Plt Kadiskes Kalbar Imbau Waspadai Siklus DBD Lima Tahunan
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Kalimantan Barat, drg Harry Agung mengimbau masyarakat Kalbar
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Madrosid
Plt Kadiskes Kalbar Imbau Waspadai Siklus DBD Lima Tahunan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Kalimantan Barat, drg Harry Agung mengimbau masyarakat Kalbar waspadai siklus wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) lima tahunan.
Pada tahun 2014, angka kesakitan DBD terbilang tinggi jika dilakukan pengamatan tren DBD sepanjang 2011-2018. Angka kesakitan DBD tahun 2014 mencapai 4.199 kasus dimana 60 kasus diantaranya berujung kematian di Kalbar.
“Tahun 2014 itu angka kesakitan DBD tinggi bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, 2015 menurun menjadi 1.108 kasus, 2016 menurun jadi 967 kasus, lalu 2017 naik jadi 3.133 kasus dan 2017 turun menjadi 3.027 kasus. Tahun 2019 ini ada potensi siklus atau fenomena lima tahunan. Bisa saja tinggi, bisa juga tidak,” ungkapnya.
Ia menambahkan bila dibandingkan Desember 2018, kasus DBD di beberapa daerah kabupaten/kota Kalbar masih terbilang tinggi pada awal tahun 2019.
Baca: Sebelum Ditetapkan Tersangka Oleh KPK, Sukiman Sempat Isi Kegiatan di Sintang
Baca: Dua Siswi Alami Laka Maut Libatkan Truck PT MEG, Pihak Perusahaan Pastikan Tak Akan Lepas Tangan
Baca: Bentuk Club Penembak Pertama, Suprapto Ingin Koleksi Penembak Terbaik dari KKR
“Trennya nanti ada beberapa daerah juga ada yang mengalami penurunan kasus. Penurunan kasus biasanya pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus. Tapi, penurunan itu harus diwaspadai. Jangan sampai lengah,” terangnya.
Pasalnya, tren diperkirakan akan meningkat kembali pada Oktober, November dan Desember. Sebagai upaya mengantisipasi DBD, dirinya meminta masyarakat Kalbar untuk lakukan upaya pencegahan. Pencegahan dinilai mampu untuk menekan angka kasus DBD. Ia tidak ingin timbul kecenderungan masyarakat akan heboh ketika kasus-kasus DBD banyak terjadi.
“Jadi, pencegahan itu menjadi hal utama,” imbuhnya.
Masyarakat, kata dia, menjadi kunci penting untuk mengantisipasi terjadinya kasus-kasus DBD. Masyarakat harus jalankan kesadaran akan pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Satu diantaranya melalui upaya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
“Sebagai langkah awal, perlu gerakan bersama dari seluruh elemen masyarakat untuk menekan angka kesakitan DBD,” katanya.
Baca: Per 4 Februari 2019, 4 Orang Meregang Nyawa Karena DBD di Kalbar
Baca: Tersangka KPK, Begini Nasib Pencalonan Sukiman di DPR RI
Baca: Lantik PAW PPK dan PPS, Ini Pesan Ketua KPU Mempawah
Gerakan bersama ini bisa jadi upaya agar potensi fenomena siklus DBD lima tahunan bisa diantisipasi. Ia berharap masyarakat jaga kebersihan lingkungan sekitar, khususnya memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk aedes aegyty sebagai vektor DBD.
“Lakukan tiga M+ yaitu Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan air dan Mendaur ulang sampah. Plus mengubur barang-barang bekas, menggunakan obat nyamuk, kelambu dan sebagainya, menanam tanaman yang bisa mengusir nyamuk, mengoleskan lotion anti gigitan nyamuk,” paparnya.
Tak hanya itu, drg Harry Agung juga menegaskan pentingnya penaburan bubuk abate ke dalam tempat penampungan air bersih minimal tiga bulan sekali.
“Selain itu, kita harus aktifkan juru pemantau jentik (jumantik) secara berkala. Selain kepada masyarakat, kami telah mengintruksikan kepala dinas kabupaten/kota untuk lakukan berbagai upaya mencegah dan menangani DBD mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.
“Persiapan logistik di Provinsi over stock seperti Larvasida dan lainnya sudah cukup. Dalam tiga bulan kedepan akan ada pengadaan untuk tahun 2019,” tukasnya.