PFKPM Imbau Pemerintah dan Polresta Pontianak Tak Keluarkan Izin Perayaan Cap Go Meh, Ini Alasannya

Sehingga kondusifitas politik, situasi keamanan dan ketentraman masyarakat di Kota Pontianak harus terjaga dan terkendali dengan baik.

Penulis: Syahroni | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/SYAHRONI
Sekretaris Jendral PFKPM Kalbar, Hendi Sutarsa. 

Mengutip wikipedia, Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia.

Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam).

Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.

Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan.

Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion.

Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

Di Kalbar, Cap Go Meh sangat semarak, khususnya di Kota Singkawang.

Mengutip Tribun Kaltim.co, dalam budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa, pada setiap hari ke-15 Tahun Baru Imlek, mereka menyelenggarakan perayaan Cap Go Meh yang secara harfiah dalam Bahasa Mandarin berarti malam ke-15 dalam kalender China.

Ribuan warga menyaksikan atraksi tatung saat prosesi tatung cuci jalan di vihara Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang, Kalimantan Barat, Kamis (1/3/2018).
Ribuan warga menyaksikan atraksi tatung saat prosesi tatung cuci jalan di vihara Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang, Kalimantan Barat, Kamis (1/3/2018). (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

Di Singkawang, Kalimantan Barat, pada tahun 2018, datangnya malam ke-15 Imlek yang jatuh pada tanggal 2 Maret 2018 itu, dirayakan secara besar-besaran dalam bentuk penyelenggaraan Festival Cap Go Meh 2018.

Menurut Lieus Sungkharisma, Ketua Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak), perayaan Cap Go Meh di Singkawang telah berhasil menjadi destinasi wisata baru yang menarik puluhan ribu pengunjung tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari negara-negara di kawasan ASEAN dan China.

Kota Singkawang, Kalimantan Barat adalah satu dari sekian banyak Kabupaten/Kota di Indonesia yang tidak hanya menjadi bukti kayanya negeri ini dengan keberagaman, adat istiadat dan budaya, tapi juga dengan solidaritas dan toleransi.

Hal itu dikatakan Koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungkharisma disela-sela pelaksanaan acara Festival Cap Go Meh yang dilaksanakan di Singkawang, 1 hingga 2 Maret 2018.

“Ini satu wujud dari kekayaan budaya bangsa Indonesia yang tumbuh dari akar tradisi nenek moyang orang Tionghoa. Saya ikut senang karena sejak beberapa tahun lalu di Singkawangtradisi ini telah menjadi event pariwisata yang mendatangkan banyak wisatawan,” katanya.

Bahkan, tambah Lieus, di tahun 2018 ini, di bawah pimpinan Wali Kota Tjhai Chui Mie yang belum genap setahun menjabat, festival Cap Go Meh Singkawang berhasil memecahkan 4 rekor MURI sekaligus.

"Ke empat rekor MURI tesebut adalah lampion terbanyak, gerbang Cap Go Meh terbesar, parade Tatung terbanyak dan replika Naga terbanyak," ujar Lieus.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved