UNISMA, UPGRI Pontianak dan Pemkot Singkawang Galang Kolaborasi Moderasi Beragama di Singkawang

Seminar yang diikuti lebih dari 150 peserta ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang

Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
FOTO BERSAMA - Seminar bertema Membangun Ekosistem Penguatan Moderasi Beragama di Kota Singkawang.  

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGKAWANG, – Upaya memperkuat nilai-nilai toleransi dan moderasi beragama terus digaungkan dari Kota Singkawang, kota yang dikenal sebagai simbol kerukunan di Indonesia.

Melalui program Kandidat Doktor Mengabdi 2025, Universitas Islam Malang (UNISMA) menginisiasi seminar bertema “Membangun Ekosistem Penguatan Moderasi Beragama di Kota Singkawang” yang digelar di kota berjuluk Kota Seribu Kelenteng itu.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie, Kakanwil Kemenag Kalbar Muhajirin Yanis, Rektor UNISMA Prof. Dr. Junaidi Mistar, jajaran Forkopimda Kota Singkawang, para kepala OPD, tokoh agama lintas iman, akademisi, dosen, guru, hingga mahasiswa.

Ketua Panitia sekaligus kandidat doktor UNISMA, Suherdiyanto, mengatakan kegiatan ini bukan sekadar agenda akademik, tetapi juga gerakan intelektual dan moral untuk memperkuat fondasi keberagamaan yang moderat, toleran, dan berkeadaban.

"Kegiatan ini bukan sekadar agenda seremonial, melainkan sebuah gerakan intelektual dan moral untuk memperkuat fondasi keberagamaan yang moderat, toleran, dan berkeadaban,” ujar Suherdiyanto.

Ia menjelaskan, Singkawang dikenal sebagai miniatur Indonesia karena keberagaman etnis dan agama warganya. Kondisi ini menjadikan Singkawang sebagai laboratorium sosial yang luar biasa untuk mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya moderasi beragama, membangun kolaborasi lintas sektor antara lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, dan institusi keagamaan, serta menghasilkan rekomendasi strategis untuk memperkuat nilai-nilai moderasi di Kota Singkawang.

Baca juga: Hasil Olah TKP Laka Maut Pelajar di Jl Sudirman Singkawang Lengkap Bukti dan Rekaman CCTV

"Kami ingin mendorong terwujudnya ekosistem sosial yang berkeadaban melalui pendidikan dan kebijakan publik. Karena moderasi beragama bukan sekadar konsep, tetapi harus menjadi budaya bersama,” tambahnya.

Seminar yang diikuti lebih dari 150 peserta ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, mulai dari pejabat pemerintah, akademisi, tokoh adat, hingga perwakilan organisasi keagamaan.

Rangkaian kegiatan meliputi pembukaan, sambutan, pemaparan narasumber, diskusi panel interaktif, refleksi bersama, serta penandatanganan komitmen untuk memperkuat ekosistem moderasi beragama di Kota Singkawang.

Kegiatan ini juga menegaskan pentingnya peran perguruan tinggi dalam membangun peradaban yang damai dan inklusif. Suherdiyanto menilai, dunia akademik memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.

"Moderasi beragama tidak boleh berhenti pada wacana, tapi harus menjadi gerakan nyata dalam pendidikan, ruang publik, dan kebijakan pemerintah,” tegasnya.

Kota Singkawang sendiri, yang dinobatkan sebagai kota paling toleran kedua di Indonesia tahun 2025, dinilai memiliki modal sosial yang kuat untuk menjadi contoh nasional dalam penerapan nilai-nilai tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan), dan ta’adul (keadilan).

Melalui kegiatan ini, para peserta berkomitmen untuk memperkuat kolaborasi lintas iman dan menjaga harmoni sosial di tengah keberagaman.

"Semoga kerja keras ini menjadi amal jariyah yang membawa keberkahan dan menguatkan nilai moderasi di Kalimantan Barat,” tutup Suherdiyanto. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved