Malik Sebut Tiga Faktor Utama Penyebab Munculnya Klaster Baru Covid-19, Berikut Cara Mengatasinya

Ini warning, bahwa Covid-19 telah menyerang markas/bentang pertahanan teekahir yaitu para Nakes

Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ Muhammad Rokib
Ahli epidemologi Poltekkes Kemenkes Pontianak, Dr. Malik Saepudin, SKM.,M.Kes. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ahli Epidemiologi sekaligus ketua tim kajian ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak dan Ketua Muhmamadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kalbar, Dr. Malik Saepudin SKM,M.Kes menyampaikan terkait peningkatan kasus Covid-19 di Kalbar yang terjadi pada akhir-akhir ini kasus covid-19 di Kalbar sebanyak 674 orang positif covid-19 dan sembuh 588 orang, serta meninggal 5 orang .

Dari jumlah tersebut tujuh kasus diantaranya merupakan tenaga kesehatan (nakes) di salah satu Rumah Sakit di Kabupaten Bengkayang dan dua nakes di Puskesmas Badau, Kabupaten Kapuas Hulu. 

"Ini warning,  bahwa Covid-19 telah menyerang markas/bentang pertahanan teekahir yaitu para Nakes. Satu kluster nakes di Bengkayang itu dikabarkan tertular dari pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit tersebut. Sementara itu ada dua orang lagi nakes di Kapuas Hulu yang juga dinyatakan kasus konfirmasi Covid-19," ujar Malik Saepuddin.

Melihat dari peningakatan kasus di Kalbar, lanjut Dr. Malik, dimulai semenjak dikonfirmasi 6 orang penumpang Maskapai penerbangan dari Jakarta yang diperiksa PCR secara acak bebrapa waktu yang lalu. "Artinya penumpang lainnya yang tidak terpilih secara acak,  bisa jadi sebagai sumber penular yang tersebarnya ke seluruh wilayah kabupatrn/kota di Kalbar," lanjutnya.

Dinas Kesehatan Kalbar Terima 16 Sampel Swab Bakal Calon Kepala Daerah, Ini Penjelasan Harisson

Menurutnya ada tiga penyebab utama yang menjadi faktor utama dalam penyebaran covid-19.

Pertama, Vuneribilatas penduduk kalbar tinggi terhadap Covid-19,  yaitu kemampuan penduduk rentan selain pergerakan penduduk yang dinamis, juga perilaku disiplin protokol kesehatan rendah. Sehingga memberikan kemudahan terjadinya transmisi lokal.

Kedua, Reseptifitas lingkungan fisik yang tinggi terhadap Covid-19, kemampuan lingkungan dalam penularan covid, sirkulasi udara yang buruk pada ruangan ber AC diperkantoran, pemukiman yang padat, lingkunagn pasar dan tempatbumum yang kumuh, serta tata laksna pengelolan sampah diperkotaan yang belum cukup memadai. 

Ketiga, Penerapan kebijakan dlam tata kelala penyakit karantina/wabah belum standar.

Pembatasan pergerakan penduduk dari wilayah satu dan wilayah lain melalui laut, darat dan udara /maskape penrbangan, dlam pertimbangan masih mengutamakan masalah ekonomi.

Tiga hal tersebut menurut Dr. Malik yang memungkinkan kasus covid-19 ke dapan di Kalimantan Barat akan terus terjadi peningkatan.

Akan Diresmikan pada HUT Kota Singkawang ke-19, Mal Pelayanan Terpadu Masih Tahap Uji Coba

"Solusinya adalah kontrol pergerakan penduduk melalui pengawasan penerbangan dari/ke Zona merah di Pulau jawa tidak terkontrol dengan baik. Kerana secara epidemiologis, manusia yang berasal dari daerah  dengan kasus tinggi,  kontak tinggi, dinamika pergerkan penduduk tinggi, dan penerapan protokol kesehatan yang rendah, seperti Jakarta dan Surabaya, maka sangat beresiko sebagai sumber penular baru (kasus impor), yang selanjutnya sangat berpotensi menulari penduduk lokal dan terus terjadi tramisi lokal antar penduduk lokal.  Apalagi sebagain besar sumber penular adalah 80% adalah tak bergejala (asimtomatik)," jelas Dr. Malik.

Wilayah Kalimantan Barat khsusunya di perkotaan, Ia menilai harus memenuhi anjuran WHO yaitu melakukan 3 T (Trecing,  test dan Tratment) secara optimal, pemeriksaan  Swab harus memenuhi target 1 per 1000 penduduk perminggu.  

Hingga kini, Ia menilai Pemrprov Kalbar telah melakukan upayanya dengan baik, dengan melalui Pergub Covid-19.

"Salah satu ketentuannya adalah melakukan tindakan tegas pada maskapai penerbangan yang membawa penumpang positif Covid-19," ucapnya.

"Tidak ada cara lain untuk menghambat tingkat penularan atau transmisi lokal  di wilayah Kalbar,  maka yang terbaik adalah dilakukan pada 3 faktor resiko," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved