah mempunyai cita-cita menjadi dokter umum. Sejak kecil juga ia hobi menulis diary karena kedua orang tuanya bekerja. Sehingga ia dirumah tidak memiliki teman bicara.

“Karena orang tua kerja saya gak punya teman, akhirnya saya suka nulis diary. Jadi saya pernah nulis di diary dulu cita-cita saya ingin menjadi dokter profesional,”ujarnya kepada Tribun Pontianak, Sabtu 31 Juli 2021.

(Update Informasi Seputar Kota Pontianak)

Ia suka menulis buku diary sejak TK sampai duduk dibangku SMP. Namun pada kenyataan saat ini ia tidak menjadi seorang dokter umum, melainkan menjadi seorang dokter gigi.

Digaji Rp 75 Ribu Sehari 

Pengalaman kerja diawal lulus kuliah ketika STR belum keluar, ia sempat menggantikan dokter lain di salah satu Klinik BPJS di Sidoarjo yang mana lokasi tersebut jauh dari tempat tinggalnya. 

Saat itu juga sudah memasuki awal-awal pandemi covid-19 di tahun 2020. Ia mengatakan gaji sehari yang diterima saat itu hanya Rp 75 ribu dengan jarak tempuh yang jauh dari Surabaya ke Sidoarjo.

“Awalnya saya kaget cuma Rp 75 ribu , tapi saya tetap jalani. Apapun kerjaan yang ditawarkan ke saya, saya tetap terima meskipu nilainya kecil atau besar. Kita tidak tau hikmah dibalik itu,” ujarnya. 

Namun setelah itu orangtuanya memutuskan untuk menyuruhnya pulang ke Pontianak untuk membuka klinik pribadi. Selain itu bekerja di Puskesmas di Kubu Raya.

“Saya senang bekerja dengan masyarakat awam. Kita juga dapat belajar banyak kasus kesehatan gigi dan mulut. Jadi saya senang sekali bisa bekerja di Puskesmas dan bisa mengimprove ilmu saya,” ujarnya.

Aktor Berbagi Suami Ucapkan HUT 13 Tahun Tribun Pontianak di lokasi Syuting

Kerjaannya tidak hanya terfokus sebagai dokter gigi, tapi banyak giat sosial yang ia lakukan. 

“Saya benar-benar passion dengan Dokter gigi dan suka bersosialisasi juga berbisnis,”ucapnya.

Drg Anggita terhitung baru bertugas di Puskesmas sejak Januari 2021 lalu. Setelah itu  membuka klinik pribadi yang sudah berdiri sejak Mei 2021 yang diberi nama Apotek Bintang, Prakter Pribadi Dokter Anggi.

“Saya sejak Mei gabung Apotek Bintang mulai beli alat nyicil satu-satu karena harganya tidah murah,”ucapnya.

Dikarenakan buka saat penerapan PPKM dan Kasus Covid-19 meningkat. Praktek pribadi malam terbatas, jadi sebelum datang dikatakannya pasien harus janjian terlebih dahulu. 

Pelayanan di Apotek Bintang menyediakan mulai dari spesialis bedah, dokter umum, dokter spesialis lainnya, serta bisa melakukan perawatan luka diabetes yang merupakan inovasi baru. 

“Kalau ada pasien diabetes kita bisa langsung melakukan perawatan luka. Kalau diabetes biasanya luka susah sembuh dan kita ada terapinya,”ujarnya.

Sedangkan untuk dokter giginya hanya ia sendiri, tak hanya itu ada juga pelayanan vaksin home visit. 

“Vaksin Home Visit kayak vaksin pneomonia, tetanus, dan vaksin sebelum orang menikah kita bisa datang ke rumah karena saat ini sedang pandemi , kita juga ada sediakan vaksin gotong royong, dan hepatitis,”ujarnya. 

Jadi Apotek Klinik Bintang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama apoteknya, dan dilantai duanya Klinik Bintang di Jalan Tanjung Pura nomor 38, Pontianak

Motivasi dari Gagal 10 Kali Test Masuk Universitas  UGM .  Akhirnya Lulus Menjadi Dokter Gigi di Universitas Airlangga

Drg Anggita mengatakan tentu perjalanannya tidak mudah bisa sampai ditahap ini, dimana awalnya benar-benar ingin menjadi  dokter umum, namun ternyata takdir membawanya untuk menjadi dokter gigi.

“Dulu lulus SMA sempat nganggur setahun untuk nyoba masuk ke Unversitas UGM tapi tidak lulus. Bahkan saya sudah ikut ujian di UGM 10 kali. Lalu nyoba di swasta juga tidak lulus,”ujarnya. 

Saat itu ia sempat merasa down melihat teman lain sudah masuk Fakultas Kedokteran, sejak itu dalam setahun ia sempat sampai mengurung diri.

Ditengah Pandemi Covid-19, Gubernur Sutarmidji Beberkan Pembangunan di Kalbar Masih Tetap Berjalan

“Tapi akhirnya yang membuat saya termotivasi mungkin karena saya kurang belajar atau restu dari orang tua serta doa saya yang kurang,”ucapnya.

Jadi dalam setahun itulah menjadi pelajarannya untuk terus memperbaiki diri. Akhirnya  setelah satu tahun ibundanya menyuruh untuk mencoba jadi dokter gigi

“Saya sebenarnya dari 2014 udah nggak feel lagi jadi dokter dan pengen ambil hukum saja. Karena memang basic keluarga ku orang hukum,”ujarnya.

Namun akhirnya ia mengikuti apa yang disarankan ibundanya dan mencoba ambil dua jalur Jurusan Dokter gigi, dan Hukum.

“Saat itu saya iseng ambil dokter gigi ternyata diterima. Karena perjuangan dapat dokter gigi tidak gampang akhirnya saya terpacu,”ujarnya.

Ia menyelesaiakan ujian pra klinik juga tepat waktu, Koas juga yang harus mengejar target untuk cepat lulus telah dilakukannya. 

Karena perjuangan dokter gigi tidak gampang yang membutuhkan waktu panjang dari S1 sampai Koas yang harus cari pasien yang tentunya perlu banyak mengeluarkan biaya.

Saat itu ia berfikir doa orang tua dan nasihat mereka yang membuatnya bisa lulus tepat waktu dan memberikan hasil terbaik untuk bisa balas budi. 

“Tanpa mereka juga saya bukan apa apa. Papa orang yang paling saya cintai dan mama orang yang paling saya kasih menjadi motivasi terbesar untuk lebih maju,”ujarnya.

Drg Anggita mengatakan setelah menjadi dokter gigi banyak kasus yang ia temui terhadap para pasien yang datang. Ia melihat masyarakat masih rendah pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. Biasanya pasien datang konsultasi pada saat kondisi gigi sudah sakit dan hancur. 

“Perawatan gigi kan mahal, kalau misalnya gigi sudah jelek dan hancur otomatis perawatannya akan semakin mahal. Karena kita harus membenarkan giginya secara kompleks,”ujarnya. 

Padahal dikatakannya perawatan gigi bisa dilakukan secara maintenense minimal 6 bulan sekali sampai 1 tahun sekali. 

“Misalnya membersihkan karang gigi untuk mencegah gigi berlubang. Jadi masih banyak masyarakat yang belum peduli kesehatan gigi dan mulut,”ujarnya. 

Ia mlihat banyak fenomena masyarakat yang memasang gigi veener tapi bukan kepada dokter yang profesional yang bisa membahayakan terutama bisa terjadi infeksi.

“Karena mereka yang bukan dokter gigi tidak melakukan secara profesional. Lalu ruangannya kita tidak tahu steril atau tidak dan bahan yang digunakannya kita tidak tahu,”ujarnya.

Harisson Minta Diskes Kabupaten Kota dan Rumkit Belanjakan Dana Recofusing untuk Penanganan COVID

Kalau alat tidak disterilkan dengan benar otomatis bisa menyebabkan infeksi gigi, tapi bisa saja infeksi lainnya yang menyebabkan terjadi sesuatu yang fatal.

“Tapi kalau ada dari alat yang digunakan oleh pasien hepatitis dan HIV Aids otomatis kita akan tertular dan terkena seumur hidup,”ujarnya.

Veener gigi dikatakannya sama dengan mengikis gigi asli kalau tidak dikerjakan profesional gigi akan keropos, bahkan bisa membuat gusi berdarah dan yang paling fatal kalau infeksi sudah menyebar kemana-mana bisa menyebabkan kematian.

Ia berharap masyarakat terus menjaga kesehatan gigi dari kecil sejak usia anak. Kalau misal anak-anak gigi sudah mulai goyang bisa dicabut biar tumbuh rapi.

“Paling sering perempuan kalau misalnya sebelum menikah saya sarankan untuk kontrol ke dokter gigi untuk persiapan saat hamil dsan melahirkan,”ujarnya.

Sebab banyak faktor yang bisa berakibat fatal pada janin dan bayi salah satunya karena kebanyakan mengkonsumsi obat antibiotik saat hamil membuat gigi anak yang lahir menjadi kuning dan bentuk tidak beraturan.

Angka Kematian Akibat Covid-19 di Mempawah Tinggi, Kapolres Imbau Masyarakat Tetap Disiplin Prokes

“Bisa juga kalau awal dia sakit gigi dan sembarangsn beli obat diwarung bisa menyebabkan catat dan meninggal. Sebaiknya sebelum rencana hamil lebih bagus periksa gigi terlebih dahulu,”ujarnya.

Ia juga berpesan kepada milenial karena fenomena sekarang banyak anak muda yang hobi ngopi dan ngeteh bisa membuat gigi kuning. 

“Jadi bisa merawat gigi dengan sikat gigi rutin tiga kali sehari dan sering berkumur setelah minum  kopi dan membersihkan karang gigi,”pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved