Tangkal Virus Corona

BEDA Kisah Mahasiswi China Asal Pontianak dengan Pengacara Chen Qiushi Tentang Virus Corona Attack

Sebelum keluar dan juga saat hendak masuk kembali ke kampus, mereka diberikan semprotan seperti vaksin untuk mencegah wabah corona.

Editor: Marlen Sitinjak
KOLASE/TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Syarifah Nurus Soffia Perwira Putri (kiri) menunjukkan foto surat keterangan bebas Corona di rumahnya di Permata Saigon, Jl Tanjung Raya II, Pontianak, Minggu (16/2/2020) siang. Sofi bersama empat warga Kalbar kembali ke rumah usai dikarantina selama 14 hari di Pulau Natuna usai dipulangkan dari Wuhan. Chen Qiushi (kanan). 

Rasa bahagia juga disampaikan Syarifah Nurus Soffia Perwira Putri. Sofi sapaan akrabnya, merupakan mahasiswi semester 6 di Hubei University Of Science And Technology.

Sofi bersama 237 Warga Negara Indonesia (WNI) lainnya menjalani karantina dan observasi di Kabupaten Natuna sejak 2-15 Februari 2020.

Ia dan ratusan WNI dinyatakan sehat dan tak terinveksi virus corona.

"Sejak evakuasi sampai kita di karantina pemerintah benar-benar memberikan perhatian sangat baik. Kita diberikan fasilitas untuk sehari-hari, kesehatan, diberikan terapi psikologis, pengamanan dari bapak TNI Polri juga. Semuanya senang aja. Benar-benar menjadi rakyat Indonesia," ujar Sofi kepada wartawan.

Sofi menempuh studi di Xianning, Provinsi Wuhan yang jaraknya 90 Km dari Wuhan.

Ia mengatakan, selama menjalani evakuasi sampai karantina, perhatian pemerintah Indonesia dan pemerintah Cina sangat luar biasa.

Ia bersama warga lainnya menjalani proses dengan sangat baik. Ia bahkan dapat saling mengenal satu sama yang lain.

Mereka mengikuti senam setiap pagi, bermain bersama bahkan menjalin keakraban dengan TNI, Polri, KBRI, Kemenkes, dan lainnya.

"Saat kita masih dievakuasi di Wuhan, kita juga mendapat perhatian cukup baik dari KBRI. Kita diberi uang untuk keperluan sehari-hari, dan untuk pihak sekolah kita diberikan masker, makanan sehat dan juga halal, dan selalu dikontrol kegiatan kita oleh pihak sekolah," kisahnya.

Selama berada di sekolanya di Wuhan, pihak sekolah dan pemerintah Cina sangat menjaga dan mengontrol mereka. Dirinya merasa dijaga dengan baik selama proses evakuasi.

Bahkan, apabila ingin keluar dari kampus untuk membeli sesuatu pihak sekolah selalu mengizinkan, namun diberlakukan waktu-waktu tertentu.

Sebelum keluar dan juga saat hendak masuk kembali ke kampus, mereka diberikan semprotan seperti vaksin untuk mencegah wabah corona.

"Memang penjagaannya sangat ketat, kita mau keluar kampus di cek suhu tubuh dan kartu mahasiswa juga di cek. Untuk langkah-langkah pencegahan juga sangat luar biasa, saya sendiri tinggal di asrama kampus," jelasnya.

Saat merebaknya wabah virus corona, dirinya sedang libur perkuliahan.

Saat itu juga ia ingin kembali ke Indonesia namun tertunda karena virus corona mewabah dengan cukup cepat. Situasi kota sangat sepi, tidak ada aktivitas sama sekali.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved