Ateng Tanjaya: Pemadam Kebakaran Adalah Implementasi 4 Pilar Kebangsaan & Bhinneka Tunggal Ika
Seluruh pemadam kebakaran di Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak merupakan cerminan Bhinneka Tunggal Ika
Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Tri Pandito Wibowo
Ateng Tanjaya: Pemadam Kebakaran Adalah Implementasi Empat Pilar Kebangsaan dan Bhinneka Tunggal Ika
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Seluruh pemadam kebakaran di Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak merupakan cerminan Bhinneka Tunggal Ika.
Kekompakan dan ketangkasan pemadam kebakaran sudah tak diragukan lagi, sebab itulah, Ketua Forum Komunikasi Pemadam Kebakaran Kota Pontianak, Ateng Tanjaya menilai, damkar bukan saja amalan melainkan implementasi dari empat pilar kebangsaan.
Hal itu disampaikannya saat lomba ketangkasan pemadam kebakaran dalam rangka peringatan HUT ke 69 Satpol PP di halaman Kantor BPBD Kota Pontianak, Jalan Letjen Sutoyo, Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Minggu (7/4/2019) pagi.
Baca: Bentuk Generasi Pencinta Quran SDIT Ar Rayyan Laksanakan Quran Camp
Baca: Syahdan Laziz Apresiasi Seminar Tuna Rungu Meneliti Bahasa Isyarat
Baca: Kapolsek Pimpin Patroli Karhutla di Wilkum Polsek Belitang
"Kami pemadam ini walaupun berasal dari suku, agama berbeda-beda dan seragam kami beda tapi kami tetap satu yaitu Fire Fighter (pemadam kebakaran_red)," ujarnya.
Inilah kata dia, bentuk dan implementasi dari empat pilar kebangsaan dan cerminan dari Bhinneka Tunggal Ika, "walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu," ucapnya.
Ateng Tanjaya menuturkan sejarahnya dimana pemadam kebakaran di Indonesia sudah berusia 100 tahun, sedangkan di Pontianak sendiri damkar yang pertama berdiri 70 tahun silam adalah BPAS.
"Pemadam kebakaran yang pertama kali berdiri di Pontianak adalah BPAS pada 13 Februari 1949, sudah berulang tahun yang ke 70. Sedangkan saya mengabdi di pemadam kebakaran swasta sampai hari ini sudah 50 tahun," tuturnya.
Ateng Tanjaya menjelaskan, sampai hari ini sudah ada 35 pemadam kebakaran swasta di Pontianak, dimana mereka bekerja tanpa pamrih dan tanpa digaji, memadamkan api dengan berani tanpa kenal waktu.
"Paling menjadi perhatian saya adalah nekatnya mereka, dan mereka harus profesional, kalau tidak tentu saja akan membahayakan diri mereka pribadi," tuturnya.
Perhatian pemerintah sudah cukup bagus seperti melakukan pembinaan kata dia, karena pemadam swasta ini hanya berdiri dari swadaya dan swakarsa sendiri.
"Kami korban waktu tenaga material, korban perasaan juga, tertolong jarang terimakasih, tidak tertolong di caci maki itu sudah biasa," ujarnya.
Ateng Tanjaya meminta pemadam perlu konsolidasi, dan harus segera di rangkul oleh pemerintah, sebab pesatnya perkembangan Kota Pontianak dimana bangunan sudah padat dan tinggi menjadi tantangan pemadam.
"Kita harap ada pembinaan dari pemerintah supaya lebih kompak lagi. Kita di Pontianak menjadi pemadam terhebat dimana satu yayasan bisa mempunyai anggota ratusan orang, puluhan mesin dan mobil, ini merupakan kebanggaan kita," tuturnya.
Ayahanda bagi seluruh anggota pemadam di Pontianak itu menuturkan bahwa, sekarang kalau kita lihat bangunan di Pontianak sudah memikirkan konsep mencegah kebakaran, mulai dari material betonnya, hingga konsepnya.