3 Gadis Belia Korban Nafsu Bejat Oknum PNS, Oknum Polisi dan Ayah Tiri Kejam! Satu Berujung Maut

3 Gadis Belia Jadi Korban Nafsu Bejat Oknum PNS, Oknum Perwira Polisi dan Ayah Tiri Kejam! Satu Berujung Maut

Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
3 Gadis Belia Jadi Korban Nafsu Bejat Oknum PNS, Oknum Perwira Polisi dan Ayah Tiri Kejam! Satu Berujung Maut 

3 Gadis Belia Jadi Korban Nafsu Bejat Oknum PNS, Oknum Perwira Polisi dan Ayah Tiri Kejam! Satu Berujung Maut

Dalam dua pekan terakhir, Kalimantan Barat dihebohkan dengan pemerkosaan anak dibawah umur.

Pelaku sendiri tak hanya orang dikenal korban dan malah pelaku adalah orang terdekat korban.

Mereka melakukan aksi biadab itu dengan sadis.

Bahkan sampai ada yang setelah diperkosa kemudian dibunuh.

Tribunpontianak.co.id merangkum peristiwa pemerkosaan yang terjadi selama dua pekan terakhir. 

1. Oknum Polisi Kalbar Cabuli Gadis 13 Tahun

Oknum Anggota Polres Kayong Utara (KKU), Kalimantan Barat (Kalbar) berinisial AD, diduga melakukan kejahatan seksual terhadap seorang anak perempuan berusia 13 tahun berinisial S.

Abang korban, A menceritakan, pihak keluarga pertama kali mengetahui kejadian memilukan itu pada Sabtu (27/4/2019) malam.

Korban menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada keluarga.

Kata A, pada saat itu keluarga korban langsung mencurigai terduga polisi Ipda AD.

Sebab, terduga yang berpangkat Inspektur Dua Polisi (Ipda) itu sempat mengajak korban jalan-jalan ke pantai.

"Dari cerita keponakan saya itu, tersangka membawa adek saya dengan cara paksa. Dia sempat bilang mau diantar pulang ke rumah. Tapi setelah ibu saya pulang, ternyata adek saya ndak ada di rumah," kata A di Sukadana, Kamis (02/05/2019).

A lantas mengungkapkan, korban juga sebelumnya sempat mendapat ancaman dari terduga AD.

Korban diminta untuk tidak menceritakan apa yang dialaminya kepada keluarga.

"Ancamannya kalau memang dia cerita dengan pihak keluarga, rumah tempat kediaman akan dibakar," kata A.

Kapolres Kayong Utara, AKBP Asep Irpan Rosadi mengungkapkan, terduga pelaku pencabulan terhadap anak 13 tahun yang merupakan oknum anggotanya, AD sudah diringkus.

Saat ini, kata Kapolres, terduga pelaku berpangkat Ipda itu telah dibawa ke Mapolda Kalimantan Barat untuk ditangani lebih lanjut.

Asep pun memastikan terduga pelaku akan mendapat sanksi hukum sebagaimana mestinya. AD bahkan terancam dipenjara di atas lima tahun.

Selain itu, terduga pelaku juga dipastikan akan dikenakan sanksi pelanggaran kode etik kepolisian, dengan ancaman diberhentikan dengan tidak hormat.

Asep menyatakan akan bertindak tegas menangani kasus ini.

"Yang bersangkutan sudah diperiksa di Polda Kalbar oleh Bid Propam, dikawal oleh anggota Propam kami. Serta kasus asusilanya juga sedang disidik," jelas Asep di Sukadana, Kamis (2/5/2019).

Di kesempatan itu, Asep lantas menyampaikan permohonan maaf mendalam kepada keluarga besar korban, atas perilaku oknum polisi tersebut.

Asep pun berharap semua pihak dapat membantu proses hukum terkait hal ini, khususnya dari sisi korban.

Asep meminta masyarakat tidak membesar-besarkan berita tentang korban.

Hal itu dikhawatirkan dapat menjadi pukulan tersendiri bagi korban, karena identitasnya sebagai korban diketahui orang lain.

"Karena ini adalah kasus asusila. Korbannya perempuan, dibawah umur. Jadi kita harus berpikir tentang unsur psikologisnya. Jangan sampai dia menjadi dua kali korban," terang Asep. 

Baca: Fakta Terkuak Kekejian Oknum PNS Kalbar Sekap dan Siksa Putri Pengamen di 2 Tempat Berbeda

Baca: Fakta-fakta & Kronologi Ayah Tiri di Kalbar Habisi Anaknya Seusai Persetubuhan Terlarang

Baca: Oknum Polisi Cabuli Gadis 13 Tahun, KPAID Kayong Utara Minta Dijatuhi Hukuman Berat

2. PNS Pemprov Kalbar Perkosa Putri Pengamen

Warga Kalimantan Barat (Kalbar) dihebohkan dengan terkuaknya kasus dugaan kejahatan seksual yang dilakukan oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemprov Kalimantan Barat terhadap anak bawah umur berusia 14 tahun berinisial NA.

Kepada Tribunpontianak.co.id, dengan terbata dan perlahan, korban NA menceritakan kejadian pilu itu.

Ternyata, dari keterangan korban dan orangtua korban kepada Tribun, ketidak pulangan korban selama beberapa hari dikarenakan korban disekap dibawa berpindah-pindah, dan korban dikunci di dalam kamar oleh pelaku.

Dari dari keterangan korban, sebelum bersama pelaku korban sempat dibawa oleh dua orang yang tak dikenalnya.

Ia mengungkapkan hari itu dirinya sedang berada di depan Gang rumah tinggalnya, dan saat sore hari, ada seorang wanita muda bersama dengan pria menghampirinya.

Sang wanita itu langsung mengatakan, mengenal sang ayah dan mengajak korban untuk membeli es krim.

Korban percaya kepada sang wanita itu karena saat itu sang wanita tersebut dengan tepat menyebutkan nama sang ayah.

"Dua orang, perempuan bawa motor, laki-laki bawa saya. Saya itu di tempat warung depan, dia bilang, kau anak si P kan, saya jawab iya, beli es krim yok kawan kan kakak, tapi kawanin kakak pulang dulu,” kata NA.

Selanjutnya wanita itu mengajak NA ke kos-kosan sang wanita itu di wilayah Pontianak Barat, dan ia mengaku dirinya dikunci oleh sang wanita tersebut di dalam kamar, dan dirinya di kamar kos tersebut selama dua hari.

Di hari pertama, setelah ia dikunci di dalam kamar kos, di tengah hujan deras pelaku datang bersama wanita yang membawa korban.

Lalu, saat di dalam kamar itu, ia mengungkapkan bahwa dirinya sempat dipaksa untuk meminum obat, berwarna hijau.

Pelaku dengan kekerasan, memegangi korban dan menekan bagian pipi korban dengan tangan sehingga mulut korban terbuka.

Lalu oknum PNS tersebut memasukkan obat ke dalam mulut korban dan menyuruh korban menelan obat itu.

"Langsung disempal, masuk ke mulut, langsung dicurah ke mulut saya," kata NA sembari mencontohkan cara pelaku memaksa korban untuk meminum obat tersebut.

Setelah ia dipaksa minum obat tersebut, ia mengaku tidak ingat apapun lagi.

Setelah di kamar kos selama dua hari, kemudian ia bersama dengan pelaku dan wanita pergi ke satu hotel di Kota Pontianak.

Di kamar hotel itu, ia diperlakukan sama bahkan lebih buruk.

Dirinya dikunci di dalam kamar, dan diberi makan seadanya.

Bahkan terkadang korban diberi makan sisa dari pelaku.

Korban Tak Hanya Diperkosa, Juga Dianiaya di Kamar

Di dalam kamar hotel, ia mendapat perlakuan kasar dari pelaku, karena korban menolak dan berteriak karena ingin lepas dari kebejatan pelaku.

Kepalanya dihempaskan ke dinding berkali-kali, bahkan korban juga disundut dengan api rokok oleh pelaku.

"Saya diantukkan, terus dicucul pakai api, api gini ni (sembari menunjukan rokok)," ungkap NA.

Tak cukup sampai di situ, karena dirinya terus meronta dan menolak, pelaku pun langsung mendekap korban dengan bantal.

Setalah itu, di hari ke empat, korban dibawa pelaku dan wanita yang membawanya pertama ke kawasan kos-kosan di wilayah Kota Baru.

Di sana pelakupun menyewa kamar kos dan mengunci korban di dalam.

Dan saat korban ditinggalkan oleh pelaku untuk bekerja, akhirnya korban berhasil keluar kos dan bertemu dengan seorang ibu-ibu di luar.

Kepada ibu tersebut, ia menanyakan di mana dirinya berada sekarang, dan kemudian ia meminta diantarkan keluar.

Kepada ibu itulah ia menceritakan dirinya telah diperkosa oleh oknum PNS tersebut.

Mendengar pengakuan korban, sang ibu itupun naik darah, lantas melaporkan hal ini ke pihak berwajib.

Akhirnya terkuaklah kejadian ini ke publik, dan oknum PNS tersebut diamankan pihak kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

3. Ayah Tiri di Kalbar Habisi Anaknya Seusai Persetubuhan Terlarang

Kapolres Sanggau, AKBP Imam Riyadi didampingi Kasat Reskrim Polres Sanggau, AKP Haryanto, Tim Dokter Forensik Polda Kalbar, dr Monang Siahaan menggelar press release terkait pengungkapan kasus pembunuhan di Polres Sanggau, Rabu (1/5/2019).

AKBP Imam Riyadi membeberkan seorang Ayah Tiri RW (40) di Sanggau habisi anaknya AT (16), seorang siswi SMP di Tayan Hulu seusai persetubuhan terlarang.

Perbuatan biadab RW ini berhasil dibongkar jajaran Polres Sanggau.

Kapolres Sanggau, AKBP Imam Riyadi menjelaskan krnologi kejadian pada Selasa (30/4/2019).

Satu di antara warga Kecamatan Tayan Hulu, inisial JR pergi ke ladang mencium bau busuk yang menyengat.

“Setelah dicari ternyata di situ melihat kaki manusia yang sudah tertimbun tanah. Kemudian saksi menginformasikan kejadian itu ke Polsek Tayan Hulu,” kata Kapolres Sanggau.

Kemudian, tim dari Polres Sanggau dan Polsek mendatangi lokasi kejadian dan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) serta mengindentifikasi dan mengumpulkan barang bukti dan informasi yang ada.

“Sehingga di TKP juga kita amankan beberapa barang bukti, berupa kayu, batu dan juga seragam korban. Setelah diidentifikasi dan mencari keterangan, mayat yang sudah tertimbun inisial AT yang sudah tiga hari tidak pulang ke rumah,” ujarnya.

Setelah itu, jenazah dibawa ke Puskesmas Tayan Hulu.

Proses evakuasi mayat siswi SMPN 05 Tayan Hulu inisial AT (16) di Desa Peruan Dalam, Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau, Selasa (30/4/2019). Ist
Proses evakuasi mayat siswi SMPN 05 Tayan Hulu inisial AT (16) di Desa Peruan Dalam, Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau, Selasa (30/4/2019). Ist (TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA)

Setelah melakukan upaya mengevakuasi korban, langsung melakukan komunikasi kepada Bidang Dokes Polda Kalbar.

“Untuk penangganan jenazah korban dilakukan autopsi. Hari ini sudah ada tim dokter forensik Polda Kalbar yang telah melaksanakan autopsi terhadap AT,” tegasnya.

Kapolres menegaskan, pihaknya secara maraton melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.

Termasuk juga dilakukan pengumpulan keterangan dari pihak sekolah, lantaran saat itu korban masih menggunakan seragam pramuka.

“Kita periksa saksi-saksi termasuk juga teman dekat, kerabat, ibu kandung korban, wali kelas korban dan dugaan tersangka RW (ayah tiri korban, Red). Diperoleh juga keterangan para saksi yang mengarah kepada RW. Dan yang bersangkutan mengakui bahwa pelaku pembunuhan adalah RW,” jelasnya.

Sebelum menghabisi korban, RW sempat menyetubuhi korban di TKP.

Sebelumnya juga sudah dilakukan sebanyak tiga kali, dua kali dilakukan di rumah pada tahun 2018 silam dan sekali dilakukan TKP.

“Kita juga mendapatkan informasi dari wali kelas korban, dari keteranganya memang melihat bahwa korban ini seperti tekanan batin sehingga di sekolah itu cenderung diam,” jelasnya.

Tersangka juga yang kerap mengantar jemput korban saat sekolah. Saat itu juga, pelaku membawa korban ke salah satu TKP galian tanah.

“Di situlah pelaku menyetubuhi korban, karena juga sudah cek cok mulut. Korban merasa masa depanya tidak ada lagi sehingga menuntut bagaimana pertanggungjawaban pelaku terhadap korban. Kemudian korban didorong dan jatuh ke parit dan langsung melakukan penyekikan. Di situ ada juga batu dan kayu dan sepeda motor sebagi alat angkutnya,” jelasnya.

Barang bukti yang diamankan berupa sepeda motor, batu yang digunakan untuk melakukan pemukulan maupun kayu yang digunakan untuk menimbun termasuk juga baju korban.

Sementara itu, satu di antara tim dokter Forensik Polda Kalbar, dr Monang Siahaan, menyampaikan pihaknya diminta bantuan mengungkap misteri kematian seorang wanita di wilayah Kabupaten Sanggau.

“Sore kemarin langsung kita bentuk tim untuk meluncur langsung ke Sanggau. Surat yang memang saya baca dengan benar, memohon untuk melakukan pemeriksaan dalam dan luar untuk melakukan autopsi namanya,” ujarnya.

Selain itu, ada surat persetujuan tindakan autopsi yang ditandatangani bermatrai enam ribu dari pihak penyidik, keluarga ataupun saksi yang ada.

“Setelah dilakukan autopsi tadi, saya banyak menemukan beberapa kejanggalan yang akan saya tuangkan di visum et repertum. Nah saya tidak punya wewenang dan hak untuk menjelaskannya kepada teman media. Tapi untuk beberapa hari kedepan bisa bertanya kepada penyidik yang melakukan menyelidiki kasus ini,” tegasnya.

Sementara itu RW, tersangka pembunuhan menyesal setelah menghabisi anak tirinya. Namun ia mengakui sudah berencana untuk menyetubuhi korban.

“Saya menyesal. Saya melakukannya di lokasi berbatuan. Jauh sikit dari perkampungan,” katanya saat ditemui di Polres Sanggau.

Ia mengakui, dirinya membunuh korban dengan cara dicekek, kemudian dihantam kepalanya.

Saat itu, memang dirinya yang menjemput korban dari sekolah.

Ketika ditanya lagi alasannya nekad menghabisi korban, ia menjawab, takut aksinya terbongkar.

“Dia (Korban, Red) bilang menyesal dan putus asa. Lalu saya langsung dorong ke parit. Pakai batu langsung ditimpakan ke bagian muka korban dan langsung meninggal dunia. Setelah itu, menggunakan kayu menggali tanah,” ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved