Rasio Elektrifikasi Listrik Kalbar Masih Berkutat di Angka 84,7 Persen
Tentunya, peningkatan terhadap rasio elektrifikasi khususnya listrik desa harus jadi perhatian serius
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jamadin
“Desa yang sudah dialiri listrik PLN berjumlah 1.493 desa dari total 2.130 desa yang ada di Kalbar. Itu sesuai pemadanan data yang kami lakukan di seluruh kota dan kabupaten di Kalbar. Cita-cita PLN adalah desa-desa di Kalbar terjamah listrik. Kami butuh dukungan dari semua elemen masyarakat, instansi dan warga agar bisa dilaksanakan dan terpenuhi,” terangnya.
Baca: Lokasi Strategis, Denia: Kubu Raya Peluang Investsi Property
PLN menyambut baik jika ada pihak-pihak swasta dan masyarakat yang membangun pembangkit listrik guna memenuhi kebutuhan listrik masyarakat desa. Khususnya pembangkit listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (ETB) seperti Pembangkit Listrik Biomassa (PLTBm), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan lain sebagainya.
“Terkait energi baru terbarukan, dari sisi lingkungan lebih ramah dan polusi yang dihasilkan lebih minimal. PLN tentunya akan membeli listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik swasta (IPP) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. PLN terikat dengan regulasi pemerintah, untuk Kalbar boleh membeli kwh dari IIP sampai dengan 10 Megawatt,” paparnya.
Ia menambahkan sebenarnya Daya Mampu Netto (DMN) listrik yang ada di Kalimantan Barat berada pada kategori normal. Pada sistem kelistrikan Kalbar per Agustus 2018, DMN mencapai angka 604,716 Megawatt (MW). Sementara itu, beban pemakaian listrik hanya 492,277 MW.
Rinciannya, Sistem Khatulistiwa memiliki DMN 425,400 Kilo Watt (kW) dan beban 353,400 kW. Ketapang memiliki DMN 35,515 kW dan beban 28,728 kW. Sekadau memiliki DMN 8,500 kW dan beban 8,200 kW. Sanggau memiliki DMN 20,700 kW dan beban 15,800 kW. Sintang memiliki DMN 27,500 kW dan beban 25,000 kW. Nanga Pinoh memiliki DMN 9,500 kW dan beban 9,000 kW. Putusibau memiliki DMN 8,300 kW dan beban 7,500 kW.
“Sebenarnya cukup kalau untuk memenuhi kebutuhan listrik Kalbar. Hanya saja selama ini kita terkendala distribusinya. Sebab, kondisi geografis wilayah Kalbar begitu beragam. Daerah-daerah pedesaan pedalaman memiliki aksesibilitas yang sulit dijangkau. Itu tantangan yang harus dihadapi,” pungkasnya.
Sementara itu beberapa waktu lalu, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan hingga kini masih ada sekitar 24 persen daerah di wilayah Provinsi Kalimantan Barat yang belum teraliri listrik.
Menurut dia, perlu terobosan-terobosan yang harus dilakukan agar seluruh daerah Kalbar teraliri listrik.
“Berdasarkan data, 24 persen daerah Kalbar belum teraliri listrik. Dari 24 persen itu, ada daerah yang tidak mungkin bisa dialiri listrik. Tentunya, perlu terobosan untuk percepatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik,” ungkapnya.
Satu diantaranya, kata Midji, melalui pembangunan PLTBm. Mantan Wali Kota Pontianak dua periode itu juga berharap Perusahaan Listrik Negara (PLN) mampu tunjukkan komitmennya dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat melalui pembelian listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik-pembangkit listrik perusahaan swasta.
“PLN harus konsisten membeli listrik pihak swasta ini,” terangnya.
Sutarmidji menimpali keberadaan PLTBm mempercepat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Otomatis, ketersediaan listrik juga membuat investor lebih tertarik pada Kalbar karena infrastruktur dasar sudah semakin baik.
“Listrik ini kebutuhan dasar semua. Investasi Kalbar bisa berkembang kalau ketersediaan listrik memadai. Di Kota Pontianak saja, hotel-hotel kadang masih ngeluh karena byarpet,” imbuhnya.
Tak hanya berupaya mempercepat pemenuhan kebutuhan listrik, Midji juga menargetkan terciptanya desa-desa mandiri di Kalbar. Sampai saat ini dari 2.036 desa yang tersebar di Kalbar, hanya ada satu desa yang mandiri.
“Target saya ada 100 desa mandiri selama memimpin. Bahkan, menurut saya bisa lebih dari itu asalkan serius,” tukasnya.