Keracunan MBG di Kalbar

ASTAGA! 9 Dapur Tak Miliki SLHS, 53 Murid SMA/SMK Tumbang Keracunan Massal dari Dapur Hilir Kantor

sekolah yang menerima distribusi MBG dari Dapur SPPG Hilir Kantor Ngabang 2, Mitra Sehaq Tarigas Yayasan Mandala Prima Utama.

Penulis: Alfonsius Pardosi | Editor: Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Alfon Pardosi
KERACUNAN MBG NGABANG - Para korban dari SMA dan SMK Maniamas Ngabang, yang diduga keracunan MBG saat mendapat perawatan di Klinik Elisabeth Ngabang pada Rabu 19 November 2025 malam. Puluhan korban itu mengalami gejala muntah-muntah dan sesak nafas. 
Ringkasan Berita:
  1. Kasus keracunan MBG di Landak menjadi yang terbesar, dengan total 53 siswa dari SMA/SMK Maniamas dan SMA Pelita mengalami gejala mual, muntah, diare hingga lemas dalam 30 menit–3 jam setelah mengonsumsi makanan MBG.
  2. SPPG Hilir Kantor II Ngabang yang menyalurkan makanan ternyata belum memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), dan proses sertifikasi tertunda karena menunggu hasil uji laboratorium.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID – Kasus dugaan keracunan makanan yang berasal dari menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali mengguncang program unggulan dari pemerintahan Prabowo-Gibran. 

Kejadian keracunan makan gratis di Kabupaten Landak kali ini menjadi yang terbanyak korbannya dari daerah lainnya.

Kejadian yang membuat 53 anak SMA/SMK Maniamas dan SMA Pelita tumbang pada Rabu, 19 November 2025.

Baca juga: PULUHAN Murid SMA Maniamas Ngabang Tumbang, Keracunan Massal MBG dari Dapur SPPG Hilir Kantor 2

Dua sekolah yang menerima distribusi MBG dari Sentra Pelayanan Penyediaan Gizi (SPPG) Hilir Kantor Ngabang 2, Mitra Sehaq Tarigas Yayasan Mandala Prima Utama.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Landak, Benediktus, mengonfirmasi adanya penambahan korban baru.

“Awalnya ada lima puluh dua, tapi sekitar jam sembilan tadi ada penambahan lagi satu orang,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Kamis 20 November 2025.

Gejala Muncul Cepat, 30 Menit hingga 3 Jam Usai Konsumsi MBG

Gejala yang dialami para siswa muncul dalam waktu yang relatif singkat, mulai dari 30 menit hingga 3 jam setelah mengonsumsi makanan MBG.

Para korban mengalami gejala seperti mual, muntah, diare, hingga lemas sehingga harus mendapatkan penanganan medis.

SPPG Belum Kantongi Sertifikat Higiene Sanitasi

Di tengah meningkatnya laporan korban, muncul fakta mengejutkan.

SPPG Hilir Kantor II Ngabang, Mitra Sehaq Tarigas Yayasan Mandala Prima Utama yang mendistribusikan makanan tersebut ternyata belum memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

Dari 20 SPPG yang beroperasi di Landak, hanya 11 yang telah tersertifikasi.

SPPG Hilir Kantor II Ngabang disebut sudah mengajukan permohonan SLHS, namun proses penerbitan masih tertunda menunggu hasil uji laboratorium.

“Salah satunya yang belum dapat Sertifikat Laik Higiene Sanitasi adalah SPPG yang ini, karena hasil lab-nya,” jelas Benediktus.

Belum Bisa Dipastikan Penyebab Utama

Meski seluruh korban mengalami gejala serupa setelah memakan menu MBG, Dinkes Landak belum dapat memastikan penyebab pasti keracunan.

Kepastian baru bisa diperoleh setelah hasil uji laboratorium keluar.

“Hasil lab diperkirakan bisa keluar satu minggu sampai dua minggu,” kata Benediktus.

Pengawasan Dapur MBG Akan Diperketat

Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan Landak menegaskan akan memperketat pengawasan terhadap seluruh dapur MBG.

Benediktus menegaskan tidak akan ada toleransi untuk SPPG yang tidak memenuhi standar kelayakan sanitasi.

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved