Festival Moon Cake di SD Swasta Cahaya Mentari: Menyatukan Keluarga, Budaya, dan Harapan

Di malam festival, keluarga-keluarga berkumpul bersama, berbagi kue bulan, menikmati buah segar, menatap keindahan bulan purnama

|
Penulis: Stefanus Akim | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
FESTIVAL MOON CAKE - SD Swasta Cahaya Mentari, Perayaan Festival Mooncake dilaksanakan setiap tahunnya. Pontianak, sebagai salah satu kota dengan 3 suku yang berbeda, Dayak, Tionghua dan Melayu. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Setiap tahun, masyarakat Tionghoa di seluruh dunia merayakan Festival Mooncake atau yang dikenal juga sebagai Festival Pertengahan Musim Gugur. 

Perayaan ini jatuh pada bulan kedelapan hari ke-15 dalam kalender lunar, sebuah tanggal yang diyakini istimewa karena bertepatan dengan purnama paling indah sepanjang tahun. Pada tahun ini, Festival tersebut jatuh pada Senin, 6 Oktober 2025.

Festival Mooncake bukan sekadar perayaan kuliner dengan kue bulan yang manis dan penuh simbol, melainkan juga sarat makna. 

Tradisi ini menekankan pentingnya  kebersamaan keluarga, rasa syukur kepada alam semesta, serta menjadi momentum untuk merayakan musim panen. 

Di malam festival, keluarga-keluarga berkumpul bersama, berbagi kue bulan, menikmati buah segar, menatap keindahan bulan purnama, hingga bermain lampion yang selalu membawa keceriaan. 

Festival Moon Cake Siap Dibuka Malam Ini di Singkawang, Meriahkan dengan Berbagai Agenda

Semua kegiatan ini menghadirkan suasana hangat, penuh kebahagiaan, dan menumbuhkan rasa saling dekat antaranggota keluarga.

Di SD Swasta Cahaya Mentari, Perayaan Festival Mooncake dilaksanakan setiap tahunnya. Pontianak, sebagai salah satu kota dengan 3 suku yang berbeda, Dayak, Tionghua dan Melayu. 

Oleh karena itu, kami ingin mengenalkan berbagai kebudayaan kepada anak-anak termasuklah perayaan Festival Mooncake ini. 

Dengan mengusung tema, "Bulan Bundar Bercahaya, Mimpi Indah nan Manis”, anak-anak diajak untuk merasakan tradisi lewat permainan dan sajian khas kue bulan yang manis, serta tidak luput juga diperkenalkan pada nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. 

Zhang Laoshi, Guru Mandarin SD Swasta Cahaya Mentari yang didatangkan khusus dari Cina, menyampaikan harapan yang mendalam bagi para murid. 

“Saya berharap anak-anak SD Swasta Cahaya Mentari bisa lebih mengenal budaya Tiongkok, sekaligus tetap bangga dan memperkenalkan budaya Indonesia. Dengan demikian, mereka kelak bisa menjadi jembatan kecil yang mempererat hubungan baik antara Cina dan Indonesia. Yang terpenting, semoga mereka tumbuh sehat, bahagia, dan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri,” tutur Zhang Laoshi penuh semangat.

Dengan demikian, Festival Mooncake bukan hanya perayaan tradisional, tetapi juga media pembelajaran lintas budaya yang mengajarkan nilai persatuan, rasa syukur, dan pentingnya saling menghargai. 

Suasana hangat, manisnya mooncake, serta terang bulan purnama menjadi simbol indahnya kebersamaan yang akan selalu dikenang.

Pontianak, sebagai salah satu kota dengan 3 suku yang berbeda, Dayak, Tionghua dan Melayu. 

Kepala Sekolah SD Swasta Cahaya Mentari, Ibu Mery menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga bagian dari pendidikan karakter. 

"Kami ingin anak-anak  belajar  berbagai budaya yang ada di Pontianak,  bahwa setiap budaya memiliki nilai luhur yang bisa mengajarkan kita tentang kebersamaan, rasa syukur, dan saling menghargai. Festival Mooncake menjadi momen yang indah bagi anak-anak untuk mengenal budaya Tionghoa sekaligus memperkuat rasa bangga terhadap kebhinekaan Indonesia. Harapan kami, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang terbuka, toleran, dan penuh kasih,” ungkapnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved