DIB Lengkapi Fasilitas Belajar Tujuh TPA di Desa Pelapis 

Penulis: Nur Imam Satria
Editor: Mirna Tribun
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MENERIMA - Salah satu anak di Desa Pelapis senang menerima Iqra bantuan dari DIB.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID  KAYONG UTARA - Suasana Minggu pagi di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) Dusun Raya, Desa Pelapis, terasa berbeda dari biasanya. 

Tawa anak-anak berpadu dengan suara kibasan kertas lembaran-lembaran buku Iqra dan Alquran yang masih baru. 

Meja-meja belajar berbaris rapi, papan tulis putih bersih menanti coretan pertama. 

Semua ini adalah bagian dari bantuan yang disalurkan PT Dharma Inti Bersama (DIB), pengelola Kawasan Industri Pulau Penebang (KIPP), untuk memperkuat pendidikan agama di Desa yang terletak di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat ini. 

Bantuan tersebut mencakup buku Iqra, Alquran, Juz Amma, meja belajar, papan tulis, dan insentif bagi 12 guru mengaji yang mengabdikan diri di tujuh TPA di Dusun Jaya, Dusun Raya, dan Dusun Kelawar.

"Buku Iqra dan Alquran ini sangat bermanfaat untuk anak-anak kita. Semoga menjadi amal jariyah bagi DIB," ujar Hamsyah, Ketua RT 8 Dusun Raya, yang hadir mewakili Kepala Dusun Raya.

Ibrahim Gunawan, siswa kelas 6 SD, bercerita, sebelum ada TPA, ia belajar mengaji di rumah gurunya dengan fasilitas seadanya. 

Baca juga: PT DIB Salurkan Bantuan Pangan ke Warga Desa Pelapis yang Terdampak Paceklik

“Kalau sudah pintar baca Alquran dan mengerti artinya, saya mau ngajarin teman-teman di Pelapis. Jadi guru ngaji,” ucapnya malu-malu, sambil memeluk buku Iqra barunya.

Senyum dan semangat Ibrahim juga dirasakan oleh 150 siswa TPA penerima manfaat bantuan DIB di Desa Pelapis. Salah satunya Fadillah (12) yang kini duduk di bangku kelas 1 SMP dan memiliki cita-cita menjadi guru olahraga. 

Semangatnya mempelajari Alquran cukup besar. 

“Paling suka menghafal ayat-ayat. Masih Iqra, belum berani ikut lomba. Tapi pengen banget jadi guru ngaji seperti Om Aspandi,” ujarnya gadis muda yang ingin masuk pesantren ini.

Aspandi, guru TPA di Dusun Raya, sudah 1 tahun 8 bulan mengajar 23 murid. 

Sebelum ada bantuan, anak-anak belajar dengan meja seadanya secara bergiliran dan duduk di tikar yang sudah robek, bahkan berbagi ruangan dengan kegiatan posyandu.

“Tantangan terbesar adalah menjaga semangat anak-anak, apalagi fasilitas terbatas. Dengan adanya bantuan ini, mereka lebih nyaman belajar. Tambahan insentif juga sangat membantu,” ujar Aspandi.

Rencananya, insentif tersebut akan ia tabung sebagai biaya kuliah di Universitas Terbuka tahun depan. 

Halaman
12

Berita Terkini