Tangkal Virus Corona
BEDA Kisah Mahasiswi China Asal Pontianak dengan Pengacara Chen Qiushi Tentang Virus Corona Attack
Sebelum keluar dan juga saat hendak masuk kembali ke kampus, mereka diberikan semprotan seperti vaksin untuk mencegah wabah corona.
Sofi mengakui akan masuk kembali perkuliahan pada 17 Februari. Namun, untuk saat ini dirinya sudah mendapat pemberitahuan bahwa kuliah akan dilaksanakan melalui online.
Pihak kampus, kata dia, juga meminta kepada para mahasiswa untuk sementara tidak kembali ke Cina, sebelum pihak pemerintah Cina menyatakan kondisi normal kembali.
"Jadi kami diperlakukan dengan sangat baik. Mau selama di evakuasi maupun karantina, jadi tidak seperti yang tersebar di media sosial yang bentuknya menakuti. Jadi jangan percaya hoax, dan memang kami yang dipulangkan ini sama sekali tidak terjangkit virus corona, Alhamdulillah sehat wal afiat," pungkasnya.
Sempat Stok Makanan
Selain Sofi, ada Dista Wahyu Prasetyo (21), mahasiswa Indonesia yang juga kembali ke kediamannya di Kampung Blok Sawo, RT 001/06, No 25, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Dista kuliah di Wuhan University of Technology, Hubei, Cina. Kedatangan Dista disambut para kerabat dan tetangganya.
“Untuk warga negara Indonesia yang masih skeptis terhadap kami yang baru pulang dari China, ini bukti berupa surat keterangan pemeriksaan langsung dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kami WNI yang dievakuasi dari Wuhan dinyatakan sehat, tidak perlu skeptis tidak perlu takut, Indonesia akan selalu baik-baik saja,” katanya.
Dista menyatakan, ia dan WNI lainnya sudah mendapatkan peringatan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China dan pemerintah Cina.
“Jadi sebenarnya itu kami baik-baik saja. Tapi kami di sana nggak bisa ke mana-mana, hanya bisa di kamar. Paling Sabtu dan Minggu kami bisa ke luar untuk beli bahan pangan,” lanjutnya.
Menurutnya, di Wuhan ada banyak kampus. Kondisi setiap kampus berbeda. Ada kampus yang baik-baik saja, ada yang kurang memadai.
Ia menjelaskan, pertama kali tahu virus corona pada Desember 2019 dan beritanya masif pada Januari 2020.
“Saya sebenarnya masih sempat jalan-jalan di Wuhan, meskipun sudah banyak yang pakai masker. Kami baru tahu virus itu benar-benar ada sehari sebelum lockdown, 23 Januari,” ungkapnya.
Ketika tahu lockdown dilakukan, ia dan rekan-rekannya di mess saling menenangkan. Ia juga mengabari sang ibu kondisinya baik-baik saja agar tenang.
“Semua fasilitas transportasi berhenti, Bandara ditutup, sehingga saya waswas karena menyangkut persediaan makanan di mess. Untung sebelum Imlek saya sudah belanja makanan. Biasanya pada saat Imlek toko banyak yang tutup sehingga saya stok makanan untuk satu hingga dua minggu,” katanya.
Selama lockdown diberlakukan, ia hanya beraktivitas di mess. “Membaca jurnal, main game, ke kamar teman, main game lagi, nonton film. Di sana akses internet sangat bagus,” pungkasnya. (Tribun network/gam/dyj)