Kisah Robi Penambang Sampan di Sungai Sambas, Bertahan demi Sepeser Rupiah

Pria itu bernama Robi (30). Kedua tangannya tampak perlahan mengayuh dayung. Jemarinya menggenggam kuat agar sampan dengan panjang 6 meter

Penulis: Imam Maksum | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/IMAM MAKSUM
PENAMBANG SAMPAN - Penambang sampan di Sungai Sambas Kecil, Robi (30). Setiap hari Robi bekerja sampingan menjadi penambang sampan rute Tumuk Manggis-Pasar Melayu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga, Jumat 24 Oktober 2025. 

Walaupun penumpang relatif menyusut seiring berjalannya waktu, imbuh Robi, dari hasil menambang sampan cukup untuk membuat dapur berasap.

"Saya menawarkan jasa penyeberangan menggunakan sampan ini. Sudah setahun terakhir saya sambil menjadi penambang, sekarang penumpang sedikit agak sepi," katanya.

Menurutnya, kondisi saat ini orang-orang hampir punya kendaraan pribadi. Sehingga moda transportasi sampan ini kian ditinggalkan.

"Sekarang orang sudah ramai pakai motor, mobil mau kemana-mana. Tak terlalu ramai yang memilih pakai sampan untuk menyeberang," ucapnya.

Dia juga bilang, beberapa tahun silam anak-anak sekolah masih ramai menggunakan sampan untuk menyeberang. Saat ini sudah tidak terlihat lagi.

"Anak-anak sekolahan pun sudah jarang naik sampan, sudah sepi sekarang. Mungkin beberapa tahun dulu itu masih ramai gunakan sampan," jelasnya.

Kendati demikian, menurutnya masih ada kalangan warga yang memilih menggunakan sampan untuk menyeberang. 

"Walaupun sepi orang-orang masih ada yang membutuhkan jasa penyeberangan menggunakan sampan, mereka memanggil penambang," katanya.

"Mereka itu kebanyakan kalangan orang tua, mungkin kondisinya tidak punya motor mereka ingin menyeberang," jelasnya.

Robi mengaku, menjadi penambang sampai karena hatinya senang untuk mengambil profesi itu. Menurutnya pekerjaan seperti itu tak membuatnya terikat.

"Kemudian saya juga memilih sebagai penambang ini, karena senang, saya tidak terikat. Kita punya sampan sendiri dan bekerja sendiri sehingga tak begitu terikat," tegasnya.

Robi menilai sedikitnya banyaknya penumpang setiap hari itu kondisinya relatif. Tetapi dia bilang, pekerjaan itu harus dilakukan secara yakin.

"Penambang ini rupa ada, rupa tidak ada,
Nampaknya seperti ada penumpang, tapi nampak juga seperti tidak ada. Menjalaninya haru yakin, untuk terus bisa menjadi penambang," katanya.

Robi tak mematok besaran tarif jasa menyeberang sampan. Ia hanya menerima berapapun Rupiah yang diulurkan penumpang.

"Tidak ada patokan harga, ada yang kasih uang 2000, 5000, ada yang 10.000 itu tergantung pada orang-orang nya juga," ujarnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved