Kisah Anak Kampung yang Jadi Uskup Agung! 40 Tahun Tahbisan Imamat Mgr Agustinus Agus

Namun pilihan sekolah di Maryknoll School of Theology, University of the State of New York, USA menjadi pilihan yang semakin mematangkan sisi akademis

TRIBUN PONTIANAK/DOI
Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus meluncurkan buku biografinya berjudul "Anak Kampung jadi Uskup Agung" di Star Hotel, Jalan Gajahmada Pontianak, Senin (19/6/2017). Buku ini ditulis Chatarina Pancer Istiyani. 

"Lalu Nuntius juga menyerahkan tongkat gembala," tuturnya.

Menjadi uskup agung tentu berbeda dengan menjadi uskup. Tantangan selalu datang ibarat gelombang yang selalu meraih pantai.

Untuk itu, dukungan dan doa umat sangat diharapkan. Terlebih lagi, kondisi umat di Keuskupan Agung Pontianak ini pun begitu beragam dengan beragam persoalan pula.

Untuk mengenang perjalanan imamat selama 40 tahun itu, dan juga ditambah dengan memahami latar belakang budaya maupun pendidikan Mgr. Agustinus Agus maka pada kesempatan Perayaan Pancawindu Tahbisan Imam pada 19 Juni 2017 di Hotel Star itu diluncurkan buku berjudul “Anak Kampung Jadi Uskup Agung” yang ditulis dirinya.

Buku setebal 348 tersebut telah dibaca Daniel Dakhidae dan diedit oleh R. Masri Sareb Putra, diterbitkan Penerbit OBOR, Jakarta.

Buku ini menawarkan inspirasi dan motivasi bagi siapa saja, terutama bagi kaum muda dan yang menghadapi masalah-masalah berat dalam perjuangan hidup.

"Hal ini selaras dengan kutipan Mazmur 28:8 “Tuhan adalah Kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya," ungkap Chatarina.

Perayaan ini merupakan dukungan nyata bagi Mgr. Agustinus Agus sebagai pelayanan umat dan memang ia butuhkan agar bisa bekerja mengatasi kelemahan yang ada padanya.

Judul buku "Anak Kampung Jadi Uskup Agung" karena secara pribadi ia bergulat dengan stigma anak kampung ini. Kata anak kampung menjadi beban bagi dirinya. Anak kampung ini juga mendapat tekanan dan mereka pun kurang mendapat kepercayaan dari orang lain.

Kata anak kampung ini membekas bagi hidupnya. Secara negatif, tapi akhirnya ia juga bangga menjadi anak kampung karena setelah dikaji, Tuhan menciptakan manusia itu tidak ada orang kampung, orang kota, desa dan sebagainya.

"Saya merasa dihadapan Tuhan, semua punya martabat yang sama," ucap Mgr. Agustinus Agus.

Ia mengucapkan terimakasih kepada penulis buku "Anak Kampung jadi Uskup Agung" Chatarina Pancer Istiyani dan panitia yang telah menyiapkan acara perayaan syukuran 40 tahun Imamatnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved