Wabah Virus Corona
Virus Corona Bisa Menyebar Saat Bernapas dan Berbicara, Ini Terungkap dari Hasil Penelitian Terbaru
Namun, riset atau penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penyebaran covid-19 juga bisa saat orang berbicara atau bahkan saat bernapas.
Secara bersama-sama, kehadiran RNA virus dalam tetesan udara dan aerosol menunjukkan kemungkinan penularan virus melalui rute ini.
"(Saya) Lega melihat aerosolisasi diterima. Jalur udara tambahan ini membantu menjelaskan mengapa penyebarannya begitu cepat,” ujar seorang ahli kimia aerosol di University of California, San Diego, Kimberly Prather.
Mengutip penelitian Nancy Leung dari University of Hong Kong, dilakukan pengumpulan tetesan pernapasan dan aerosol dari pasien dengan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Saat pengumpulan, beberapa pasien mengenakan masker bedah.
Masker mengurangi deteksi RNA corona virus di kedua tetesan, baik pernapasan dan aerosol. Akan tetapi hanya dari tetesan pernapasan di antara penderita influenza.
“Hasil kami memberikan bukti mekanistik bahwa sungkup muka bedah dapat mencegah penularan human corona virus dan infeksi virus influenza jika dipakai oleh individu yang bergejala,” tulis para ahli.
• Antisipasi Covid-19, Ini Berbagai Upaya yang Dilakukan Polsek Silat Hilir Bersama Tim Gabungan
Tak semua ahli sepakat
Meski demikian, tak semua ahli sepakat bahwa rute penularan bisa melalui udara.
Sejauh ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dan lembaga kesehatan lainnya bersikeras bahwa penularan utama terjadi melalui tetesan pernapasan yang lebih besar hingga satu mililiter.
Gravitasi menyebabkan tetesan-tetesan ini jatuh sehingga virus dapat tersimpan pada permukaan.
Seseorang bisa menyentuh permukaan benda yang terdapat virus dan menginfeksi diri sendiri saat menyentuh mulut, hidung, atau mata.
Adapun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam ringkasan ilmiah pada 27 Maret 2020 menyatakan bahwa transmisi aerosol mungkin terjadi dalam keadaan dan pengaturan spesifik yang menghasilkan aerosol, seperti saat pasien yang sakit parah diintubasi dengan tabung pernapasan.
Namun, para ahli WHO menyebutkan, analisis yang dilakukan terhadap lebih dari 75.000 kasus virus corona di China tidak mengungkapkan kasus penularan melalui udara.
Adapun penelitian seperti Santarpia mencatat bahwa deteksi RNA dalam sampel lingkungan berdasarkan tes berbasis PCR tidak menunjukkan virus dapat ditularkan.
Meski demikian, CDC tampaknya bersiap-siap untuk mengubah pendapatnya.