Keracunan MBG di Kalbar

Anak Sakit Usai Konsumsi Makanan MBG, Orang Tua Minta Pengawasan Lebih Ketat

Pihak sekolah kemudian menyarankan agar Syla segera dibawa ke UPTD Puskesmas Teluk Melano untuk mendapatkan pemeriksaan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FAISAL ILHAM MUZAQI
PERMASALAHAN MBG - Anang Susilo, orang tua dari Syla Nur Isnaini, siswi kelas VIII SMP 01 PGRI Pulau Kumbang yang sempat diduga keracunan makanan MBG, saat diwawancarai Tribun Pontianak, di SMP 01 PGRI Pulau Kumbang, Kecamatan Seponti Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Rabu 1 Oktober 2025. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAYONG UTARA - Anang Susilo, orang tua dari Syla Nur Isnaini, siswi kelas VIII SMP PGRI 01 Pulau Kumbang, Kecamatan Seponti Hilir, Kabupaten Kayong Utara, menceritakan pengalaman putrinya yang sempat mengalami keluhan kesehatan usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi (MBG).

Menurut Anang, Syla mulai merasa tidak enak badan setelah makan dari program MBG. Atas kondisi tersebut, ia segera melaporkan kepada pihak sekolah. 

Pihak sekolah kemudian menyarankan agar Syla segera dibawa ke UPTD Puskesmas Teluk Melano untuk mendapatkan pemeriksaan pada Senin, 29 September 2025 siang.

“Pas di rumah anak mengeluh sakit, keluhannya sesak napas dan badannya terasa kebas. Saya langsung bawa ke sekolah, tapi pihak sekolah tidak bisa menangani. Mereka menyarankan untuk segera dibawa ke puskesmas. Saya juga tidak ingin menyalahkan siapa pun,” kata Anang saat diwawancarai Tribun Pontianak, Rabu 1 Oktober 2025.

Orang tua Siswi SMP 01 PGRI Pulau Kumbang Angkat Bicara soal Dugaan Keracunan MBG

Ia juga menyinggung soal penanganan kasus dan pertanggungjawaban terkait dugaan keracunan makanan di sekolah. Anang mempertanyakan apakah kejadian tersebut masuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) atau tidak.

“Nah, pertanyaannya, walaupun kejadian ini sudah terjadi, apakah pertanggungjawabannya harus menunggu sampai ditetapkan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa)? Dari analisa pihak kesehatan disebutkan ada riwayat penyakit pada sebagian anak, tapi faktanya sekarang ada sembilan orang terdampak, tiga di antaranya sampai mendapat perawatan. Ke depan, jangan sampai hal seperti ini dianggap sepele. Pertanggungjawabannya harus jelas dari mana,” ujarnya.

Anang menambahkan, dirinya masih bisa memahami jika anak hanya mengalami gejala ringan. 

Namun ketika keluhan sudah berat, seperti kejang atau sesak napas, ia menilai hal itu tidak bisa ditoleransi.

“Untuk kejang, sesak napas, atau gejala berat lainnya saya tidak bisa tolerir. Kalau hanya pusing, mual, atau sakit perut, itu masih bisa dimaklumi,” jelasnya.

Meski demikian, Anang menegaskan dirinya tidak menolak adanya program MBG. 

Ia hanya berharap pengawasan lebih diperketat, baik dalam distribusi maupun kualitas makanan yang diberikan kepada siswa.

“Program ini sebenarnya bagus, tapi pengawasan harus ditingkatkan. Kalau memang makanan sudah tidak layak, jangan diberikan ke anak-anak. Jangan sampai kasus seperti ini terulang lagi,” tegasnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved