Terkait Siska, ia memastikan tahun 2023 akan terus digencarkan persiapan untuk mengimplementasikan ini.
Terkait Sandai dan Belawan di Ketapang, lanjutnya, wilayah ini sangat potensi menjadi pilot project Siska.
Bahkan di Belawan sudah ada ternak sapi sebanyak 300 ekor yang mengembangkan sistem ini.
Disbunnak Kalbar didukung dengan SISKA Supporting Program Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership (SSP-IARMCP) serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Tanjungpura untuk mendorong implementasi program tersebut.
• Munsif: Wilayah Bebas PMK Harus Dibuktikan Hasil Konsisten Tidak Ada Kasus Selama 3 Tahun
Untuk Implementasi program Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska) di Kalbar dibutuhkan dukungan multistakeholder.
Kalbar merupakan wilayah perkebunan kelapa sawit terbesar ke-2 di Indonesia.
Terkait pertanyaan bagaimana keterlibatakan perusahaan sawit yang tergabung di Gapki untuk ikut mendorong implementasi Siska ini, Kepala Disbunnak Kalbar, Muhammad Munsif menjelaskan tentu saja ini butuh komitmen di level manajemen puncak perusahaan.
“Kita sadari jika perusahaan core bisnis adalah TBS, maka dengan adanya ini akan menjadi tambahan pekerjaan bagi mereka.
Akan tetapi kita tetap berharap perusahaan juga menunjukkan kepeduliannya dengan dukungan Gubernur untuk mengajak keterlibatan perusahaan,” ujarnya.
Dia melanjutkan dialog dengan Gapi sangat mungkin untuk dijadikan agenda yang intensif.
“Dukungan seperti sebagian areal diintergrasi untuk ternak sapi. Karen masalah di Kalbar ini masih harus mendatangkan sapi dan daging potong dari luar,” paparnya.
Pada Senin, 12 Desember pihaknya akan menggelar Workshop Implementasi Integrasi Sawit dan Sapi yang akan menghadirkan Ketua Dewan Penasehat Rencana Aksi Nasional Kebun Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB), Rusman Heriawan.
Rusman Heriawan sangat antusias dengan rencana impelemntasi Siska di Kalbar dalam rangka pembangunan keberlanjutan atau sustainability.