TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Mereka dijanjikan kehidupan lebih baik, tapi yang didapat justru teror, tekanan, dan kehilangan.
Aliya dan Natalya, nama samaran dua perempuan muda asal Kazakstan adalah bagian dari delapan korban yang terperangkap dalam praktik ibu pengganti ilegal yang diduga dikendalikan sindikat internasional.
Awalnya mereka hanya ingin keluar dari kemiskinan dan menafkahi anak, namun berakhir dengan kebingungan akan nasib bayi yang mereka lahirkan.
Tawaran fantastis di media sosial menyeret mereka ke prosedur medis tak jelas di luar negeri, dengan pengawasan ketat dan perlakuan yang tidak manusiawi.
Setelah kembali ke Kazakstan, hidup mereka tak lagi sama, diisolasi, diawasi, dan diancam jika bertanya soal kontrak atau hak atas anak.
"Tiga hari setelah melahirkan, bayiku diambil dan aku dipaksa menandatangani penyerahan hak asuh. Sampai sekarang aku tak tahu di mana anakku," kata Natalya, dengan suara bergetar.
Kisah mereka membuka tabir gelap jaringan ibu pengganti yang berpotensi menjadi bagian dari perdagangan manusia lintas negara.
• Video 3 Kreator Konten Malaysia yang “Beramal” dengan Tulang Ayam Picu Amarah Publik
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Mengapa Mereka Mau Pergi ke China dan Kamboja?
Setelah kontak awal lewat WhatsApp, para perempuan ini dibujuk untuk melakukan proses transfer embrio di China karena dianggap lebih “berkualitas”.
Namun kenyataannya, mereka dibawa ke tempat-tempat yang mencurigakan.
Natalya mengaku awalnya diberitahu akan dibawa ke China.
Tapi kenyataannya, ia diterbangkan ke Phnom Penh, Kamboja.
“Mobil yang membawa kami menutup jendelanya. Kami tidak tahu kami dibawa ke mana,” ceritanya. Prosedur dilakukan dalam gedung tinggi dengan penjagaan ketat.
Aliya mengalami hal serupa di Beijing. “HP-ku diambil, kaca mobil ditutup. Kami dibawa ke sebuah tempat seperti garasi, diberi penutup kepala, dan langsung diarahkan tanpa bicara,” kenangnya.