Pasien Covid Meninggal Dunia Saat Dirawat di RSUD Soedarso, Kalbar Tambah Empat Kasus Positif

Pasien ini tidak memiliki riwayat penyakit komorbid seperti diabetes melitus (DM), hipertensi, atau jantung.

Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ FILE
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dr. H. Harisson 

Humas Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Singkawang dr Barita Ompusunggu menyampaikan bahwa satu kasus terbaru itu adalah pria berusia 72 tahun. Pasien punya keluhan dada nyeri dan berdebar satu minggu sebelum masuk rumah sakit serta batuk selama tiga hari.

"Selanjutnya dilakukan rapid test dengan hasil reaktif, dan dinyatakan terkonfirmasi setelah hasil swabnya keluar hari ini," ujar dr Barita kepada awak media, Senin (14/9/2020).

Barita mengatakan, pasien tersebut tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar kota dan tidak melakukan kontak erat dengan pasien terkonfirmasi.

"Sehingga total pasien terkonfirmasi pada hari ini berjumlah 20 orang, 13 dirawat dan 7 isolasi mandiri, serta suspek yang dirawat sebanyak enam orang," ujarnya.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melalui Dinas Kesehatan dan KB Singkawang akan segera melakukan tracing terhadap keluarga dan orang yang kontak erat terkonfirmasi Covid-19.

Antisipasi Klaster Keluarga
Ahli epidemiologi sekaligus Ketua Tim Kajian Ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak dan juga Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kalbar, Dr Malik Saepudin SKM MKes, mengingatkan bahwa klaster keluarga perlu diantisipasi.

Ia menyampaikan, hingga kini telah tampak di beberapa kota besar di Indonesia sudah ada tren ditemukannya klaster baru dari keluarga, seperti di Jakarta, Bekasi, Bogor, Yogyakarta, Semarang, dan Malang.

Dr Malik mengungkapkan bahwa sumber penularannya dari salah satu aktivitas anggota keluarga di tempat kerja atau angkutan umum ataupun pusat perbelanjaan yang dilakukan tanpa protokol kesehatan Covid-19.

"Informasi data di Kalbar bahwa ada sejumlah ASN dan anggota dewan yang positif Covid-19 dengan tanpa gejala. Tentu ini memberikan cukup penjelasan bahwa klaster keluarga mungkin akan segera terjadi, jika pelonggaran penerapan protokol kesehatan di kantoran, transportasi dan pusat perbelanjaan, serta pusat rekreasi," ungkapnya.

Dikatakannya, klaster keluarga merupakan penyumbang terhadap peningkatan kasus positif Covid-19 di suatu wilayah. Hal itu terjadi apabila tidak ada langkah cepat dari Pemprov Kalbar untuk mengatasinya.

"Salah satu cara mencegah penyebaran di klaster keluarga dengan meningkatkan pengetesan, serta pelacakan di perkantoran, pusat perbelanjaan, angkutan umum dan pusat rekreasi," ucapnya.

"Tak kalah pentingnya adalah menempatkan seluruh pasien isolasi mandiri ke satu lokasi tertentu sebagaimana yang tengah dilakukan di Provinsi DKI dan provinsi lainnya termasuk Kalbar," tambah Malik.

Hal itu dikatakannya, lantaran isolasi mandiri di rumah sangat tidak efektif dalam penerapan protokol kesehatan dengan kondisi rumah yang tidak memungkinkan tepisah antara tempat tidur pasien dengan kelurga lainnya.

"Mungkin juga keluarga belum bisa menerima kebiasaan atau isolasi dalam keluarga, di sisi lain petugas juga tidak bisa mengontrol kondisi merka dengan baik, sehingga tetap sangat rentan terjadi transmisi antara anggota keluarga," ujarnya.

Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmitogugus sebelumnya menyebutkan belum ada data dan kajian terkait penularan melalui klaster keluarga. Meski demikian, menurut Dr Malik antisipasi tetap perlu dilakukan, jangan sampai terlambat.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved