Tips & Trik

Dengan Buah 'Ajaib' ini Bisa Bikin Anak Berhenti Ngompol, Cara Jitu Solusi untuk Para Ibu!

Seperti kita tahu, ngompol saat anak masih kecil adalah kondisi yang wajar ditemui ibu. Saat bayi, anak belum bisa memilih di mana ia akan pipis.

Editor: Mirna Tribun
reflexologymelbourne.net.au
Dengan Buah 'Ajaib' ini Bisa Bikin Anak Berhenti Ngompol, Cara Jitu Solusi untuk Para Ibu! 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Salah satu cara membuat anak berhenti ngompol adalah dengan memakan pisang.

Ya, pisang jadi satu di antara beberapa cara untuk membuat anak berhenti ngompol.

Lantas cara apalagi yang bisa membuat anak berhenti ngompol?

Seperti kita tahu, ngompol saat anak masih kecil adalah kondisi yang wajar ditemui ibu.

bayi makan pisang
bayi makan pisang (Bolehkah.COM)

Saat bayi, anak belum bisa memilih di mana ia akan pipis.

Oleh karenanya, ibu akan memakaikan diaper ke bayi saat tidur agar tidak pipis di kasur.

Semakin besar, anak akan mulai paham kalau dirinya harus pergi ke kamar mandi saat pipis.

Namun, ada juga loh anak yang masih terus ngompol bahkan sampai usia 7 tahun.

Hampir setiap hari ibu harus mencuci sprei karena anak terus ngompol saat tidur.

Belum lagi kalau anak ngompol di luar rumah, pasti makin pusing bukan?

Kondisi ini nih yang harus mulai diperhatikan dan segera diatasi.

Mengompol sendiri disebabkan oleh beberapa faktor.

Adanya infeksi di saluran kemih, produksi urin berlebihan, sampai ketidakseimbangan hormon pada anak bisa jadi pemicunya.

Dilansir dari Boldsky, ibu tak perlu khawatir nih.

Ternyata ada beberapa pengobatan rumah yang bisa bantu anak berhenti mengompol loh.

1. Walnut dan Kismis

Biarkan anak memakannya setiap hari sebelum mereka tidur.

2. Madu

Makanan satu ini memang punya segudang manfaat yang tidak diragukan lagi.

Selain rasanya yang lezat, kombinasi madu dengan berbagai makanan membuatnya banyak disukai anak.

Madu bersifat higroskopis, yakni menyerap serta menahan kelembapan dan cairan secara efektif.

Madu bekerja dengan menahan urin ketika kandung kemih penuh saat malam hari.

3. Pisang

Pisang
Pisang (Net)

Hampir semua anak sepertinya akan menyukai buah satu ini.

Selain mengobati masalah pencernaan, pisang juga bisa mengatasi masalah anak mengompol.

Pisang bisa mengendalikan dorongan untuk buang air kecil pada anak.

4. Pijatan

Sebelum anak tidur lakukan pijatan ringan di perut bagian bawah anak.

Lakukan pijatan dengan sedikit minyak zaitun supaya hangat.

Pijat selama beberapa menit agar otot-otot saluran kemih kuat.

Segera terapkan jika anak masih sering ngompol ya, semoga berhasil!

Biji Buah Mangga Sering Dibuang, Ternyata Manfaatnya Ajaib untuk Kesehatan Tubuh

Air Kelapa Bisa Jadi Berbahaya untuk Kesehatan, Jika Diminum dengan Kondisi Tubuh Seperti Ini

Sering Rasakan Kesemutan? Bisa Jadi Anda Derita HIV AIDS atau Penyakit Mematikan Ini

Ternyata Hilangkan Bau Amis Pakai Jeruk Nipis Cara yang Salah, Ahlinya Beberkan Akibatnya!

Jangan Berikan Pisang Pada Bayi Sebelum 6 Bulan, Ini 4 Fakta Mengerikan Yang Dapat Terjadi!

Seorang Ibu menceritakan pengalaman menyedihkan di akun media sosialnya. 

Buah hatinya yang masih berusia satu bulan harus kembali ke sisiNya karena sebuah tidakan ceroboh yang dilakukan ibunya. 

Kita tentu tahu, bayi sebaiknya mengonsumsi hanya ASI hingga usia enam bulan. 

Kasus yang terjadi pada ibu seharusnya menjadi pelajaran penting bagi para ibu-ibu muda, agar lebih berhati-hati dalam mengurus buah hati, terutama dalam usia-usia rentan. 

Menurut  ibu tersebut dirinya memberikan pisang pada bayinya yang masih di bawah 6 bulan. 

Tentu hal tersebut sangat berbahaya, apalagi menurut informasi bayi si ibu usianya belum genap 1 bulan. 

pisang
pisang (TABLOIDNOVA.COM)

Menurut  Dr dr Damayanti R Sjarif SpA(K), pisang boleh diberikan saat bayi berusia lebih dari enam bulan. 

“Namun itu hanya menjadi cemilan untuk bayi,” Papar Damayanti.

Jika pisang diberikan pada bayi yang berumur kurang dari enam bulan, menurut Damayanti bisa berbahaya. 

Damayanti menceritakan bahwa dirinya kerap menemukan kasus balita yang salah diberi makan oleh ibunya, yaitu diberi makan pisang

“Ingat ya, kurang dari enam bulan, bayi tak bisa mencerna pisang secara sempurna.  Akibatnya, (makanan itu) menggumpal usus bayi. Mengatasinya harus dioperasi,” ujarnya. 

Pemberian makan pisang pada bayi ini, menurut Damayanti adalah kebiasaan yang sudah dilakukan oleh generasi sebelumnya. 

Ini terbukti dari hasil penelitian, dimana 32% merupakan angka ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayi berumur 2–-3  bulan, seperti bubur nasi, pisang, dan 69% terhadap bayi berumur 4–5 bulan. 

Ini merupakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2002. 

Bahkan dalam sebuah penelitian di pedesaan Provinsi Jawa Tengah ditemukan praktik pemberian makan pada bayi sebelum usia 1 bulan mencapai 32,4% dan pada usia tersebut didapatkan 66,7% jenis makanan yang diberikan adalah pisang (Litbangkes, 2003).   

Adat kebiasaan memberikan makanan padat sebelum waktunya ini tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, namun juga di berbagai daerah di seluruh Nusantara. 

Sebuah penelitian di Sumatera beberapa tahun lalu menemukan lebih dari 25% bayi mengalami susah buang air besar dan lebih dari 15% mengalami diare akibat pemberian makanan tambahan di bawah usia kurang enam bulan 

Senada dengan Damayanti, dr. Eva J Soelaeman, SpA, dari RSAB Harapan Kita mengatakan, selain mengancam nyawa dan menyebabkan anak harus dioperasi, ini risiko memberikan MPASI terlalu dini, termasuk memberikan pisang pada anak

1. Kuman mudah masuk sehingga peluang sakit lebih besar 

Pada usia di bawah 6 bulan, daya imunitas bayi belum sempurna. 

Dengan memberikan makanan sebelum usia 6 bulan, berarti membuka kesempatan bagi kuman-kuman untuk masuk ke dalam tubuh si kecil. 

Apalagi bila makanan yang diberikan tidak terjamin kebersihannya.

Begitu pun dengan alat-alat makan yang digunakan, bila tidak disterilisasi dengan benar  akan menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi. 

Berbagai penelitian menunjukkan, bayi yang mendapatkan makanan sebelum usianya 6 bulan ternyata banyak mengalami diare, batuk-pilek, sembelit, demam, ketimbang bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. 

Sebaliknya, ASI yang diberikan hingga usia 6 bulan justru memberikan perlindungan bagi si kecil terhadap penyakit, mulai penyakit yang disebutkan di atas sampai penyakit infeksi telinga dan sebagainya. 

Dengan ASI eksklusif, imunitas atau kekebalan tubuh bayi meningkat, otomatis dapat melindungi si kecil dari berbagai penyakit.

Selain itu, bayi yang diberi ASI eksklusif, kemungkinannya mengalami penyakit pernapasan akan lebih rendah. 

Penting diketahui, ASI eksklusif menghindari si kecil dari anemia akibat kekurangan zat besi.

Ini karena, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, dalam tubuhnya menunjukkan kecukupan hemoglobin dan zat besi. 

Suatu studi pada 1995 yang dilakukan Dr. Alfredo Pisacane dari Universita Federico II di Napoli, Italia, menyimpulkan, bayi yang diberikan ASI eksklusif namun tidak diberikan suplemen zat besi atau sereal yang mengandung zat besi, menunjukkan level hemoglobin yang secara signifikan lebih tinggi dalam waktu satu tahun, dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI  tapi menerima makanan padat. 

Peneliti tidak menemukan adanya kasus anemia di tahun pertama pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sehingga disimpulkan bahwa memberikan ASI eksklusif mengurangi risiko terjadinya anemia pada bayi. 

Memang, kadar zat besi di dalam ASI tidak tinggi namun penyerapan zat besi dari ASI lebih tinggi dibandingkan dari susu lainnya. 

Dengan pemberian MPASI yang tepat dan ASI diteruskan sampai minimal 2 tahun, maka kejadian anemia dapat dihindari. 

2. Berpeluang alami alergi makanan 

Sel-sel di sekitar usus pada bayi berusia di bawah 6 bulan belum siap untuk menghadapi unsur-unsur atau zat makanan yang dikonsumsinya. 

 Alhasil, makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi imun, sehingga dapat terjadi alergi akibat makanan yang dikonsumsinya.

Sebaliknya, bayi yang diberi MPASI setelah 6 bulan, risikonya untuk mengalami alergi akibat makanan lebih rendah. 

Selain itu, bayi usia 4-6 bulan, lapisan ususnya masih “terbuka”, sehingga memudahkan protein-protein dari MPASI yang kemungkinan dapat mengakibatkan bayi mengalami alergi serta bakteri patogen yang menyebabkan berbagai penyakit masuk ke dalam aliran darah. 

Umumnya, produksi antibodi dan terjadinya penutupan usus berlangsung pada usia sekitar 6 bulan. 

Nah, dengan pemberian ASI eksklusif, zat antibodi yang terdapat di dalam ASI (slgA) dapat masuk langsung melalui aliran darah bayi, melapisi organ pencernaan bayi, menyediakan kekebalan pasif, dan mengurangi terjadinya penyakit dan reaksi alergi sebelum penutupan usus terjadi. 

3. Berpeluang obesitas  

Proses pemecahan sari-sari makanan dalam tubuh bayi belum sempurna, sehingga bila bayi diberi MPASI sebelum usia 6 bulan, ia berpeluang mengalami obesitas. 

Pemberian MPASI sebelum usia 6 bulan sering dihubungkan dengan meningkatnya kandungan lemak dan berat badan.

Karena itulah, menunda pemberian MPASI sampai usia 6 bulan dapat melindunginya dari obesitas di kemudian hari. 

Perlu diketahui, beberapa enzim pemecah protein seperti pepsin, lipase, dan amilase, serta asam lambung, baru akan diproduksi sempurna pada saat bayi berusia 6 bulan. 

4. Sulit dicerna dengan baik 

Bayi di bawah 6 bulan memiliki sistem pencernaan yang belum sempurna.

Asupan lain disamping  ASI membuat organ ini terpaksa bekerja ekstrakeras demi mengolah dan memecah makanan yang masuk. 

Nah, karena dipaksa bekerja keras,  makanan pun tak dapat dicerna dengan baik. Ujung-ujungnya, timbul reaksi/gangguan pencernaan seperti konstipasi atau timbulnya gas. 

Sementara, sistem pencernaan relatif sempurna dan siap menerima MPASI pada usia 6 bulan ke atas. 

Karena itulah, menunda memberikan MPASI hingga usia bayi 6 bulan justru memberi kesempatan kepada sistem pencernaan agar dapat berkembang matang terlebih dahulu.

Secara psikologis pun, umumnya bayi siap mendapatkan MPASIpada usia sekitar 6 bulanan. 

Bagaimana, sudah semakin paham kan kenapa pisang  tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 6 bulan? (*)

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved