Perjalanan Hidup Emon, Dari Jualan Kue Keliling Hingga Menjadi Pengusaha Optik

Ayahnya meninggal saat sang ibu sedang mengandung tujuh bulan. Sejak saat itu ia semakin berusaha agar bisa menyelesaikan sekolah.

Penulis: Peggy Dania | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
PROFIL - Primansyah (38) sedari dari kecil menjual kue hingga akhirnya menjadi pengusaha optik yang tak asing bagi warga Pontianak, Sabtu 15 November 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Apapun yang halal saya kerjakan dan salah satunya saya pernah kerja di salah satu optik nasional di Indonesia. Saya banyak belajar banyak hal disitu sehingga oh kayaknya dari pengalaman berapa tempat saya bekerja kayaknya saya cocok di bidang ini. Di bidang optik atau kesehatan mata.
  • Emon bahkan kuliah sebagai refractionist optician yang membantu mimpinya untuk memiliki optik sendiri. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sejak kecil Primansyah atau yang akrab disapa Prima maupun Emon sudah terbiasa hidup mandiri. 

Di usia empat tahun, ketika anak-anak lain masih sibuk bermain ia sudah berjalan kaki dari rumah ke rumah menjajakan kue buatan ibunya. 

“Saya lahir dan tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana. Dapat dikatakan menengah kebawah pada saat saya lahir. Tapi saya tumbuh menjadi personal atau manusia yang mandiri dari kecil. Jadi dari kecil itu sebenarnya kita punya usaha orang tua buat kue. Jadi saya yang jualin kue keliling. Umur 4 tahun sampai SMA itu saya jadi jual kue keliling,”kenangnya, Sabtu 15 November 2025

Ayahnya meninggal saat sang ibu sedang mengandung tujuh bulan. Sejak saat itu ia semakin berusaha agar bisa menyelesaikan sekolah. 

“Ketika saya pengen sekolah dari SD, SMP, SMA saya harus cari uang. Caranya jualan kue. Kalau saya tidak mau jualan kue saya tidak bisa sekolah,” kisahnya. 

Umi Marzuqoh, Ketua Fatayat NU Kalbar yang Telah Berorganisasi Sejak Remaja

Setelah lulus SMA, ia bekerja di berbagai tempat seperti event organizer, perusahaan sawit, bahkan bank. 

Sampai akhirnya ia menjejakkan kaki di Jakarta dan bekerja di sebuah optik nasional.

“Apapun yang halal saya kerjakan dan salah satunya saya pernah kerja di salah satu optik nasional di Indonesia. Saya banyak belajar banyak hal disitu sehingga oh kayaknya dari pengalaman berapa tempat saya bekerja kayaknya saya cocok di bidang ini. Di bidang optik atau kesehatan mata,” ucapnya. 

Emon bahkan kuliah sebagai refractionist optician yang membantu mimpinya untuk memiliki optik sendiri. 

Namun, semuanya pasti ada tantangan yang dihadapi salah satunya adalah saat kuliah di Jakarta ia hampir putus kuliah karena tak mampu bayar uang semester.

“Sampat kepikiran untuk berhenti. Untungnya saya tumbuh atau berada di circle yang baik yang saling support satu sama lain.  Itulah fungsinya,” jelasnya. 

Sekitar 18–19 tahun lalu, ia akhirnya membuka optik pertamanya yang bernama Optik Pontianak

“Kenapa Optik Pontianak? karena saya besar dan tumbuh di Pontianak. Optik Pontianak berkembang dan tumbuh seperti sekarang saya karena doa banyak orang terutama ibu saya. Ketika maried ada istri, ketika punya anak ada anak. Jadi banyak orang yang mendoakan termasuk tim atau crew saya yang mungkin ada keluarga juga ada anak juga jadi doanya itu lebih banyak,” ceritanya lirih. 

Cobaan tidak berhenti datang. Pandemi sempat membuat omzet menurun drastis. Orang lebih memilih membeli sembako, masker dan lain-lain daripada kacamata. 

Tapi di tengah tekanan itu, ia mengambil satu keputusan yaitu tidak mem-PHK satu pun karyawan.

“Mungkin doa mereka semua juga bisa bertahan dan berkembang sampai sekarang,” kata Emon. 

Perlahan, usahanya mulai berkembang pesat yaitu dari satu kios kecil di Pontianak, kini memiliki beberapa cabang hingga ke Jakarta. 

Media sosial membantu memperluas pengenalan tapi sebelum itu kekuatan utamanya justru ada pada hubungan baik dan rekomendasi dari mulut ke mulut.

Emon semakin memperluas usahanya tidak hanya optik tapi ia pernah membuka event organizer, dekorasi, hingga kini memiliki florist. 

Namun fokus utamanya tetap pada optik sementara usaha lain dipercayakan kepada orang-orang yang ia pekerjakan.

Di balik kesuksesan itu, ia percaya kalau punya niat baik segalanya akan lebih lancar. 

“Saya selalu benamkan di kepala, saya bisa. Bagaimanapun caranya asal itu positif, ada masanya kita down. Tapi kita berdoa yang  baik, kita niatkan baik nanti. Nanti ada aja hal-hal baik yang datang,” tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya sedekah yang menurutnya menjadi penangkal hal-hal buruk. 

Dan dari situ, Emon mulai membangun gerakan Pontianak Bersinar mendirikan Mushalla, membantu pemakaman, berbagi makanan gratis dan berbagai bantuan sosial lain yang tak selalu dipublikasikan.

Baginya, tujuan usaha bukan hanya soal keuntungan tapi ia ingin seluruh karyawannya lebih dekat dengan sang pencipta yaitu dengan memberangkatkan Umrah para karyawan yang loyalitasnya tinggi. 

“Jadi founder atau ownernya happy, kemudian tim yang bekerja happy, customer happy karena pelayanan kita baik dan masyarakat sekitar happy. Itu yang mungkin menjadi amal ibadah dan amal jariyah buat saya dan semua yang terlibat di dalamnya,” tutupnya sambil tersenyum. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved