Sepanjang Agustus RSUD dr Soedarso Rawat 37 Pasien Campak, Mayoritas Anak Belum Imunisasi Lengkap
Budi menegaskan, meski campak umumnya bisa sembuh dalam dua minggu, komplikasi yang ditimbulkan bisa berbahaya.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Lonjakan kasus campak meningkat di RSUD dr. Soedarso Pontianak.
Sepanjang Agustus 2025, rumah sakit rujukan utama di Kalimantan Barat ini merawat sekitar 37 pasien campak, belum termasuk pasien dengan gejala ringan yang tidak perlu rawat inap.
Dokter Spesialis Anak RSUD dr. Soedarso, dr. Muhammad Budi Nugroho, Sp.A., mengatakan tren peningkatan kasus cukup tajam.
“Itu yang dirawat saja. Di luar itu masih banyak pasien campak dengan kondisi ringan yang berobat di poli atau rumah sakit lain,” ujarnya, Selasa 2 September 2025.
Hingga 2 September saja, RSUD dr. Soedarso Pontianak sudah menangani empat pasien baru dengan gejala campak. Ia menyebut tren kasus belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.
“Baru masuk awal bulan, sudah ada empat pasien campak yang dirawat. Artinya tren peningkatan masih berlangsung,” ujarnya.
Budi menjelaskan, pasien terbanyak berasal dari kelompok usia 9 bulan hingga 2 tahun. Sementara kasus pada bayi di bawah usia 9 bulan relatif jarang ditemukan.
Untuk mengantisipasi lonjakan, RSUD dr. Soedarso menyiapkan ruang isolasi khusus penyakit menular. Awalnya hanya tersedia empat tempat tidur, namun kini ditambah menjadi enam karena jumlah pasien meningkat.
“Kalau tempat tidur tidak cukup, kami buka tambahan ruang isolasi. Saat ini ada enam tempat tidur khusus campak,” jelasnya.
Baca juga: Hari Perumahan Nasional, Pemkot Pontianak Salurkan Bantuan Bedah Rumah dan Subsidi Rusun Manula
Budi mengungkapkan, pola ini serupa dengan kejadian tahun 2002, ketika sebagian besar pasien campak ternyata tidak pernah mendapat imunisasi.
“Sama seperti sekarang, hampir 90 persen pasien campak tidak pernah diimunisasi. Sisanya, sekitar 10 persen sudah diimunisasi tapi tidak lengkap,” jelasnya.
Ia menjelaskan, imunisasi campak idealnya diberikan tiga kali, yakni pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Anak yang hanya menerima sebagian dosis tetap berisiko tertular.
“Misalnya imunisasi di usia 9 bulan dapat, tapi 18 bulan tidak, akhirnya umur 2–3 tahun kena campak,” katanya.
Di RSUD dr. Soedarso sendiri, ruang isolasi khusus penyakit menular disiapkan termasuk untuk penanganan pasien campak. Semula hanya tersedia empat tempat tidur, namun kini ditambah menjadi enam, untuk mengantisipasi jumlah pasien yang meningkat.
Budi menegaskan, meski campak umumnya bisa sembuh dalam dua minggu, komplikasi yang ditimbulkan bisa berbahaya.
| Dinkes Landak Imbau Para Orang Tua Segera Tindaklanjuti Temuan Cek Kesehatan Pelajar |
|
|---|
| Polisi Amankan Seorang Pria Diduga Menuba di Sungai Lumbang Sambas |
|
|---|
| 17 Bapak Asuh Posyandu Kelurahan Pasiran Terima Piagam Penghargaan dari Pemkot Singkawang |
|
|---|
| Akses Jalan dan Jembatan di Batu Ampar Rusak Berat, Masyarakat Harap Dapat Perhatian Pemerintah |
|
|---|
| Wawako Singkawang Muhammadin Tegaskan P4GN Perlu Adanya Pengawasan Ketat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.